Tampilkan postingan dengan label MTPJ. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MTPJ. Tampilkan semua postingan

Renungan MTPJ 10-16 Mei 2020 Yunus 4 : 1-11 "Merpati Hilang Arah"

Mei 09, 2020

Niniwe adalah ibukota Asyur kuno. Kejayan ekonomi membuat pejabat dan masyarakatnya lupa diri. Fungsi kontrol pemerintahan terhadap nilai etika moral lumpuh. Kejahatan masyarakat dalam semua bentuknya terjadi di mana-mana. Ruang kerohanian tidak berguna sama sekali. Niniwe menjadi kota jorok, kotor, tidak beradab dan najis! Niniwe tidak hanya mengalami kerusakan etika, moral dan spiritual melainkan nilai-nilai kemanusiaan tercabut sampai ke akar-akarnya. Zaman disrupsi Niniwe!

Semua warga di Niniwe mengalami dua kali serangan wabah penyakit. Endemi virus telah membunuh banyak pejabat dan masyarakat toh mereka cuek, enggan berbenah. Mereka tidak peduli hidup tanpa etika dan menjadi manusia-manusia tunamoral. Undang-undang dan hukum serta wibawa spiritual kaum agamawan lumpuh tidak berdaya.

Spiritualitas Israel sadar akan panggilan misionernya. Meski bersitegang karena kondisi sentimen musuh sejarah dengan Asyur tetapi spirit rohani Israel harus tetap membawa misi damai menjadi prioritas. Kepentingan politik boleh beda tetapi kebutuhan akan nilai-nilai solidaritas kemanusiaan adalah panggilan harmoni kehidupan universal. Itulah misi inti masyarakat religius menciptakan kondisi damai sejahtera di planet ini. Yunus di utus.

Nabi Yunus dari kerajaan utara, orang Galilea namanya berarti ‘merpati’. Lambang Israel tradisional sebagai perdamaian sejati. Ia teguh pada doktrin dari mazab deutronomis, yang dalilnya adalah: ‘semua kebaikan diganjar berkat dan semua keburukan menerima laknat!’. Niniwe harus dieksekusi hancur lebur demi hukum dan keadilan Tuhan, tanpa kompromi.

Banyak doktrin agama yang menghasilkan pemimpin rohani terdidik berjiwa fanatik dan berprilaku ekstrim serta bertindak radikal atas nama Tuhan. Celakanya, Tuhan dipaksa mengikuti kemauannya atau paling tidak semua tindakan ekstrim ulama-ulama agama adalah sebagai legitimasi Tuhan. Sadisnya, mereka merasa kebal akan dosa! Karena itu, mereka merasa orang paling tau dan suci.

Dalil deutronomik yang dianut nabi ‘perut ikan’ ini mendesak Tuhan untuk segera menghukum lebih hebat dari kekuatan wabah endemik virus yaitu penghancuran kota dan segala isinya atas nama keadilan-Tuhan. Tindakan eksekusi itu bagi sang Nabi adalah sebagai peringatan pemurnian keadaban untuk segala bangsa. Kepentingan lain, popularitas Yunus sang Nabi, kekasih Allah dipuji dan dikenang.

Tuhan tidak bersepakat dengan semangat pembinasaan yang diharapkan nabi-Nya. Tuhan tidak mau utusan-Nya congkak rohani yang memperalat aksi rohani untuk kesenangan dan kemewahan hidup. Frustrasi lantaran merasa dipermainkan Tuhan nabi ini minta mati! Tiga kali ia menyerahkan dirinya untuk mati. Mati di laut, mati disengat terik matahari dan marah sampai mati. Merpati ini stres berat!

Tetapi bagi Tuhan, bukan kematian yang paling penting untuk menghindari masaalah. melainkan cara seseorang mengendalikan amarah. Amarah Yunus dilatari oleh permusuhan, dendam, kecewa, merasa dipermainkan status dan jabatannya serta hasrat yang tidak terpenuhi. Hal-hal inilah yang merusak struktur berpikir dan mengganggu ketentraman jiwa dan merusak semangat esensi agama. Kemarahan spiritual jauh lebih ekstrim dibanding kemarahan sosial. Marah penting tetapi amarah mesti dikendalikan.

Semua dalil deutronomik dimata Yunus runtuh berkeping, hukum keadilan Allah berpihak pada pertobatan cara hidup masyarakat yang “tidak tau membedakan tangan kanan dari tangan kiri” atau masyarakat yang kehilangan orientasi hidup yang normal dan wajar.

Tidak ada jalan untuk mereformasi kehidupan selain pertobatan. Pertobatan adalah semangat memurnikan hidup dari semua kerusakan ahlak, moral dan spiritual. Sangking pentingnya, Yunus dan Allah ‘bertengkar’ meluruskan konsep misi beragama yang dianut ‘banyak Yunus’ yang amat radikal itu.

Meluruskan doktrin perbedaan keyakinan terlalu sensitif dan mengundang pertengkaran sampai pada hal paling negatif, saling bunuh. Lebih gampang mengubah doktrin sosiopolitik ketimbang agama. Agama sering dimanfaatkan menjadi senjata paling efektif memuluskan semua kebulusan kepentingan pribadi atau kelompok.

Tuhan tidak menginginkan doktrin agama dimanfaatkan para alim-Nya melakukan tindakan kesewenang-wenangan apalagi menggelar pengadilan atas namaNya yang suci mengeksekusi secara tidak manusiawi sesamanya. Keadilan Tuhan berwajah pengampunan dan berdampak pembaharuan.
Hukum-Nya bukan hukuman melainkan kasih tak berbatas menerobos inti kemanusiaan, termasuk Yunus, nabi perut ikan, merpati stres kehilangan orientasi spiritual.

Penulis : Roy HL.Rompis
Kalasey Dua, 08 Mei 2020

MTPJ Minggu Berjalan 2-8 Juni 2019 Mazmur 128 :1-6

Mei 31, 2019
TEMA BULANAN : “Keluarga Sebagai Pangkalan Misi”
TEMA MINGGUAN : “Keluarga yang Diberkati”

BACAAN ALKITAB: Mazmur 128:1-6

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kata keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga”: artinya “anggota”, “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan beberapa orang yang memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan, ikatan, kewajiban dan tanggungjawab diantara individu tersebut.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat, satu atap dan saling ketergantungan yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai sejahtera dan diberkati dalam suasana cinta kasih sayang diantara anggotanya. Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup individu yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta sebagai miniatur dari keluarga gereja.

Kemajuan dan kemunduran hidup berkeluarga sangat berpengaruh terhadap organisasi gereja dan negara. Bila keluarga dalam keadaan sehat dan baik akan menentukan suatu organisasi gereja, masyarakat dan bangsa; begitu pula sebaliknya jika keluarga rusak akan berdampak pada kerukunan dan kesatuan jemaat dan masyarakat. Karena itu tema minggu ini adalah Keluarga Yang Diberkati.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Mazmur (Ibr. tehillim: tahlil atau puji-pujian); Septuaginta (Yun. psalmoi: nyanyian yang diiringi alat musik gesek atau petik). Kitab Mazmur dipakai sebagai buku nyanyian dan doa dalam ibadat Yahudi, juga sebagai respons para imam dan umat-Nya terhadap karya penyelamatan dan penyataan Allah dalam sejarah. Khusus Mazmur 128, termasuk jenis nyanyian Ziarah artinya “nyanyian kenaikan”, nyanyian pendakian atau anak-anak tangga/tingkatan: dimana umat yang akan beribadat di Bait Suci Yerusalem dalam merayakan hari-hari raya, biasanya menyanyikan mazmur-mazmur ini di perjalanan atau dalam arak-arakan memasuki Rumah Allah. Kata Ziarah berarti merefleksikan kembali atau retreat.

Mazmur ini, dalam tradisi Yahudi digunakan sebagai doa keluarga ketika umat merayakan paskah dalam lingkungan keluarga (Keluaran 12) dan perjamuan keluarga yang dibuka dengan ucapan syukur. Dimana ibadah keluarga merupakan tulang punggung kehidupan keagamaan mereka. Bagi masyarakat Israel sesudah pembuangan, keluarga adalah fondasi atau dasar yang berfungsi sebagai pusat ekonomi, sosial dan pusat agama. Mazmur ini juga disebut mazmur kebijaksanaan yang melukiskan tentang keindahan hidup seorang suami (bapa) yang hidup menurut kehendak Tuhan, sehingga ia menerima berkat di dalam keluarganya.

Ayat 1, kata berbahagialah (Ibrani. ‘esher; Inggris. blessed: diberkati secara fisik maupun rohani. Takut (Ibrani. Yirah: hormat; kepatuhan/ketaatan pada Tuhan). Secara Alkitabiah, takut akan Tuhan berbicara tentang kekuatan, kebesaran (kemahakuasaan Tuhan), otoritas dan kekudusan. Takut akan Tuhan adalah wujud ketakutan yang sehat dan sadar yang dampaknya menjadikan lebih dekat dengan Tuhan. Dengan demikian ia akan menuruti jalan dan kehendak Tuhan. Jalan (Ibrani. derek: melekat pada Tuhan supaya bisa dituntun-Nya). Cara hidup yang berbahagia adalah orang yang menghormati Tuhan dan menaruh hidupnya di bawah pemerintahan-Nya untuk mengikuti jalan yang ditunjukkan-Nya.

Ayat 2, hasil jerih payah (Ibrani. ygiya: hasil usaha, pekerjaannya). Berbahagialah: menunjuk pada suatu yang berkecukupan, berbahagia bukan karena kemakmuran tetapi berkecukupan dan baik keadaannya yaitu (sehat jasmani/ rohani), dan sejahtera. Artinya apa yang dinikmati sesungguhnya adalah berkat sukacita dan ucapan syukur. Umat akan menjadi makmur dan berhasil dalam usaha dan pekerjaan. Hasil usaha dan berbahagialah sangat erat dengan ketaatan yang mendatangkan sejahtera.

Ayat 3, Isteri diibaratkan sebagai pohon anggur yang subur (pohon yang dipelihara dengan baik dan diberi pupuk), dimana perannya untuk menghadirkan sukacita dan kebahagiaan dalam keluarga. Isteri yang bijak mengelola berkat, mendidik dan mendoakan keluarga. Anak-anak seperti tunas pohon Zaitun, yang mudah berkembang dan memberikan minyak pada waktunya (bnd. Kejadian. 49:22), anak yang sehat dan bernilai. Zaitun melambangkan daya hidup yang berkelanjutan. Anggur dan minyak adalah dua lambang tentang berkat Allah yang tak terhalangi. (Bnd Ulangan 8:8). Menjadi seperti tunas pohon Zaitun yaitu anak yang berharga di mata Tuhan dan manusia ketika ia hidup takut akan Tuhan.

Ayat 4, diberkati (Ibrani. barak) bahwa laki-laki (suami) yang takut Tuhan akan menikmati berkat yaitu kebahagiaan karena imannya, kesetiaan dari isterinya dan ketaatan anaknya sebagai anugerah Tuhan. Ayat 2-4, menegaskan bahwa kebahagiaan keluarga teralami karena hidup takut Tuhan dengan menjalani kehendak-Nya, inilah yang dilukiskan sebagai berkat.

Ayat 5-6, menyatakan bahwa berkat akan teralami ketika umat datang beribadah di Sion (Rumah Tuhan) sebagai simbol dimana Tuhan hadir dalam persekutuan dengan umat. Berkat akan tercurah kepada semua orang, masing-masing “menurut jalan yang ditunjukkan-Nya” di dalam Taurat dan melalui firman dimana berkat kesejahteraan atau kebahagiaan Yerusalem akan dinikmati. Berkat Tuhan bukanlah milik pribadi yang hanya dinikmati sendiri, melainkan kebahagiaan yang berdampak ke dalam persekutuan baik di Yerusalem maupun sampai kepada anak cucu. Mereka akan hidup untuk melihat keluarga mereka bertumbuh dalam iman. Inilah “syalom” damai sejahtera atas seluruh umat sebagai bentuk doa.
Makna dan Implikasi Firman

Dasar utama menikmati kebahagiaan sebagai berkat adalah takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya serta melakukan Firman-Nya. Takut akan Tuhan adalah bentuk hormat dan penghargaan melalui ketaatan dengan melakukan kehendak-Nya.

Menikmati kebahagiaan sebagai berkat karena hidup takut akan Tuhan; harus melalui kerja keras dan akan menikmati hasil jerih payahnya; dibarengi dengan kecakapan melalui hikmat isteri mengelola berkat dan anak yang terdidik dalam ketaatan dan suami yang beriman dengan takut akan Tuhan.

Keluarga yang diberkati berarti menikmati kebahagiaan seumur hidup atau sepanjang masa, baik keadaannya (sejahtera), keturunannya diberkati dan damai sejahtera dinikmati oleh keluarga dan menjadi berkat bagi masyarakat. 

Berkat di sini dimengerti sebagai konsekwensi dari pilihan hidup atau pilihan iman, yakni takut akan Tuhan. Tujuan keluarga yang diberkati yakni: supaya hidup bahagia seumur hidup; keturunan diberkati dan kebahagiaan serta damai sejahtera teralami dalam keluarga yang berdampak pada jemaat dan masyarakat. 

Diberkati dan menikmati kebahagiaan bukan berarti tanpa ada pergumulan, justru hal tersebut merupakan persiapan untuk menikmati kebahagiaan sejati. Masalah sering mucul dalam keluarga terhadap gangguan dan persoalan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, antara lain: malas beribadah, hubungan suami isteri (Pria idaman lain dan Wanita idaman lain), soal ekonomi (kerja dan pengangguran), anak (pergaulan dan studi), KDRT dan perceraian yang justru menganggu rasa kebahagiaan.

Mengikuti kehendak Tuhan seperti kata Firman: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33). Inilah yang harus menjadi fokus utama dalam kehidupan spiritual dengan terus mencari Tuhan, menjaga iman dan menghasilkan buah, maka berkat kebahagiaan dan harmonisasi akan mengiringi perjalanan kehidupan keluarga.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa yang anda pahami tentang keluarga yang diberkati menurut Mazmur 128?
  2. Apa manfaatnya menjadi keluarga yang diberkati bagi Gereja dan Masyarakat?
  3. Jelaskan upaya-upaya Gereja dan Pemerintah dalam mengatasi persoalan-persoalan dalam keluarga?

NAS PEMBIMBING: Matius 6:33

POKOK-POKOK DOA:
Keluarga yang hidup dalam takut akan
Peran keluarga dalam Pendidikan Agama kristen.
Kemampuan menata dan mengolah b
Bahagia meliputi keluarga dan masyarakat

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK I

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Panggilan Beribadah: NNBT No. 6 Allah Bapa Yang Kumuliakan

Ses. Nas Pembimbing: KJ No. 318 Berbahagia Tiap Rumah Tangga

Ses. Pengakuan Dosa: NNBT No. 11 Ya Allahku, Kami Mengaku Dosa.

Ses. Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 73 Kasih Tuhanku Lembut!

Ses. Pengakuan Iman: KJ No. 224 Masyhurkan Rajamu

Ses Hukum Tuhan: NNBT No. 13 Ya Allah Bapa, Ya Yesus Tuhan

Persembahan: NNBT No. 15 Hai Seluruh Umat Tuhan

Penutup: KJ.No.451 Bila Yesus Berada di Tengah Keluarga

ATRIBUT

Warna Dasar Merah dengan simbol salib dan lidah api.

Sumber ; www.gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 19-25 Mei 2019 Efesus 2 : 11-22

Mei 18, 2019

TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah di Bumi Milik Tuhan”
TEMA MINGGUAN : “Gereja yang Membangun Bangsa”

BACAAN ALKITAB : Efesus 2:11-22

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Membangun bangsa adalah sebuah usaha partisipatif seseorang untuk melakukan sesuatu demi kemajuan bangsa dan tercapainya tujuan bersama sebagai contoh membangun bangsa Indonesia berarti melibatkan diri secara aktif dalam semua upaya untuk mencapai tujuan bersama yaitu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Di lingkungan gereja-gereja di Indonesia, kita mengenal apa yang disebut Partisipasi gereja dalam pembangunan. Hal ini harus dipahami sebagai aktivitas semua warga gereja untuk mengambil peran dalam setiap usaha pembangunan bangsa disegala bidang, baik politik, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan serta Hak Azasi Manusia, maupun mental spiritual (kerohanian).

Gereja berasal dari kata Yunani “ekklesia” dan dalam bahasa Portugis “igereja” yang berarti orang yang dipanggil keluar dari dalam gelap, masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib, (1 Petrus 2:9), atau “kuriake” artinya orang yang dipanggil dan dipilih menjadi kepunyaan Allah. Dengan demikian,

Gereja adalah persekutuan orang percaya kepada Yesus Kristus, yang bertugas menyatakan kehendak Allah. Gereja sebagai umat Allah sangat bertanggungjawab atas semua hal yang berlangsung dalam sebuah bangsa, artinya umat Allah bukan hanya melipat tangan ketika berdoa, tapi juga membuka tangan lalu bekerja melakukan sesuatu demi kemajuan bangsa, umat Allah bukan hanya tutup mata ketika berdoa, tapi juga membuka mata dan melihat semua yang harus dikerjakan untuk kemajuan bangsa.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kota Efesus terletak di bagian barat Asia Kecil yang pada Tahun 133 seb.M, menjadi ibu kota provinsi Asia depan dan menjadi salah satu pusat perdagangan, selain Antiokhia dan Alexandria. Kota ini sangat penting bagi Paulus dalam pekerjaan pemberitaan Injil, sebab di kota ini banyak yang menyembah kaisar sebagai dewa dan kepada dewi Artemis sebagai dewi kesuburan. 

Pengaruh ajaran hellenisme juga sangat mempe-ngaruhi kehidupan sosial masyarakat umum, dan untuk alasan inilah sehingga Paulus menulis surat kepada orang-orang (jemaat) di Efesus, yaitu untuk memberi penguatan iman dan meneguhkan ajaran yang terlahir dari berita Injil Yesus Kristus. Namun kini, kota ini sudah runtuh dan hanya tersisa puing-puingnya saja, yang sekarang ini masih terlihat di beberapa bagian kota di Turki.

Jemaat Efesus waktu Paulus menulis surat ini sedang mengalami ancaman perpecahan karena perbedaan tradisi antara orang Yahudi (kaum minoritas) yang mempertahankan tradisi taurat dan orang Yunani (kaum mayoritas) yang hidup dari tradisi hellenistik. 

Oleh sebab itu, secara umum surat ini ditulis dan disampaikan kepada jemaat di Efesus untuk menya-tukan kehidupan iman mereka dalam Yesus Kristus, seperti yang diungkapkannya: “satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (4:4-5).

Paulus ingin mengajak jemaat Efesus untuk secara bersama-sama memahami setiap prakarsa Roh Kudus dalam kehidupan berjemaat, yaitu perbedaan karunia yang ada dalam persekutuan jemaat tetapi mempunyai satu kesatuan dalam Yesus Kristus (4:11-16); dan pada bagian akhir surat ini Paulus memberi motivasi bagi jemaat untuk tetap kuat dalam iman dan memperlengkapi diri dengan senjata rohani untuk melawan kuasa iblis dan kuasa-kuasa kegelapan (6:10-17).

Perikop 2:11-22 ini berisi ajakan Paulus untuk merenung-kan tentang kehidupan jemaat Efesus waktu mereka, baik orang Yahudi maupun Yunani belum hidup dalam Kristus, dan sesudah mereka hidup dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Dalam hubungan dengan hal-hal itu, maka perikop ini diuraikan sebagai berikut:

Ayat 11-13 ini diawali dengan kata penghubung “karena itu”(bahasaYunani. Διὸ=dio), dan kata “ingatlah”(bahasa Yunani μνημονεύετε = mnēmoneuete atau μνημονεύ=mnēmoneu) yang menunjuk pada bentuk kata imperatif (perintah), disusul dengan kata “dahulu” (bahasa Yunani pote=pote), yang menunjukkan bahwa di satu pihak perikop ini masih merupakan bagian integral dari perikop 2:1-10; dan di pihak lain mengartikan bahwa kata-kata ini bukan hanya sekedar “mengenang kembali” kehidupan mereka yang dulu, tetapi betul-betul “mengingat kembali” keadaan ketika mereka masih hidup sebagai “orang-orang yang tidak bersunat” , 

dan ayat 12 menyatakan “without hope and without God in the world” (tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia), mengartikan bahwa keadaan ini diakibatkan karena mereka terpisah dari Kristus, mereka tidak termasuk kewargaan Israel, karena itu mereka tidak memiliki hak-hak atas janji keselamatan yang dikaruniakan Allah kepada bangsa Israel. Namun dalam Kristus Yesus, mereka disatukan dalam janji keselamatan oleh darah Yesus itu, mereka dahulu “jauh (makran =makran) kini telah “dekat” (egguj =engys).

Ayat 14-18 Yesus Kristus adalah damai sejahtera. Artinya, Yesus menjadi pendamai antara Allah dan manusia karena dosa, dan oleh Dia semua dipersatukan. Sebab bila dalam tradisi taurat orang Yahudi tidak dibolehkan hidup bersama dengan orang yang bukan Yahudi, namun dalam Kristus melalui pengorbanan-Nya semua pihak (Yahudi dan Yunani) dipersatukan, karena Dia telah merubuhkan tembok pemisah yaitu perseteruan, lalu semuanya dipersatukan di dalam diri-Nya sebagai manusia baru yang mengadakan damai sejahtera.

Oleh salib dan kematian-Nya, Yesus “membatalkan” hukum taurat dengan segala ketentuannya (upacara perilaku lahiriah). Maksud dari kata “membatalkan” bukan berarti menghapus atau meniadakan hukum taurat, tetapi meneguh-kannya supaya orang beriman akan semakin taat kepada Allah dan mengetahui betapa berdosanya manusia (Roma 3:20,31; Kolose 2:14). Di dalam dan oleh Kristus semua dipersekutukan dalam damai sejahtera dan memperoleh jalan masuk ke hadirat Allah, artinya dalam Kristus semua dipersekutukan dengan Allah Bapa.

Ayat 19-22 dalam bagian ini Paulus mengingatkan ulang dan memberikan tekanan yang sangat kuat tentang apa yang sudah diucapkan dalam ayat 11-13 bahwa diluar Kristus mereka tidak mendapatkan janji damai sejahtera, karena mereka adalah “orang asing” (xenoj =xenoi), namun dalam Kristus mereka (orang Yunani) memiliki hak dan kewargaan yang sama dengan orang Yahudi, menjadi “Keluarga Allah” (oikeioi tou qeou=oikeioi tou Theou), dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru, bahkan sekarang oleh Kristus semua sudah menjadi sewarga sebagai orang-orang kudus dan menjadi anggota keluarga Allah. 

Menjadi bangunan tempat kediaman Allah dalam Roh, artinya relasi kehidupan mereka yang dulu dibatasi oleh etnis (suku bangsa) dan tradisi, kini disatukan dalam damai sejahtera dalam Allah oleh Roh, bahkan persekutuan mereka menjadi tempat kediaman Allah atau bait Allah yang dibangun di dalam Roh.

Makna dan Implikasi Firman
Gereja sebagai persekutuan orang percaya terpanggil untuk menghadirkan damai sejahtera, bukan hanya di dalam tubuh gereja sendiri, tapi juga bagi dunia pada umumnya. Peran gereja di tengah-tengah bangsa harus memberi kontribusi dalam pembangunan disegala bidang kehidupan. Gereja harus menjadi pelopor meniadakan perbedaan.

Perbedaan bukanlah alasan untuk berseteru dengan pihak yang lain. Sebab Kristus telah meruntuhkan segala tembok pemisah yang membatasi orang-orang percaya untuk membangun kehidupan bersama. Gereja sebagai perse-kutuan orang percaya terpanggil untuk mempererat persatuan dalam semangat kebangkitan nasional, mem-bangun bangsa kearah kehidupan yang lebih baik. Sejak zaman Perjanjian Lama umat Allah berperan dalam membangun kehidupan spiritual dan politik (pemerintahan) seperti yang juga dilakukan oleh Nehemia ketika membangun tembok Yerusalem, sehingga umat tidak dicela oleh bangsa lain, bahkan aman dari serangan musuh-musuh mereka (Nehemia 2:17).

Keragaman dalam kesatuan merupakan anugerah Allah. Artinya kesatuan dalam Kristus tidak harus sama, baik suku bangsa, budaya maupun tradisi. Melalui karya selamat Yesus Kristus, orang percaya terpanggil untuk menghayati pengorbanan-Nya yang tidak hanya diuntukkan bagi orang Yahudi atau orang kristen tetapijuga untuk seluruh bangsa.

Menghayati dan mensyukuri anugerah Tuhan bagi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) di usia ke-69 tahun, GMIM sebagai anggotanya telah ikut serta mem-bangun bangsa Indonesia dalam semangat oikumenis yang menjadikan Kristus sebagai Kepala Gereja.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
  1. Bagaimana Paulus menjelaskan tentang Kristus sebagai pemersatu di dalam perbedaan, menurut Efesus 2:11-22 ?
  2. Jelaskanlah peran gereja menciptakan kesatuan dalam perbedaan sebagai anugerah Allah?
  3. Apa upaya gereja dalam menciptakan kesejahteraan dan menopang pembangunan bangsa ?
POKOK – POKOK DOA :
Peran gereja dalam membangun kesatuan bangsa Indonesia.
Usaha perdamaian antar sesama manusia.
Persekutuan gereja di seluruh dunia, khususnya di daerah yang mengalami konflik sosial.

NAS PEMBIMBING : 1 Tesalonika 5 : 11

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK III

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Nyanyian Masuk : NNBT No. 5. Sorak-Sorailah

Ses Nas Pembimbing: Baik Bangun dan Bersedia.

Ses Pengakuan Dosa: Miringkanlah

Ses Pemberitaan Anugerah Allah : NKB No. 73 Kasih Tuhanku Lembut

Ses Pembacaan Alkitab : KJ No. 50a Sabdamu Abadi

Persembahan: NKB.No. 111 Gereja Bagai Bahtera

Penutup “Alangkah Indah Hidup Rukun”.

ATRIBUT :

Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.

Sumber : www.gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 12 Mei - 18 Mei 2019

Mei 11, 2019
TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah Di Bumi Milik Tuhan”
TEMA MINGGUAN : “Berdoa untuk Keluarga”
BACAAN ALKITAB : 1 Tawarikh 17:16-27

Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat (MTPJ)

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Pada umumnya diketahui bahwa doa sebagai sarana komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Karena itu, bila kita melihat ada orang di sekitar kita yang tidak berdoa, baik waktu makan maupun melakukan sesuatu, maka kita akan menilai dia sebagai orang yang kurang percaya kepada Tuhan atau kurang memahami pentingnya doa.

Dalam kehidupan sebagai keluarga Kristen, doa seha-rusnya menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan setiap saat, baik untuk mengucap syukur, memohon dan menggumuli sesuatu masalah kepada Tuhan, maupun memohon tuntunan Tuhan dalam kerja dan pengabdian kita, sebab doa adalah jantung dan nafas hidup orang percaya.

Di masa kini ada orang yang kadangkala melupakan atau mengabaikan pentingnya doa, hanya karena mengejar karir dan jabatan demi kesejahteraan keluarga. Bahkan karir dan jabatan menjadi pemicu manusia untuk berlomba-lomba mendapatkan-nya bukan hanya demi keluarga tetapi juga demi gengsi dan harga diri, sehingga membuat orang lebih mengandalkan kemampuan dan keahliannya dalam menjalankan pekerjaannya. Tanpa disadari bahwa Tuhanlah yang memberikan talenta pada manusia untuk mengembangkan karir, jabatan dan pekerjaan-nya.

Karir, jabatan dan pekerjaan kita sebenarnya sangat terhubung dengan karya selamat Allah bagi dunia dimulai dari kehidupan keluarga. Keluarga yang diberkati dapat menjadikan lingkungan yang ada di sekitarnya juga diberkati. Dalam keprihatinan gereja tentang realitas kehidupan manusia yang mengejar karir dan jabatan di masa kini, maka tema “Berdoa untuk Keluarga” menjadi panggilan Iman setiap warga gereja.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kitab 1 Tawarikh menceritakan sejarah keselamatan umat Allah yang tidak hanya menaruh perhatian pada fakta-fakta sejarah Israel melainkan pada makna dari fakta-fakta tersebut.  Penulis kitab Tawarikh memilih peristiwa-peristiwa yang maknanya dianggap abadi, khususnya yang menyangkut lingkungan sendiri.

Ia begitu peka menjelaskan bagaimana masa lalu dapat menerangkan masa kini dan berusaha belajar bagi dirinya sendiri serta mengajarkan kepada umat di zamannya tentang anugerah dan hukuman Allah yang dahsyat dalam sejarah Israel. Umat telah merasakan akibat pembuangan dan tertekan dengan keadaan di tempat mereka yang baru. Juga hendak menceritakan sejarah sedemikian rupa sehingga umat dapat meyakini bahwa Allah tetap memerintah dan hendak menekankan pentingnya kesetiaan yang penuh kepada-Nya.

Dalam sudut pandang politik, kitab Tawarikh memberikan perhatian penuh pada Yehuda yang tetap hidup setelah masa pembuangan dan sedang melaksanakan pelayanan rohani dan etika yang dipercayakan Tuhan kepada umat Israel. Penulis mengagungkan Daud dan keturunannya karena bagi penulis keluarga Daud yang dipilih Allah itu telah mengatasi berbagai kesulitan. Secara teologis kitab Tawarikh memberikan sum-bangsih bagi pemulihan zaman keemasaan Raja Daud dan Salomo tetapi bukan dengan mendirikan kembali kerajaan melainkan dengan kembali kepada ibadah yang benar dan kesetiaan kepada Allah.

Kitab 1 Tawarikh 17:16-27 merupakan respons iman Raja Daud ketika mendengar firman yang disampaikan Tuhan melalui nabi Natan terhadap kerinduannya membangun Bait Allah yang ditolak (lihat 1 Tawarikh 17:4). Namun Tuhan menjanjikan bahwa Ia akan membangkitkan keturunan dan mengokohkan kerajaannya. Lalu raja Daud merespon dengan berdoa syukur atas pemilihan Tuhan terhadap keluarga dan keturunannya untuk menjadi raja atas Israel dan dalam membangun Bait Allah.

Dalam ayat 16 “Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah dan siapakah keluargaku sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?” Menjelaskan tentang sejarah kehidupan Daud yang disampaikan Tuhan melalui nabi Natan, yaitu pertama bahwa Anugerah Tuhan bagi Daud tidak membuatnya menjadi sombong. Ia tidak mengangap bahwa ia layak menerima janji Tuhan tersebut.  Kedua, Tuhanlah yang mengangkat Daud menjadi raja atas umat Israel. Tuhan berfirman: “Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel.” (17:7).

Ayat 17-19, Raja Daud mengucap syukur atas jaminan keberlangsungan keturunannya. Ia menyadari bahwa datangnya hal-hal baik baginya dan keluarganya, sekarang dan yang akan datang, itu bukan karena keistimewaan dirinya melainkan karena pemilihan menurut kehendak Allah yang mengenal dia dan keluarganya.

Itulah anugerah Tuhan dalam persekutuan hidup keluarganya. Jaminan keselamatan dan keberlangsungan tahta kerajaan Israel bagi keluarganya pasti akan terwujud. Karena itu Daud berdoa dengan penuh syukur dan sukacita dan bertanya apakah lagi yang akan ia lakukan sebagai respons imannya, sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan

Ayat 20-22, Daud mengagungkan Tuhan Allah Israel, bahwa tidak ada Allah lain seperti Engkau yang kami sembah. Hal ini berarti ia betul-betul membandingkan allah bangsa-bangsa lain dengan Allah yang ia sembah dan yang telah menuntun membebaskan umat-Nya.

Daud mau menekankan bahwa yang berbeda dalam hal ini adalah suasana “kekeluargaan” yang ada dalam kehidupan religius bangsa Israel, yang dinampakkan pada ungkapan: “Engkau telah membuat umat-Mu Israel menjadi umat-Mu untuk selama-lamanya dan Engkau, ya Tuhan, menjadi Allah mereka”. Arti hubungan yang inti antara Allah sebagai Bapa dan Israel sebagai anak-Nya.

Ayat 23-27, di tengah-tengah kesibukan tugas sebagai  raja,  Daud juga menjalankan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga. Dia memberikan waktu khusus untuk keluarga, ter-utama berdoa untuk keluarganya.

Walaupun Tuhan telah berjanji kepada Daud tentang keberlangsungan hidup keluarganya yang diberkati tetapi ia tetap memohon dalam doanya agar janji Tuhan berlaku dalam diri dan keluarganya, yaitu janji berkat seperti yang diungkapakan dalam ayat 27 “Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati, ya Tuhan, diberkati untuk selama-lamanya”.

Hal ini bukan berarti bahwa Daud meragukan akan janji Tuhan itu, tetapi ia menyadari bahwa sebagai seorang hamba, ia meminta kepada Tuhan atas dasar kasih setia Bapa kepada anak-anak-Nya. Bagi Daud pemberian Tuhan justru menggambarkan kebesaran pemberi janji, bukan penerimanya, maka anugerah Tuhan yang luar biasa membuat dia semakin memuliakan Allah.

Makna dan Implikasi Firman
  • Allah Israel adalah Allah Mahabesar dan tidak ada allah lain seperti Allah Israel yang hadir dalam keluarga Daud dan di tengah persekutuan umat-Nya. Hal ini memberikan teladan kepada kita dan keluarga untuk membangun relasi yang baik dan benar dengan Allah, seperti yang dilakukan oleh Daud, terutama dalam bentuk doa yang akrab dengan Allah.
  • Allah adalah Bapa bagi Israel dan Israel adalah anak-anak-Nya. Hubungan ini adalah bentuk komunikasi spiritual antara Daud dan Tuhan Allah. Karena itu bagi kita, Allah harus betul-betul diberi tempat dalam kehidupan keluarga, sehingga jaminan keberlangsungan hidup keluarga kita selalu bertumpu pada kuasa dan kehendak Allah. Seperti Daud, kita juga patut bersyukur atas relasi spiritual yang diperkenankan Tuhan atas kehidupan kita dan keluarga (Mazmur 103:13).
  • Memelihara kesetiaan kepada Tuhan sangat penting bagi persekutuan umat. Kesetiaan itu harus dibuktikan dalam bentuk ibadah yang benar termasuk di dalamnya berdoa untuk keluarga memohon berkat, penyertaan serta perlin-dungan dari Tuhan. Kesetiaan kepada Tuhan adalah kunci kemenangan umat Israel.Doa adalah sarana komunikasi antara umat dan Tuhan. 
  • Doa merupakan penghubung antara manusia dengan Allah. Apapun yang telah dijanjikan Tuhan dapat kita miliki, tetapi kita harus tetap meminta dalam   Dengan berdoa umat dapat menyatakan syukur dan menyampaikan permohonan kepada Tuhan untuk kerja selamat  bagi keluarga dan umat.
  • Doa Daud sebagai bentuk perhatian pada keluarga yang di dalamnya terjalin kasih dan kesetiaan kepada Tuhan. Sesibuk apapun, kita harus menyediakan waktu bagi keluarga untuk berdoa bersama, sehingga terjalin relasi yang harmonis antar sesama keluarga dan Tuhan. Tuhan Allah memakai setiap keluarga menjadi alat damai sejahtera untuk mewujudkan karya selamat-Nya di bumi milik Tuhan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
  1. Apa pentingnya berdoa untuk keluarga menurut perikop 1 Tawarikh 17:16-27?
  2. Bagaimana membangun relasi yang harmonis dalam kehidupan keluarga?
POKOK-POKOK DOA
Setiap warga gereja agar hidup dalam ketaatan kepada Tuhan
Keluarga menjadi alat Tuhan dalam karya keselamatan Allah
Membangun relasi yang harmonis dalam keluarga untuk mewujudkan kehidupan berdoa bersama dalam

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN
HARI MINGGU BENTUK II.

NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Kemuliaan Bagi Allah : DSL  47 Doa dan Keluh

Sesudah Doa Penyembahan : NNBT No. 4 Naikkan Doa Pada Allah

Ses Pengakuan Dosa : Oh Tuhan Yang Mahakuasa

Ses Janji Anugerah Allah : DSL 136 Jam Sembahyang

Ses Puji-Pujian : NKB No. 143 Janji Yang Manis

Ses Pengakuan Iman: KJ No. 280 Aku Percaya

Ses Pembacaan Alkitab: KJ No. 49 Firman Allah Jayalah

Persembahan KJ No. 367 Pada-Mu Tuhan Dan Allahku.

Nyanyian Penutup KJ No. 318 Berbahagia Tiap Rumah Tangga.

ATRIBUT
Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.

Sumber : www.gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 05 - 11 Mei 2019 Yehezkiel 47 :1-12

Mei 04, 2019

TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah Di Bumi Milik Tuhan”
TEMA MINGGUAN : “Pemulihan yang Holistik”
BACAAN ALKITAB : Yehezkiel 47:1-12

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Pemulihan yang holistik (menyeluruh dan utuh) merupakan suatu harapan dari orang percaya yang hidup dialam ciptaan Tuhan ini. Dimana-mana telah terjadi berbagai kerusakan alam akibat keserakahan manusia; alam yang tadinya indah kini menjadi rusak, gersang dan menakutkan.

Kehidupan yang damai di alam ciptaan ini menjadi impian setiap insan yang kini berubah menjadi kehancuran karena ulah manusia yang menebang pohon tanpa memperhatikan kelestariannya, meng-geruk alam untuk mendapatkan hasil tambang: emas, perak, tembaga yang mengiurkan, maka bencana alam pun terjadi dimana-mana, tanah longsor, banjir, kebakaran lahan, serta kekeringan, bahkan yang lebih besar lagi ialah terjadinya global warming yang berakibat pada kerusakan lapisan ozon.

Manusia bukan hanya merusak alam tapi lebih dari itu merusak dirinya sendiri dengan melakukan hal-hal yang jahat. Sikap saling menjatuhkan antar manusia membuat dunia ini tidak aman dan damai lagi. Manusia sebagai mahkluk ciptaan Allah yang termulia yang dipercayakan untuk menjaga dan memelihara bumi ini tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Bumi telah rusak, hubungan persaudaraan antar manusia hancur, sungguh manusia telah kehilangan kemuliaannya, maka kita butuh peran Allah untuk memulihkan kembali semua ciptaan-Nya menjadi sempurna. Pemulihan yang Holistik adalah jawaban untuk segala pergumulan itu.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Yehezkiel artinya Allah menguatkan. Yehezkiel adalah putera dari imam Busy (Yehezkiel 1:3) dan ia sendiri juga adalah seorang imam. Pada tahun 597 SM (2 Raja-raja 24:14-17) ia dibuang bersama-sama dengan Yoyakhin ke Babel. Tema-tema yang ada pada kitab Yehezkiel selalu mengangkat soal kesucian, keagungan Tuhan dan pertobatan umat Israel.

Kitab Yehezkiel 47:1-12 termasuk salah satu pasal yang isinya bersifat eskatologis yang banyak menggunakan bahasa-bahasa simbol yang isi cerita dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu:

Ayat 1-5, berisi penglihatan air yang keluar dari bait Allah yang terus mengalir dan akhirnya menjadi sungai yang dalam. Pada bagian ini kita dapati ada 4 hal yang penting: 

Pertama; Seorang yang kelihatan seperti tembaga yang memegang tali lenan di tangannya dan tongkat. Penjelasan tentang siapa orang ini kurang begitu jelas hanya saja orang ini adalah sebagai utusan Tuhan, karena pertemuan orang ini dengan Yehezkiel terjadi karena Allah yang mempertemukan mereka (bnd.Yehezkiel 40:3.). Peran orang ini sangat penting karena dialah yang menuntun Yehezkiel dalam penglihatannya.

Dia juga yang memperlihatkan kepada Yehezkiel tentang adanya air di bawah Bait Allah, serta ke mana perginya air itu. Dia juga yang menyuruh Yehezkiel untuk mengikuti aliran air itu, serta mengukur kedalaman air itu. Jadi jelaslah bahwa orang ini di utus Allah khusus mengukur air itu.

Kedua; Yehezkiel adalah orang yang mendapat penglihatan dari Allah tentang berbagai peristiwa kehidupan umat Israel di Babel.Ia juga adalah pribadi yang taat dan setia melakukan perintah Allah, karena itu apa yang diperintahkan oleh utusan Tuhan itu, bahkan apa yang dinyatakan dalam setiap penglihatan dapat dipahami dan dilakukan oleh Yehezkiel.

Ketiga; Air yang keluar dari Bait Allah telah dilihat sebagai bentuk pertolongan Allah yang mengubah kehidupan umat Israel.

Debet air yang bertambah dari kecil hingga menjadi aliran sungai yang besar, lebih dilihat sebagai kekuatan kuasa Allah yang akan terjadi di tengah bangsa Israel, bahkan air ini dilihat sebagai simbol kehidupan baru yang mendatangkan sejahtera bagi umat Israel, memberi kesuburan yang ditandai dengan bertumbuhnya pohon-pohon baru, serta adanya ikan-kan di sungai, berubahnya air laut yang asin menjadi tawar dan semuanya menjadi gambaran pertolongan Tuhan yang akan mengubah kehidupan bangsa Israel yang menderita di pembuangan menjadi bangsa yang diselamatkan dan akan hidup sejahtera dan bahagia.

Keempat; Bait Allah adalah sumber “Air Kehidupan” bagi umat Tuhan, sebab Bait Allah selalu manjadi tanda kehadiran Allah yang memberi kehidupan bagi umat Tuhan. Bait Allah juga menjadi sentral persekutuan umat Tuhan, karena dari Bait Allah selalu diyakini mengalir kehidupan yang mensejahterakan.

Ayat 6-12, berisi cerita perjalanan pulang Yehezkiel bersama utusan Tuhan, sambil melihat perubahan yang terjadi akibat mengalirnya air dari Bait Allah. Ternyata air yang mengalir dari Bait Allah benar-benar telah mengubah lingkungan dan alam sekitarnya.


Baca Juga : Renungan Harian Keluarga Bulan Mei 2019


Air dari Bait Allah mampu mengubah air laut yang asin menjadi tawar serta pinggiran-pinggiran sungai yang tadinya rusak dan gersang berubah menjadi hijau karena bertumbuhnya pohon-pohon baru. Air dari Bait Allah yang menjadi sungai telah menjadi tempat berkeliapan mahkluk-mahkluk air dan ber-kembang-biaknya berbagai jenis ikan.

Jadi air dari Bait Allah telah mensejahterakan semua orang yang hidup di pingiran sungai, terlihat dengan banyaknya penangkap ikan atau pemukat, tepian sungai kini menjadi ramai bahkan sampai di rawa-rawapun berubah menjadi sumber rejeki bagi semua orang.

Adanya perubahan seperti air asin menjadi tawar, ikan-ikan yang banyak, pohon-pohon yang bertumbuh, rawa-rawa menjadi tempat mengambil garam, serta penangkap ikan yang  banyak di tepi sungai, menggambarkan betapa air dari Bait Allah benar-benar mampu memulihkan alam ciptaan Tuhan.

Kehadiran air dari bait Allah mengubah segala sesuatu yang rusak menjadi baik yang pada akhirnya, air telah menjadi simbol kehadiran Allah serta kunci satu-satunya yang dapat mensejahterakan dan menyelamatkan bangsa Israel.

Makna dan Implikasi Firman
Allah selalu mengasihi umat-Nya, walaupun umat-Nya sering tidak melakukan kehendak-N Allah selalu memberi kesempatan bagi umat yang berbuat dosa untuk bertobat. Kehidupan yang bertobat akan membuat umat mengalami kasih dan selamat dari Allah.

Dunia ini rusak oleh perbuatan manusia, tapi kita harus percaya Allah sanggup mengubah dunia yang rusak ini menjadi dunia yang sempurna. Kekuasaan Allah melebihi kekuasaan manusia, tidak ada di kolong langit ini yang dapat menghalangi apalagi menandingi kekuasaan Allah. Allah dapat mengubah tanah yang kering menjadi tanah yang subur, air yang asin menjadi air yang tawar.

Kuasa Allah yang mengalir dalam firman-Nya mampu memulihkan keadaan apapun yang dihadapi dan dialami oleh orang percaya, bahkan menyembuhkan yang sakit dan memulihkan kehidupan mengalami pergumulan dan tekanan.

Umat manusia harus selalu ingat bahwa Tuhanlah yang menentukan segala sesuatu di dunia ini termasuk masa depan kita, keselamatan kita, kebahagiaan kita Tuhanlah yang mengatur semuanya termasuk berkat, keberuntungan dan rejeki kita. Artinya Tuhan mampu memulihkan semua hal secara holistik.


PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa yang kamu pahami tentang pemulihan menurut Yehezkiel 47:112?
  2. Bagaimana ciri-ciri orang percaya yang sudah mengalami pemulihan dari Allah?
  3. Menurut saudara perlukah gereja mendapat pemulihan dari Allah?

NAS PEMBIMBING: Wahyu 21:5

POKOK – POKOK  DOA :
Pemulihan akan dunia yang rusak oleh ulah manusia .
Pemulihan bagi dunia yang penuh dengan peperangan supaya didatangkan perdamaian.
Berdoa bagi daerah-daerah yang dilanda bencana alam, kelaparan, serta kekeringan.
Berdoa bagi gereja-gereja Tuhan agar menjadi gereja yang terus dibaharui.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK I 

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Panggilan beribadah: NNBT No.2. Dunia Tercipta Oleh Kar’na Tuhan-Mu

Ses.Nas Pembimbing: KJ No. 64 Bila Kulihat Bintang Gemerlapan.

Ses.Pengakuan Dosa : KJ No. 29 Di Muka Tuhan Yesus.

Ses.Pemberitaan Anugerah Allah: KJ No. 40 Ajaib Benar Anugerah.

Ses,Hukum Tuhan: NNBT No.19 Allah Besar Agung Nama-Nya

Persembahan : KJ No. 289  Tuhan Pencipta semesta

Nyanyian Penutup: NKB No. 197 Besarlah Untungku

ATRIBUT :

Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.

Sumber : www.gmim.or.id

MTPJ 22 April 1 Korintus 15:33-34 Paskah ke-Dua Hari Persekutuan Pemuda Gmim

April 20, 2019
TEMA:  “Pemuda Milenial yang Beriman”
BACAAN ALKITAB : 1 Korintus 15:33-34

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Shalom dan selamat Paskah bagi kita sekalian.

Pemuda adalah generasi yang handal untuk merangkumi banyak hal dalam perkembangan sosial dari zaman ke zaman. Dimasa kini pemuda sering disebut sebagai “generasi milenial” yang zaman ini menghadapi dan bergelut dengan berbagai perkembangan dunia, antara lain perkembangan revolusi industri di era four point zero (4.0), yang ditandai dengan ekonomi berbasis teknolgi digital atau digital ekonomi.

Perkembangan ini bukan harus ditakuti melainkan harus dihadapi dengan iman yang kuat. Karena itu diperayaan Paskah hari kedua ini kita digugah dengan dua ayat yang menjadi nasihat rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.

Bacaan 1 Korintus Pasal 15 pada umumnya berisi tentang keyakinan Paulus bahwa kebangkitan kita adalah manifestasi dari kebangkitan Yesus sebagai pewujudan bahwa Allah telah mengalahkan kematian dan menjanjikan kebangkitan bagi semua orang percaya kepada Yesus Kristus bahkan menceritakan
pengajaran iman yang sangat penting dalam kehidupan  jemaat mula-mula yaitu kebangkitan Kristus merupakan titik awal dari pekabaran Injil sampai Tuhan Yesus Kristus datang kembali. Memang ada orang yang menyangkal tentang kebangkitan Kristus sehingga Paulus menyatakan jika Kristus tidak dibangkitkan maka tidak ada kelepasan dari dosa dan iman Kristen menjadi sia-sia. 

Permasalahan yang muncul di jemaat Korintus adalah mereka angkuh secara intelek,  kaya materi dan bejat secara moral yang suka dengan perbuatan percabulan dan hawa nafsu.

Saudara-saudara yang dikasihi Yesus Kristus

Khusus 1 Korintus 15:33-34,  Paulus hendak menegur orang-orang di Korintus “janganlah kamu sesat”. Hal ini  memperingatkan  mereka supaya  tidak disesatkan oleh filsafat yang salah. Sebab ada beberapa orang dalam jemaat Korintus yang dipengaruhi oleh sahabat-sahabat mereka yang kafir. Paulus tidak mau jemaat itu dipengaruhi oleh beberapa orang yang sesat dalam pergaulannya. 

Mereka  harus menjauhkan diri dari orang yang sesat dan jahat itu sebab “pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik“. Artinya Paulus tidak pernah melarang orang Korintus untuk bergaul dengan siapapun, namun bila mereka salah bergaul bahkan membaur pada hal-hal yang buruk, maka tentu kebiasaan iman yang selalu berbuat kebaikkan dan memuliakan Allah akan menjadi rusak.

Karena itu Paulus mengatakan “janganlah kamu sesat” artinya jangan membiarkan diri dibelokkan pada ajaran atau pergaulan yang buruk. Sebab orang Yunani mempunyai kebiasaan yang buruk yaitu, makan secara berlebihan tapi tidak memperhatikan orang lain dan minum sampai mabuk dan akhirnya melibatkan diri dalam kehidupan seksual yang tidak terpuji, selain itu mereka sangat kuat dalam penyembahan terhadap kaisar sebagai dewa.

Sudah tentu perkataan Paulus ini diakui di mana-mana terlebih di antara orang Kristen. Kehidupan rohani yang dipegaruhi oleh suasana duniawi akan mempengaruhi iman mereka. Ajaran bidat (sesat) memabukkan jemaat dan pergaulan dengan dunia akan  melemahkan kasih seseorang kepada Allah. 

Paulus  menyampaikan peringatan ini agar jemaat Korintus membatasi diri agar tidak bergaul dengan orang-orang yang merusak kepercayaan dan iman mereka terutama tentang kebangkitan dan menasihati orang-orang percaya itu supaya sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi.
Paulus menuduh jemaat  Korintus yang memegahkan diri atas pengetahuan mereka sebagai orang yang tidak mengenal Allah. Hal ini dikatakannya  supaya kamu merasa malu. Pergaulan menunjuk pada  prilaku dan tindakan yang tidak  mencerminkan nilai-nilai Kristen yang sudah ditetapkan melalui pengajaran Paulus  seperti menjauhi yang jahat dan mengutamakan kasih kepada Tuhan dan sesama manusia.

Ayat 34, “Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi”. Paulus mendesak mereka supaya mereka jangan mabuk terus dalam dosa melainkan menjadi sadar kembali. Rupanya mereka tidak sepenuhnya tahu akan keadaan hidup mereka yang duniawi,

itulah sebabnya beberapa di antara mereka dengan mudah disesatkan oleh pengetahuan yang ada di sekitar mereka. Suatu peringatan bagi jemaat bahwa ada di antara orang-orang yang menyangkah mereka lebih tahu dari pada Rasul Paulus. Paulus berkata tentang mereka “ Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah”, karena itu mereka menyangkal kebangkitan.

Mereka sudah bergaul dengan orang-orang yang sesat dan mendengarkan guru-guru yang sesat. Dan mereka tetap tinggal di dalam dosa mereka. Dalam jemaat Tuhan orang yang demikian membuat malu semua anggota dan hal itu menjadi peringatan atas bahaya yang mengancam mereka. Karena itu, seluruh jemaat patut merasa malu sebab ada beberapa orang di antara mereka yang meragukan atau menyangkal adanya kebangkitan itu.

Saudara-saudara yang diberkati Tuhan

Sebagai Pemuda GMIM janganlah kita bergaul dengan kebiasaan buruk seperti seks bebas, narkoba, mabuk-mabukkan yang merusakkan tubuh. Dunia di era melenial ini sering menawarkan kemudahan yang membuat Pemuda terjerumus dalam perbuatan dosa.

Pemuda harus positif dan realistis serta bertindak sesuai iman Kristen dan jauhilah  perbuatan dosa. Hari ini sebagai hari pemuda GMIM,  dengan mengikuti ibadah dan pawai Paskah  juga sebagai hari bumi se-dunia diperhadapkan  dengan sebuah era yang disebut Milenial dengan karakteristik generasi  yang  ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital sedangkan  revolusi four point zero (4.0),

merupakan fase keempat dari perjalanan revolusi industri  dengan perubahan yang sangat cepat terkait dengan segala dimensi kehidupan dengan adanya sebuah digitalisasi serta kegiatan memproses atau mengelola barang dengan menggunakan sarana  peralatan mesin yang  merupakan  tren otomatis dan pertukaran data terkini

dalam teknologi pabrik seperti unicorn, starup sebagai gojek yang memudahkan masyarakat bisa memesan transportasi atau makanan hanya dengan sekali klik.

Pemuda Milenial Yang Beriman harus  menggunakan teknologi dengan baik dan membangun iman yang kokoh kepada Yesus Kristus yang sudah bangkit dan mengalahkan maut. Pemuda Kristen GMIM harus berpikir kritis sebagai pemuda gereja yang percaya kepada Yesus Kristus hal ini merupakan tantangan dan peluang bagi pemuda gereja. Jangan menggunakan teknologi digital  sebagai pergaulan yang buruk  tetapi gunakanlah dengan hal-hal yang positif untuk membangun iman kita. Amin.

Soli deo Glorya

Sumber : www.gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 21-27 April 2019 Yohanes 20 : 1-10

April 20, 2019

TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah Di Bumi Milik Tuhan”
TEMA MINGGUAN : “Kebangkitan Yesus dan Peran Perempuan”
BACAAN ALKITAB : Yohanes 20:1-10

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Sejak dekade tahun 2000-an, isu tentang gender (kesetaraan peran laki-laki dan perempuan) menjadi hangat dibicarakan orang, bahkan muncul berbagai kelompok pemer-hati, termasuk aliansi perempuan yang ingin menyatakan kepada dunia tentang identitas dan peran perempuan.

Sementara itu, dibeberapa tempat di Indonesia ini, yang karena aturan adat istiadat membuat kaum perempuan tidak dapat menjalankan perannya sebagai manusia dan akhirnya membuat kehidupan mereka menjadi statis (tidak bergerak, tidak aktif), bahkan cenderung skeptis (ragu-ragu/tidak percaya) terhadap sesuatu, yang sebenarnya dapat mereka kerjakan.

Sehingga ujung-ujungnya peran perempuan hanya sebatas peran kodrati saja (tiga peran kodrati perempuan yaitu, mengandung, melahirkan dan menyusui anak).

Tema minggu ini ialah:“Kebangkitan Yesus dan Peran Perempuan” akan menyoroti korelasi (hubungan timbal-balik) antara peristiwa kebangkitan Yesus dan peran perempuan. Tema ini juga dipilih dalam hubungannya dengan Perayaan Hari Anak GMIM dan Hari Kartini.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Secara umum Kitab Injil Yohanes mengangkat dua pokok penting yaitu tentang ke-Mesias-an Yesus (pasal 1:41; 4:29; 11:27) dan ke-Anak-an Yesus (pasal 1:18; 3:16). Yang justru melalui kedua hal ini Yesus melayani untuk Kerajaan Allah dan melalui kedua hal ini Yesus dihukum mati berdasarkan hukum Yahudi (pasal 19:7).

Khusus perikop Yohanes 20:1-10, secara harafiah mengisahkan Maria Magdalena pergi ke kubur Yesus dan menemukan bahwa batu telah diambil dari kubur (ayat 1), kemudian berlari menemui Petrus dan murid yang lain dan mengatakan bahwa Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya (ayat 2). Hal ini menjadi awal berita tentang kebangkitan Yesus.

Dalam hubungan dengan peran perempuan, ternyata ada perbedaan data antara kitab Injil Yohanes dan kitab Injil yang lain (Injil synoptis). Kesaksian kitab Injil Matius menyebutkan bahwa Maria Magdalena dan Maria yang lain pergi ke kubur, terjadi gempa karena ada malaikat turun dan menggulingkan batu penutup kubur lalu duduk di atasnya (Matius 28:1-2), artinya dahsyatnya kuasa kebangkitan menyertai malaikat itu;

kemudian Injil Markus menyebut Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome membeli rempah-rempah dan meminyaki Yesus (Markus 16:1), sedangkan Lukas menyebut Maria dari Magdala, Yohana, Maria Ibu Yakobus dan perempuan-perempuan lain (Lukas 24:10). Perbedaan kehadiran perempuan sebagai saksi peristiwa kebangkitan Yesus terjadi karena latar belakang sosial di mana kitab itu ditulis berbeda. Disamping itu,

perbedaan ini terjadi karena cara penulisan Yohanes yang hanya menyebut satu nama, yaitu Maria Magdalena (ayat 1), namun ternyata ia tidak sendiri karena kata “kami” dalam ayat 2 (‘kami tidak tahu dimana Ia diletakkan’). Kata “kami” menunjukkan pada pengertian jamak bahwa ada perempuan-perempuan lain yang bersama-sama dengan dia.

Memang kita tidak akan menyoroti perbedaan dari kitab-kitab ini, melainkan melihat bahwa berita tentang peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus itu bermula dari kesaksian Maria Magdalena dan perempuan-perempuan yang lain; meskipun kisah selanjutnya dari kebangkitan Yesus itu nanti diuraikan dalam perikop sesudah ini.

Ungkapan Maria Magdalena dan perempuan-perempuan lain bahwa “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya” menunjukkan bahwa begitu banyak mayat dicuri dari kuburan pada zaman itu. Sebab pada masa itu, banyak mayat yang dicuri karena keperluan mistik,

sehingga Kaisar Claudius (41-54 M) mengeluarkan sebuah titah yang mewajibkan hukuman mati bagi orang yang merusak kubur, mencuri mayat, atau membuka segel di batu penutup kubur. Dalam budaya mereka, orang harus dikuburkan secara layak. Maria tidak mau membayangkan betapa buruknya kalau mayat Tuhan Yesus diambil oleh musuh.

Hal lain yang juga penting menjadi pemahaman dalam perikop ini, yaitu betapa terbatasnya pemikiran murid-murid pada masa itu. Mereka betul-betul tidak memahami akan peristiwa yang baru saja mereka lihat. Mereka tidak mengingat lagi nubuat yang pernah diungkapkan Yesus bahwa Ia akan menderita, mati dan bangkit pada hari ketiga (Matius 20:19, Lukas 9:22; 18:33; 24:7).

Makna dan Implikasi Firman
Paskah (passover) adalah peristiwa besar disepanjang sejarah dunia. Hal ini merupakan puncak dari rencana penyelamatan Allah bagi manusia dan dunia ciptaan-Nya. Kebangkitan Yesus adalah penggenapan nubuatan yang harus menjadi peringatan keselamatan oleh semua orang percaya (gereja Tuhan).

Dalam Keluaran 12:1-28 awal peristiwa paskah menjadi perintah Allah sebagai peringatan kelepasan dan penyelamatan umat pilihan-Nya. Juga dalam Yesaya 40:1-31 menceritakan tentang keselamatan untuk bangsa yang dalam pembuangan.

Peristiwa Paskah juga menjadi peristiwa penyelamatan anak-anak Ibrani (Keluaran 13:2-3). Juga harus menjadi sebuah peringatan atas perintah Allah yaitu anak-anak adalah bagian dari Paskah sebagai fakta penyelamatan Allah bagi umat-Nya, seperti di tahun ini, perayaan kebangkitan Tuhan Yesus (Paskah Kebangkitan) dilaksanakan berbarengan dengan perayaan Hari Anak GMIM.

Secara nasional kita juga sedang memperingati Hari Kartini sebagai Hari Emansipasi Wanita Indonesia. Berbicara peran perempuan, tentu di Indonesia kita mengenal adanya perem-puan-perempuan yang dikenal sebagai pejuang perempuan Indonesia;

selain R.A. Kartini, kita juga harus mengenal antara lain, Martha Christina Tiahahu di Maluku, Maria Walanda Maramis di Minahasa, selain itu ada juga perempuan-perempuan lain yang mengambil peran penting dalam sejarah Indonesia, misalnya Dr. Marie E. Thomas (1896-1966) sebagai dokter pertama Indonesia, D

R.Augustine Magdalena Waworoentoe (1899-1986) sebagai Walikota Wanita pertama di Indonesia (Walikota Manado 1950-1951), dan Prof. Ny. Annie Abas-Manopo sebagai Sarjana Hukum pertama Indonesia dan sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), juga ada Johana Masdani Tumbuan (pembaca naskah Sumpah Pemuda pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928), dan lain-lain.

Oleh karena itu, dalam rangka Paskah ini, kita diingatkan untuk mewujud-nyatakan peran kita sebagai orang percaya, baik laki-laki maupun perempuan di dalam dunia masa kini, terutama untuk mengupayakan kesejahteraan dan ketentraman manusia sebagai penyataan “syaloom Allah” di bumi milik Tuhan ini.

Masa kini, kita baru selesai melaksanakan Pemilihan Legislatif (anggota DPRD, DPR-RI, DPD-RI) dan Presiden/Wakil Presiden. Selanjutnya kita tinggal menunjukkan peran kekris-tenan kita terhadap dunia, secara khusus mereka yang terpilih sebagai anggota legislatif, agar Tuhan yang nantinya dimuliakan, bukan manusia. Seperti dalam bacaan ini yaitu Yesus yang dimuliakan bukan perempuan-perempuan yang mendapati kubur yang kosong.

Karena itu, marilah kita meninggalkan segala perbedaan bentuk dan warna politik dan menyatu kembali dalam perse-kutuan sebagai orang percaya, untuk melaksanakan panggilan kita, bersaksi dan melayani dalam semangat paskah kebangkitan Tuhan Yesus di lingkungan dimana kita hidup dan berada.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa yang dapat kita katakan tentang peran perempuan dalam perikop bacaan kita ini?
  2. Apa saja yang dapat kita wujudkan sebagai bentuk pelayanan Gereja di dalam dunia masa kini?
  3. Berikanlah beberapa contoh program pelayanan yang menunjukkan peran perempuan dan anak dalam perse-kutuan gereja dan masyarakat!


NAS PEMBIMBING: Filipi 3:10-11

POKOK-POKOK DOA:


  • Semangat Paskah kiranya menjadi motivasi hidup semua orang percaya, terutama kaum perempuan, agar dapat berperan aktif dalam kedamaian dunia.


  • Usaha pemberitaan Injil tentang kebangkitan Yesus di Indonesia dan di seluruh dunia.
  • Peran GMIM dalam menunaikan pelayanan yang lebih akurat sebagai gereja global.


  • Pemerintah/penguasa agar dapat mengemban tugas dalam kebenaran dan keadilan berdasarkan iman dan kehendak Allah.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI RAYA PASKAH I
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Persiapan: KJ.No.188 Kristus Bangkit Soraklah
Ses Nas Pembimbing: KJ.No. 195 Di Makam Yang Gelap.
Ses Pengakuan Dosa: KJ. No. 378 Yang Diperbuat Allahku.
Ses Berita Anugerah Allah: NNBT. 36 Barang Siapa Yang Percaya Kepada Tuhan.
Persembahan : KJ. No.202 Maut Sudah Menyerah.
Nyanyian Penutup: KJ No. 397 Terpuji Engkau, Allah Mahabesar

ATRIBUT
Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dengan salib berwarna kuning.

Sumber : www.gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 14-20 April 2019 Yohanes 18:38b-19:16a Minggu Sengsara ke-Enam

April 13, 2019
TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah di Bumi Milik Tuhan”
TEMA MINGGUAN : “Pilih yang Benar dengan Iman”
Bacaan Alkitab : Yohanes 18:38b-19:16a

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Harga diri sering dipertaruhkan manusia demi mengangkat derajat diri sendiri, sekalipun harta benda, kedudukan, jabatan, pendidikan dan kehidupan keluarga dikorbankan bahkan diper-taruhkan. Nilai dari sebuah “harga diri” seseorang tidak lagi diukur dari norma-norma etis baik dalam struktur sosial maupun dalam tingkat kesadaran jiwa yang mau “merendahkan diri”. Sebab harga diri lebih mementingkan pada sifat dan sikap “ego” atau sebuah emosi manusia yang selalu menganggap diri benar dan harus dihargai, didengar bahkan harus mengikuti kehen-daknya.

Dewasa ini nilai dari sebuah harga diri semakin mempri-hatinkan dan tendens dipolitisasi demi sebuah kepuasan kelom-pok, golongan, apalagi diperhadapkan pada sebuah “pilihan”.

Harga diri juga memiliki kekuatan positif bila pikiran dan hati serta tindakan kita pada sesuatu yang objektif, ketika me-nempatkan pilihan pada kedudukan yang benar, maka pasti akan menghasilkan hal yang positif dalam hidup. Pilihan subjektifitas dari sebuah nilai lebih mendominasi bahkan menjinakkan manusia pada pilihan-pilihan tertentu.

Apalagi ketika kita sedang berada pada pilihan politik maka subjektifitas kita mengalami nilai tinggi, dan jangan heran harga diri “terbeli” oleh sebuah permainan yang secara sistimatis dan pragmatis mempengaruhi ruang hidup kita termasuk “kebenaran” dalam keyakinan iman kita tercoreng oleh sebuah “money-politik” atau “sembako sesaat” yang dapat menyesatkan harga diri kita sehingga kebenaran dalam iman terabaikan.

Akhirnya pilihan dalam nilai hidup mengalami dilematis apalagi menyentuh pada kebutuhan-kebutuhan spiritual dimana kebenaran “terdomestikasi” (terjinakkan) oleh kekuatan sekuler yang memasung kebenaran iman. Pilihan yang subjektif di sisi lain menghadirkan sikap apatis bahkan masa bodoh dengan tanggung jawab iman terhadap pilihan yang harus kita ambil.

Pilihan terhadap Barabas yang dikenal sebagai “penyamun” jauh lebih populer dengan kebenaran dalam Yesus yang sedang diperhadapkan pada sebuah “pilihan” rakyat dan penguasa (Pilatus) dimana akhirnya Kebenaran terjual oleh sebuah harga diri. Hal ini yang  disaksikan dalam kitab Yohanes 18:38b-19:16a. Sehingga alasan pemilihan tema pembahasan kita adalah: “Pilih yang Benar dengan Iman” agar gereja dapat berpartisipasi dalam berbagai pilihan untuk menghadirkan Kerajaan Allah di bumi.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Yohanes, adalah injil yang lebih menekankan tentang keilahian Yesus Kristus sebagai Anak Allah. Bahkan secara manusiawi disaksikan dalam kitab ini yang menurut tradisi Kitab Yohanes ditulis sekitar tahun 90-95 Masehi oleh Yohanes anak Zebedeus, salah satu murid Yesus.

Dalam teks perikop pasal 18:38b-19:16a, Yohanes memper-lihatkan sebuah fakta perdebatan dari pilihan antara membe-baskan Yesus atau disalibkan. Dan keputusan ada di tangan Pontius Pilatus. Ayat 38 Pilatus mulai dengan pertanyaan tentang “kebenaran” itu, karena Pilatus tidak menemui kesalahan dalam diri Yesus, tapi jawaban Yesus  tentang kebenaran adalah bukan diukur secara hukum formal dan hukum agama (Taurat dan adat istiadat Yahudi). Tetapi kebenaran berbicara tentang kerajaan Allah (lih ayat 11) yaitu kuasa Allah. Kebenaran (Yun aletheia) tidak tersembunyi “tidak terbatas” dia bersifat kekal. Ibrani “Emeth” keteguhan yang memiliki substansi “kekal” atau lestari.

Memang Pilatus yang diberi kekuasaan untuk mengadili Yesus karena sebagai Gubernur pada waktu itu, yang semula Herodes dan Pilatus tidak bersahabat band. Lukas 23:8-12, namun dengan peristiwa mengadili Yesus mereka berdua akur kembali.

Teriakan demonstrasi masa salibkan Dia, salibkan Dia, bahkan meminta membebaskan Barabas seorang penjahat sepertinya jauh lebih berharga daripada tuntutan orang-orang Yahudi pada Yesus yang tidak terbukti melanggar hukum formal.

Berulang kali Pilatus dalam pemeriksaan tidak menemukan kesalahan hukum pada diri Yesus (ayat 38b; 19:4). Sesuai tradisi peristiwa pengadilan Yesus terjadi pada tanggal 14 Nisan (Tahun Gregorian antara Maret-April) yaitu hari Raya Roti tidak beragi dalam Paskah Yahudi, maka kebiasaan pemerintahan Romawi melalui Gubernur Yudea selalu membebaskan orang tahanan. Dan Barabas yang diminta orang banyak untuk dibebaskan (18:40).

Kekuatan masa di bawah pimpinan para imam-imam kepala memainkan peranan penting menunjukan politik identitas di hadapan Pilatus. Dalil-dalil agama di dalam melegitimasi gagasan kehendak kelompok menggunakan issu agama dan instrumennya untuk mengalahkan hukum positif Romawi, hal itu terbukti ketika Barabas yang melanggar hukum formal dibebaskan oleh ke-kuatan hukum agama yang menuduh Yesus melakukan “penistaan agama” (ayat 7) karena terbukti menyebut diri sebagai “Anak Allah”.

Sekalipun ada upaya Pilatus untuk membebaskan Yesus dari sudut pandang Hukum positif Romawi (ayat 12) tetapi Pilatus ingin memainkan politik “dua kaki” Yaitu : Pertama, membakar emosi massa dengan “menyesah” dan “menampar” Yesus saat dimahkotai duri dengan baju Ungu bagaikan Raja orang Yahudi (ayat 2,3) agar Kaisar mendapat dukungan (lihat ayat 15) dan kedua, Pilatus dengan kekuasaanya akan didukung oleh orang banyak.

Itu sebabnya dalam dialog Pilatus dan Yesus tidak menyentuh substansi dari persoalan yang dituduhkannya. Justru tentang asal usul yang tidak ada kaitannya, apalagi Pilatus ingin menunjukan kewibawaan dihadapan Yesus dengan istilah “kuasa” atau jabatan, kedudukan yang menurut Pilatus dapat menyelesaikan persoalan (ayat 10) tetapi jawaban Yesus pada Pilatus tentang “kuasa” justru sangat berbeda.

Yesus ingin menunjukan bahwa kuasa Pilatus tidak diperhitungkan dalam penggenapan Mesias, “tetapi siapa yang menyerahkan Aku kepadamu lebih besar dosanya” (ayat 11) mereka adalah imam besar, imam-imam kepala dan orang-orang Yahudi, disanalah penggenapan mesianis itu, bahwa Kerajaan Allah akan dimulai dengan penolakan oleh bangsa Yahudi itu sendiri.

Jawaban terakhir dari pertanyaan Pilatus yang menghina itu (ayat 15) “haruskah aku menyalibkan rajamu?”, dijawab oleh orang-orang Yahudi raja mereka adalah Kaisar : yang menurut tradisi Yahudi pengakuan terhadap orang asing adalah hal yang najis atau bentuk murtad.

Yohanes ingin memperlihatkan kematian Yesus memiliki hubungan penting dengan perayaan Paskah Yahudi, artinya Yesus dihukum oleh hukum Taurat, tetapi dengan hukum Taurat Yesus menggenapi-Nya dengan Paskah yang sesungguh-Nya
Maka di atas kursi “Gabata” (Litostrotos, atau kursi batu) Yesus diserahkan kepada orang untuk disalibkan (ayat 16).

Makna dan Implikasi Firman
Kebenaran diri dan kebenaran iman adalah dua aspek yang sangat berbeda dalam diri seseorang apalagi bila hal itu diperhadapkan pada suatu pilihan, dimana kebenaran diri lebih pada sikap ego manusia yang ingin menonjolkan kekuatan bahkan kekuasaan seseorang. Sementara kebe-naran iman menunjukan sikap seseorang yang lebih mem-prioritaskan keyakinannya kepada Tuhan yang mengatur segala sesuatu menjadi baik.

Harga diri atau sikap membenarkan diri cenderung dalam sebuah pilihan selalu memaksakan kehendaknya dari pada kebenaran Tuhan. Akibatnya subjektifitas dalam menghadir-kan kebenaran tercemar dalam ruang-ruang sosial ekonomi bahkan politik. Pada tahap ini manusia tidak lagi memper-hitungkan apakah pemimpin seorang penjahat (seperti yang ditampilkan dalam pembebasan antara Yesus dan Barabas) atau memiliki masa kelam dalam masyarakat, bahkan yang tidak memiliki skill kepemimpinan tapi karena ada kepentingan yang lebih menonjolkan sebuah pilihan pada kebenaran diri, maka sering kita temui dalam sistim politik dimana menentukan pemimpin pada akhirnya pilihan yang kita tentukan mengalami distorsi (kerusakan).

Dilain pihak ketika kita diperhadapkan pada struktur masyarakat yang membutuhkan pilihan kita terjebak dengan sikap apatis dengan pilihan, sikap cuci tangan dan meng-abaikan potensi talenta dan karunia yang diberikan Tuhan akhirnya sering gagal kita manfaatkan.

Kecenderungan sikap diam dalam mengambil pilihan dalam berbagai aspek hidup adalah bentuk kejahatan terselubung yang ditentang oleh iman Kristiani. Gereja dipanggil Tuhan untuk menjadi garam dan terang (band Matius 5:13-16). Bahkan mengambil bagian dalam penentuan pilihan yang didasari oleh kebenaran iman. Inilah tanggung jawab gereja dalam menyelamatkan karya Allah dalam bumi ciptaan.

Memperjuangkan kebenaran itu berarti setiap pilihan kita didasari oleh iman. Dengan demikian siapapun yang telah kita pilih, kita telah melewati persiapan dalam pergumulan iman, bahwa “kita jangan membuang kebenaran demi harga diri kita” bahwa kebenaran di dalam Yesus adalah hidup dan bukan terletak pada kekuatan atau kuasa sekuler, kelompok dan golongan atau sesuku, sekampung, keluarga bahkan se-partai. Ayat 11 Yesus memberi perbedaan kuasa Pilatus dan kuasa dari Tuhan.

Itu sebabnya gereja memiliki kuasa Yesus yang dapat berpartisipasi dalam pilihan tetapi juga menentukan arah tatanan hidup kita melalui aspek ekonomi sosial bahkan politik. Kekuatan politik tidak terletak pada kekuasaan pimpinan struktur partai, tetapi kekuatan sebuah partai terletak pada kekuasaan menghadirkan orang orang benar, baik dan bertanggung jawab mengelola bumi ciptaan-Nya menjadi lebih baik.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Jelaskan kekuasaan Pontius Pilatus dalam memutuskan pilihan, apakah dia benar menurut perikop bacaan ini?
  2. Apa yang melatarbelakangi pilihan kita, jika akhirnya mengecewakan?
  3. Hal-hal apakah yang dapat membuat pilihan kita benar?

NAS PEMBIMBING: Efesus 4:14-15

POKOK-POKOK DOA:
Untuk bumi ciptaan-Nya agar dapat dikelola oleh orang-orang yang bertanggung jawab
Mereka yang memiliki hak dalam pemilihan dapat memilih dengan benar berdasarkan iman
Gereja Tuhan dapat berperan dalam aspek ekonomi sosial dan politik

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
MINGGU SENGSARA VI

NYANYIAN YANG DIUSULKAN

  • Persiapan: KJ No.353 Sungguh Lembut Tuhan Yesus Memanggil
  • Ses. Nas Pembimbing: NKB No. 34 Setia-Mu Tuhanku Tiada Bertara
  • Ses Pengakuan Dosa: NKB No. 17 Agunglah Kasih Allahku
  • Ses Pemberitaan Anugerah Allah: NNBT No. 7 Mari Puji Tuhan Yesus
  • Ajakan Untuk Mengikut Yesus di Jalan Sengsara: DSL 99 Pikul Salib
  • Ses Pembacaan Alkitab: NKB. No.116 Siapa Yang Berpegang
  • Persembahan: KJ No. 169 Memandang Salib Rajaku
  • Penutup: NNBT. No. 28 Ya Tuhan Tolong Aku

ATRIBUT
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengucapan, salib dan mahkota duri.
Sumber : www.gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 07 - 13 April 2019 Matius 27 : 11-26 Minggu Sengsara ke Lima

April 05, 2019

TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah di Bumi Milik Tuhan””
TEMA MINGGUAN : “Menentukan yang Benar dari Kemurnian Hati”
 Bacaan Alkitab :  Matius 27:11-26

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kita mengetahui bahwa tugas panggilan gereja ialah bersekutu, bersaksi dan melayani. Namun seringkali kita sulit mewujudkan ketiga hal tersebut dalam tindakan hidup, padahal karya keselamatan yang telah Tuhan Allah berikan, melalui kelahiran, pelayanan, penderitaan dan kematian Tuhan Yesus harus dinyatakan dalam tindakan iman dari semua orang percaya yang hidup dan berkarya di bumi milik Tuhan ini, seperti menyatakan kebenaran di atas semua prinsip hidup
manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada berbagai masalah yang berhubungan dengan pelayanan dan panggilan gereja, yang masih “jauh dari kemurnian hati”, terutama dalam hal pengambilan keputusan, baik dalam keluarga, jemaat maupun dalam kehidupan masyarakat.

Memasuki masa tenang menjelang pemilihan calon anggota legislatif, calon Presiden dan calon Wakil Presiden tahun 2019 ini, kita perlu mempersiapkan diri, baik mental maupun kemurnian hati untuk menentukan kebenaran. Tindakan menentukan kebenaran bukan untuk membenarkan orang yang akan kita pilih, melainkan menyatakan kemurnian hati yang berawal dari doa kepada Tuhan untuk memilih seseorang tanpa menjelek-jelekkan orang lain.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan karya keselamatan Allah di bumi milik Tuhan melalui penghayatan kesengsaraan Yesus dan proses Pemilihan Umum, maka dipilihlah tema: “Menentukan yang Benar dari Kemurnian Hati”.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Matius sebagai kitab pertama dalam Perjanjian Baru (PB), mengangkat pesan penting dari Tuhan Yesus agar semua umat-Nya percaya kepada-Nya dan inilah yang mendapatkan penekanan khusus dalam Kitab Matius yaitu “Kebenaran”, “Kewajiban Agama” dan “Kehendak Allah”. Hal ini dinyatakan-Nya ketika Ia menjalani pembaptisan oleh Yohanes pembaptis (bnd. 3:15).

Secara khusus perikop Matius 27:11-26 yang menceritakan tentang proses pengadilan Yesus di hadapan Pilatus sebenarnya memberikan pesan yang sangat prinsip yaitu, jangan mengambil keputusan menurut kata orang tetapi harus berdasarkan kebenaran (ayat 19-26). Untuk itu maka perikop ini dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Ayat 11, Pertanyaan Pilatus ini adalah sebuah jebakan dan jawaban Yesus kepada Pilatus terkesan tidak begitu bermanfaat, sebab apapun jawabannya, itu akan tetap menjadi bahan ejekan bagi Yesus bahkan ancaman, karena waktu itu Israel sedang berada di bawah kekuasaan Romawi dan Kaisar adalah penguasa tunggal. Akan tetapi sesuatu yang luar biasa keluar dari mulut Yesus: “engkau sendiri mengatakannya” (bahasa Yunani Σὺλέγεις-sy legeis). Jawaban ini adalah cara/kebiasaan Yesus untuk meneguhkan apa yang diucapkan seseorang (band. 26:25, 64); seperti jawaban-Nya terhadap ucapan Pilatus sebagai pengakuan atas jati diri Yesus sebagai Raja.
  • Ayat 12-14, Tuduhan orang Yahudi ternyata “tidak ditanggapi” (οὐδὲνἀπεκρίνατο-ouden apekrinato) oleh Tuhan Yesus, sehingga menjadi sesuatu yang menakjubkan bagi Pilatus dan merupakan reaksi yang memberi sinyal kepada Pilatus untuk mengambil keputusan atas wewenang yang ia miliki.
  • Ayat 15-18, bagian ini nampak jelas bahwa Pilatus mulai mengalihkan perhatian pengadilan yang dipimpinnya pada aturan dan tradisi Yahudi, bahwa setiap menghadapi hari raya Paskah ada pembebasan seorang tahanan. Padahal pembe-basan seorang tahanan sebagai sebuah tradisi paskah Yahudi bukan sebuah barter (pertukaran), melainkan sebuah grasi/ amnesti (pengampunan) kaisar terhadap seorang hukuman, artinya, membebaskan tahanan pada hari Paskah adalah kewajiban penguasa, bukan kewajiban pimpinan agama Yahudi. Sebab bila Barabas harus dibebaskan karena tradisi Paskah Yahudi, maka hal itu memang harus dilakukan, dan bila Yesus harus dibebaskan karena tidak bersalah (ayat 23a, Lukas 23:4, 14), maka hal ini tidak dapat disangkutkan pada pembebasan Barabas.
  • Ayat 19, mimpi dari isteri Pilatus adalah sebuah pesan yang sebenarnya telah memberikan sinyal bahwa “Yesus adalah orang benar” (δικαίῳ – dikaiō–righteous [man]: pria yang saleh) dan Pilatus seharusnya dapat mengambil keputusan dengan kemurnian hatinya untuk sebuah kebenaran dan keadilan, bukan berdasarkan keinginan orang banyak.
  • Ayat 20-26 adalah gambaran tentang proses peradilan yang tawar menawar (transaksional) antara Pilatus, Imam-imam dan orang banyak yang pada akhirnya menyeret Pilatus pada kondisi yang takut terhadap desakan orang banyak. Pilatus tahu hal yang benar (ayat 23) tapi tidak dapat dinyatakan sebagai kebenaran, bahkan ia terjebak pada tindakan kemunafikan dan melarikan diri dari tanggungjawab jabatannya dengan mencuci tangan” (ἀπενίψατο τὰς χεῖρας – apenipsatotascheiras – he washed the hands). Ia menyerahkan Yesus untuk disalibkan dan membebaskan Barabas. Padahal ia tahu bahwa kebebasan Barabas adalah ancaman bagi pemerintahan Romawi, ia ditangkap karena suatu pemberontakan (Markus 15:7) dan dipenjarakan (Barabas diyakini merupakan seorang yang berasal dari sayap radikal golongan  Zelotyang tengah mengangkat senjata melawan pendudukan Romawi dan ia seorang pemimpin perjuangan pembebasan dari kekuasaan Romawi dengan cara-cara kekerasan).

Makna dan Implikasi Firman
Menentukan kebenaran dalam sebuah permasalahan adalah sangat mudah bagi mereka yang berani hidup jujur, bukan hanya kepada orang lain tapi juga pada diri sendiri, dan sebaliknya akan menjadi sangat sulit bagi mereka yang tidak berani hidup jujur, baik bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri.

Akan tetapi mudah atau sulit perlakuan seseorang untuk menyatakan hal itu, kebenaran selalu harus diaktakan dalam kehidupan setiap orang yang memiliki moralitas kehidupan yang baik; sebagaimana yang juga dinubuatkan oleh Nabi Amos dalam pasal 5:24 yang berkata “Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir”, apalagi bila kebenaran itu harus diaktakan dalam kehidupan sebagai orang beriman yang memiliki kemurnian hati atau hati nurani yang murni (1 Petrus 3:15-16).

Dalam kenyataannya, ada banyak orang yang berapi-api menanggapi sesuatu yang dilihatnya salah, tetapi kemudian menghindar dan lari dari kenyataan bila kepadanya akan diminta untuk menyatakan kebenaran.

Oleh karena itu, bagi kita sebagai orang percaya, menyatakan kebenaran dari kemurnian hati sebenarnya bukan hanya soal tanggungjawab iman, melainkan juga suatu panggilan untuk menyelamatkan banyak orang dari perlakuan yang tidak benar dan tidak adil. Sebab kenyataannya, ada banyak orang yang jatuh dalam kesengsaraan karena kita tidak berani untuk menyatakan kebenaran, seperti yang dilakukan oleh Pilatus terhadap Yesus.

Atau adakalanya kita hanya menjadi penonton dan berdiri pada posisi “rasa kasihan”, tapi tidak berani menampakkan nurani yang jujur untuk menentukan kebenaran yang sesungguhnya.
Untuk memasuki proses pemilihan umum, kita juga perlu untuk menampakkan sikap iman, dalam memilih yang benar dengan kemurnian hati dalam bentuk tanggungjawab warga gereja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai perwujudan arti dan makna kemurnian hati yang dilandasi oleh iman yang teguh.

 PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa bentuk penyimpangan hidup yang dilakukan Pilatus dan para Imam dalam perikop bacaan Alkitab kita ini?
  2. Apa tindakan kita bila melihat kebenaran dipermainkan oleh berbagai kepentingan manusiawi?
  3. Bagaimana sikap kita bila diminta untuk menentukan kebenaran dari kemurnian hati kita? Berikan contoh-contoh!

NAS PEMBIMBING: Amsal 21:2-3

POKOK-POKOK DOA:

  • Untuk setiap usaha, baik perorangan atau kelompok masyarakat yang memperjuangkan dan menegakkan keadilan dan kebenaran.
  • Untuk orang-orang yang menjadi korban ketidakadilan, baik dibidang ekonomi, politik dan sosial.
  • Untuk pemerintah agar supaya terus berupaya menghadirkan suasana hidup masyarakat yang berkeadilan.
  • Untuk persiapan dan proses Pemilihan Umum.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
MINGGU SENGSARA V

NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Persiapan: NNBT No. 32 Dunia S’makin Berkabut.
Ses.Nas Pembimbing: NNBT No. 24 Kuasa-Mu Tuhan Selalu Kurasakan.
Ses. Pengakuan Dosa: NNBT No.11 Ya Allahku, Kami Mengaku Dosa.
Ses. Pemberitaan Anugerah Allah: NNBT No.29 Apakah Yang T’lah Engkau Lakukan.
Ses. Ajakan Mengikuti Yesus di Jalan Sengsara: KJ No. 375. Saya Mau Ikut Yesus.
Ses Pembacaan Alkitab: NNBT No.12. Diamlah
Persembahan: DSL 3 Jawab Atas Panggilan Tuhan
Nyanyian Penutup: DSL 167 Tampil Menang

ATRIBUT:
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengu-capan, salib dan mahkota duri.

Sumber : gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 31 Maret - 6 April 2019 Matius 26 : 1-13 Minggu Sengsara ke Empat

Maret 29, 2019
TEMA BULANAN : “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir”
TEMA MINGGUAN : “Rencana Jahat versus Kemurahan Hati”
BACAAN ALKITAB : Matius 26:1-13

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Penyataan eksistensi Allah selaku yang awal dan yang akhir sebagaimana tema GMIM “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 21:6) menunjukkan kebenaran wibawa-Nya dalam keilahian Kristus. Kekekalan Allah selaku Yang Awal dan Yang Akhir memberi pengajaran yang kuat dan sempurna bahwa Dia-lah yang berkuasa penuh atas waktu.

Tak ada jeda dalam sejarah hidup di dunia dan di sorga tanpa kekuatan kuasa Allah. Berbeda dengan manusia yang mengetahui hanya secara kasat mata, selaku yang awal dan yang akhir. Tuhan mengetahui sampai kedalaman isi hati manusia, apakah jahat atau baik.

Rencana jahat apapun bentuknya adalah dosa, seperti kons-pirasi atau persekongkolan untuk merekayasa kesalahan, sengaja mengubah fakta untuk tudingan palsu untuk upaya menyingkirkan dan menghancurkan pihak tertentu.

Suatu konspirasi hanyalah berdampak buruk bagi tatanan kehidupan umat dan bangsa di dunia. Mereka yang tak bersalah terseret menanggung derita akibat kejahatan sosial yang sama sekali tidak berbobot. Versus berarti melawan.

Sebaliknya kemurahan hati, berasal dari kata murah hati. Dalam KBBI murah hati berarti suka (mudah) memberi, tidak pelit; penyayang dan pengasih, suka menolong, baik hati. Orang yang memiliki kemurahan hati melakukan ajaran Yesus yang memiliki sifat penuh dengan kemurahan hati. Yesus memberi perintah

dalam Lukas 6:36 “Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati”. Umat yang menaruh iman kepada Tuhan Yesus harus bertekad kuat mewujudkan komitmen menjadi orang yang memiliki kemurahan hati, dimanapun di utus berkarya. Karena itu tema minggu ini ialah “Rencana Jahat versus Kemurahan Hati”.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Dalam ayat 1-2  Yesus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia akan diserahkan untuk disalibkan. Ia menyebut hari kematian-Nya yaitu dua hari lagi berarti pada waktu Yesus mengucapkan ini tepat pada hari rabu. Dua hari kemudian akan dilaksanakan perayaan terbesar dikalangan bangsa Yahudi, itulah perayaan Paskah.

Dalam konteks Yahudi, Paskah adalah perayaan yang dilaksanakan untuk mengingat bagaimana Tuhan Allah melepaskan orang Israel dari tanah perbudakan di Mesir (keluaran 12:13). Perayaan Paskah dilaksanakan pada bulan Nisan, hari ke 14 bulan itu (Maret-April).

Pada bulan Nisan, di hari perayaan Paskah orang Israel menyembelih domba dan darahnya mengenangkan orang Israel kepada peristiwa penyelamatan di Mesir. Pintu rumah mereka yang dioleskan darah domba  “dilewati” oleh malaikat yang menyatakan tulah ke 10, yaitu kematian anak sulung. Orang Israel diselamatkan dari kematian dengan tanda darah domba. Pada perayaan Paskah, kaum laki-laki Yahudi diharuskan ziarah ke Yerusalem.

Yesus mengetahui Paskah segera tiba dan Ia akan mengalami derita pengkhianatan yang direncanakan.Ayat 3-5, menyoroti soal konspirasi atau persekongkolan Imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi untuk menangkap dan menyalibkan Yesus. Suatu rencana jahat yang disiasati para petinggi Yahudi dengan tujuan supaya Yesus dibunuh.

Rencana jahat dengan pokok percakapan berupa strategi penyaliban Yesus diadakan di istana imam besar Kayafas (+ thn 18-36 M), keterangan dalam ayat 5, rencana jahat itu jangan pada waktu perayaan dengan alasan supaya tidak terjadi pemberontakan atau keributan dari kalangan pengunjung yang akan melaksanakan ziarah. Termasuk orang Galilea yang nanti hadir dengan jumlah yang besar pada perayaan tersebut.

Ayat 6-13, Ketika berada di rumah Simon si kusta, telah berkumpul sahabat-sahabat Yesus; diantaranya Lazarus, yang pernah dibangkit-kan oleh Tuhan Yesus. Ketika itu Maria saudara perempuan Lazarus, membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Perempuan itu mencurahkan minyak wangi di atas kepala Yesus (ayat 7).

Ia mencurahkan minyak wangi dengan memecahkan leher buli-buli pualam yang sangat sempit agar minyak mahal yang terdapat pada wadah itu dapat mudah dicurahkan dari atas kepala sampai ke kaki Yesus (lihat Markus 14:3, Yohanes 12:3).

Melihat tindakan Maria yang menunjukkan kasih kepada Yesus maka gusar hati para murid (gusar-marah/gerang) dan berpendapat, apa yang dilakukan perempuan tersebut adalah pemborosan. Minyak wangi yang dicurahkan itu seharga 300 dinar harga yang fantastis di saat itu, setara dengan upah seorang pekerja setahun. Itu lenyap terbuang percuma.

Alasan para murid gusar terhadap ekspresi Maria yang dianggap berlebihan karena minyak yang mahal itu dapat di jual dan diberikan kepada orang miskin. Namun apakah benar mereka memiliki hati yang tulus seperti itu? Yesus tahu benar isi pikiran para murid dan justru Ia membela serta memuji perempuan itu telah melakukan perbuatan yang baik, sekaligus telah membuat suatu persiapan untuk penguburan Yesus.

Menyatakan kasih disaat orang masih hidup jauh lebih bermakna ketimbang memelihara kebiasaan lama meminyaki orang setelah ia mati. Menyimak ajaran Yesus dalam naskah ini (ayat 11 dan 12) menyiratkan kasih kepada orang yang telah meninggal sebenarnya sudah terlambat. Kasih dan hormat yang diupayakan oleh perempuan di Betania kepada Yesus sesungguhnya merupakan tindakan kemurahan hati yang tulus.

Makna dan Implikasi Firman
Yesus sudah menyatakan kesediaan-Nya untuk mengalami penderitaan dan kematian supaya manusia dan seisi dunia ini beroleh selamat (Matius 26:2). Serahkanlah totalitas hidup kita pada Tuhan yang mengetahui rancangan terbaik bagi umat-Nya (bnd Amsal 16:3, Yeremia 29:11). Tuhan Mahatahu, Ia mengetahui persis segala sesuatu bahkan masih terselubung, yakni yang akan nanti terjadi. Karena itu rencanakan yang baik dan berkenan pada Allah serta lakukan yang dikehendaki-Nya niscaya dalam kepatuhan akan Firman, kasih-Nya nyata di dalam kita.

Adakan pertobatan dalam hidup tatkala didapati sengaja atau tanpa disadari terjadi konspirasi/persengkokolan jahat dari segi politik seperti money politic, juga dari segi agama dan ekonomi/perdagangan dengan ada prilaku korupsi yang mengakibatkan derita yang tak semestinya dirasakan. Karena itu miliki hati yang kaya kasih, dibalut ketulusan sehingga cerminan kasih Tuhan Yesus yang sedia menanggung sengsara supaya kita selamat dan beroleh hidup kekal (Yohanes 3:16).

Matius 26:12 pencurahan minyak ke tubuh Yesus menjadi tanda persiapan untuk penguburan-Nya. Hal ini melahirkan tradisi baru bahwa pengurapan dilakukan saat orang masih hidup dan bukan nanti dilakukan setelah meninggal.

Ada kebiasaan kita sekarang yaitu saat pemakaman mengacarakan pemberian tanda kasih melalui penyematan bunga dan ciuman terakhir kepada yang meninggal. Menurut Yesus (ayat 10) tindakan Maria yang mengurapi Yesus adalah perbuatan baik. Perbuatan baik sebagai tanda kasih menjadi sangat bermakna ketika dilakukan pada saat masih hidup bukan nanti setelah mati.

Di Minggu Sengsara IV ini, diingatkan kembali agar jemaat atau warga gereja berupaya menjadi panutan dalam hal berbuat baik. Memberi perhatian sekaligus kasih kepada orang yang hidup dalam kemiskinan dan semua yang membutuhkan uluran tangan Tuhan melalui umat-Nya yang nampak pada sikap murah hati, tidak pelit, suka memberi sebagai “life style”, gaya hidup orang percaya (Lukas 6;36).

PERTANYAAN DISKUSI:

  1. Apakah yang anda pahami dalam bacaan Matius 26 :1-13 dihubungkan dengan tema Rencana Jahat versus Kemurahan Hati? Jelaskan!
  2. Apa jawaban Yesus terhadap tindakan perempuan yang mengurapi-Nya dengan minyak yang sangat mahal. Bagaimana model memberikan persembahan yang terbaik?
  3. Bentuk-bentuk program apakah yang dapat dilakukan oleh gereja yang bercermin dari pesan yang disampaikan dalam perikop ini?

NAS PEMBIMBING: Lukas 6 : 36

POKOK-POKOK DOA:

  • Agar orang percaya tetap setia dan dikuatkan menghadapi rencana jahat.
  • Umat mengasihi Tuhan dan hidup dalam kemurahan hati.
  • Warga gereja dimampukan untuk senantiasa berbuat baik termasuk memberi yang terbaik.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
MINGGU SENGSARA IV

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: KJ No.33 Suara-Mu Kudengar
Ses Nas Pembimbing: KJ  No.178   Kar’na Kasih-Nya Padaku
Pengakuan Dosa: KJ  No. 27 Meski Tak Layak Diriku
Pemberitaan Anugerah Allah: NNBT No.29 Apakah Yang T’lah Engkau Lakukan
Ajakan untuk Mengikut Yesus Di  Jalan Sengsara: KJ No.375 Saya Mau Ikut Yesus
Persembahan: KJ No.363 Bagi Yesus Kuserahkan
Penutup:  KJ No 183 Menjulang Nyata Atas Bukit Kala

ATRIBUT:
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengu-capan, salib dan mahkota duri.

Sumber : www.gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 24-30 Maret 2019 Matius 24 :37-44 Minggu Sengsara Ketiga

Maret 24, 2019
TEMA BULANAN : “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir”
TEMA MINGGUAN : “Panggilan Untuk Berjaga-jaga”
BACAAN ALKITAB: Matius 24:37-44

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Dewasa ini orang berjaga-jaga cenderung bersifat duniawi seperti mengandalkan uang, harta/kekayaan, jabatan, dan status sosial. Untuk mencapainya, manusia dapat melakukan apa saja termasuk bentuk-bentuk kejahatan yang bisa merugikan orang lain. Dengan kata lain hanya terbatas pada hal-hal lahiriah bukan hal yang batiniah.

Menikmati kehidupan yang  cenderung pada pola pikir duniawi dengan berjuang  dari awal hingga akhir yang semata-mata  berdasarkan  kekuatan dan kemampuanya sendiri. Orang semakin lupa dengan realita hidup beriman bahwa tanpa kehadiran kuasa dan kehendak-Nya kita bukanlah apa-apa. Menonjolkan kuasa dan keinginan diri dalam berbagai aspek kehidupan, semakin menjadikan kita lupa kepada Tuhan yang adalah sumber segala-galanya.


Baca Juga : Renungan Harian Keluarga Bulan Maret 2019


Tidak takut menghalalkan berbagai cara yang tidak terpuji untuk mengapai dan memenangkan sesuatu yang diinginkan, terlebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menghadapi pemilihan Legislatif dan  Presiden dengan alasan sikap nasionalis. Rasa takut akan Tuhan semakin kabur dalam kehidupan beriman karena godaan  untuk menjadikan  puas diri  dan asal senang telah merusak tatanan kehidupan orang percaya.

Dalam penghayatan minggu sengsara Tuhan Yesus ini dengan tema: “Panggilan Untuk Berjaga-jaga” mengingatkan kita sebagai  anak-anak Tuhan agar dapat terhindar dari pola pikir yang tidak dihendaki Tuhan. Kerendahan hati memberi buah iman yang tetap terjaga di dalam tuntunan dan kehendak-Nya, sambil tetap terjaga pada kepastian bahwa Tuhan akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Walaupun untuk menyelami segala pekerjaan-Nya terlalu sukar dari awal sampai akhir (Bnd. Pengkhotbah 3 : 11b).

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Seperti Injil-Injil yang lain, Injil Matius berbicara tentang hidup dan ajaran Yesus; antara lain menjadi anggota umat Allah dengan nasehat hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Kitab Injil Matius ditulis sekitar tahun 60-70 M, oleh seorang Yahudi Kristen.

Matius juga menunjukkan sejumlah besar perbuatan dan perkataan Yesus telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya oleh para Nabi. Yesus bukan saja  membawa harapan baru bagi segala bangsa tentang keselamatan melainkan juga  Yesus mengundang setiap orang untuk percaya, mengabdi kepada Allah dan mengasihi sesama.

Matius 24:37-44 adalah bagian cerita Yesus tentang kerajaan Allah yang sedang datang, yang mana kedatangan Tuhan seperti terjadi di zaman Nuh, manusia tidak mempedulikan peringatan dan hidup dalam dosa, sehingga mereka tidak mawas diri. Kedatangan waktu-Nya itu digambarkan seperti pencuri datang yang tidak tahu kapan itu terjadi (1 Tes 5:2). Naskah ini menyampaikan alasan-alasan mengapa hidup harus berjaga-jaga.

Pertama, Nuh dan air bah (ayat 37-39). Tuhan Yesus mengambil perumpaman ini untuk menjelaskan tentang berjaga-jaga. Karena peristiwa air bah meng-gambarkan Nuh yang mempersiapkan Bahtera sekalipun ia belum mengetahui kapan air bah itu akan datang. Sedangkan umat Tuhan yang tidak mempersiapkan diri dilenyapkan oleh air bah. (bnd. Kej. 6: 5 – 13).

Kedua, perumpaman orang yang ditinggal dan yang dibawa (ayat 40-41). Pada kedatangan Tuhan akan ada pemisahan sekalipun mereka kompak, yang sudah seperti saudara melakukan pekerjaan di ladang bersama-sama yang pada akhirnya tidak menuju kepada titik yang sama. Orang akan dibawa dan yang akan tinggal adalah harus  berjaga-jaga dan mempersiapkan diri. Penulis Matius menghubung-kan orang yang tidak mempersiapkan diri seperti umat yang hidup di zaman Nuh yang mengalami air bah.

Ketiga, kedatangan Tuhan tidak diketahui karena seperti pencuri di waktu malam (ayat 42-44). Hal ini  dimaksud seperti pencuri adalah tentang waktu kedatangan-Nya yang tidak diketahui. Tetapi Yesus tidak disamakan dengan pencuri. Karena itu Tuhan Yesus menyuruh kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut keda-tangan-Nya kembali. Tuhan bukan hanya menginginkan kita berjaga-jaga secara pasif tetapi  dengan aktif  siap sedia dan  setia kepada Tuhan Yesus untuk melakukan pekerjaan yang baik sampai waktu itu tiba.

Makna dan Implikasi Firman
Hidup yang berjaga-jaga adalah mempersiapkan diri dengan melakukan apa yang benar dan tepat seperti Tuhan perintahkan kepada Nuh untuk  mempersiapkan Bahtera. Hidup demikian adalah ketaatan dalam kebenaran sekalipun di tengah-tengah lingkungan orang banyak yang melakukan kejahatan. Ia tetap bertahan dalam iman dan penggenapan pada janji-janji Allah. Orang yang tidak berjaga-jaga ialah mereka yang melakukan perbuatan dosa dan mengabaikan perintah Tuhan. Sedangkan orang yang berjaga-jaga memperoleh selamat.

Pada kedatangan Tuhan, akan ada pemisahan antara yang setia dengan yang tidak setia. Yang setia akan menikmati kerajaan Sorga dan yang tidak setia akan mengalami Orang yang setia terpanggil untuk hidup kudus  dalam keluarga sebagai suami isteri, orang tua, dan anak. Mereka menjadi arak-arakan orang percaya yang siap sedia menanti kedatangan Yesus untuk dibawa masuk ke dalam bahtera keselamatan.

Waktu kedatangan Yesus yang tidak diketahui menjadi peringatan bagi setiap orang untuk berjaga-jaga. Hidup ini adalah kesempatan untuk mengisi dengan hal-hal yang berharga dan tidak sia-sia. Oleh karena itu pakailah waktu anugerah Tuhan semaksimal mungkin dan sebaik-baiknya. Hidup kita hanya singkat dan sementara sehingga ketika Tuhan datang kembali, kita didapati tetap setia.

Kedatangan Anak Manusia adalah suatu kepastian yang tak perlu diragukan oleh siapapun. Hendaklah tak ada keraguan tentang kepastian waktu Tuhan datang, kita hanya dituntut untuk berjaga-jaga supaya tiba saatnya Tuhan datang kembali maka kita telah siap menyongsong-Nya.


Menghayati minggu sengsara Tuhan Yesus Kristus semakin menuntun umat percaya untuk memilih sikap berjaga-jaga dalam seluruh aspek kehidupan beriman. Hendaklah ada hati yang selalu terjaga agar terhindar dari godaan untuk menyakiti sesama, berbuat curang dan tidak adil yang berdampak bagi kerugian orang lain dalam masa persiapan

Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres). Segala pikiran jahat dan kotor biarlah tergantikan dengan pola kehidupan yang memuliakan Tuhan. Kita bersyukur masih menikmati kehidupan dari belas kasih-Nya.

Itulah yang dikaryakan Tuhan Yesus lewat jalan sengsara dan salib. Marilah kita hayati dan renungkan jalan Viadolorosa dan salib Kristus dengan hati kehambaan-Nya yang membawa manusia berdosa pada kemenangan dan kemuliaan kekal.

Sebelum waktu Tuhan itu datang tetap waspada dan berjaga bukan dalam arti berdiam diri tanpa berkarya, tetapi sebaliknya segala waktu yang tersedia dijadikan pembuktian diri yang terus bekerja dan berbuah. Dengan demikian makna dari panggilan hidup untuk berjaga-jaga tidak akan kabur sampai Tuhan datang, dari awal sampai akhir Dialah Alfa dan Omega (bnd. Wahyu 22:12-13).

PERTANYAAN DISKUSI:
1.Apakah pemahaman saudara tentang perikop bacaan ini dalam kaitan dengan tema: panggilan untuk berjaga-jaga?

2.Bagaimana bentuk panggilan kita untuk berjaga-jaga disaat kita menghayati sengsara Tuhan Yesus Kristus sekaligus memaknai-nya ditahun politik dengan Pemilihan legislatif dan Presiden?

NAS PEMBIMBING : Lukas 12 : 40

POKOK-POKOK DOA:
  • Warga gereja dimampukan untuk terus berjaga-jaga dalam kehidupan iman, sehingga Firman berbuah dalam sikap hidup.
  • Warga gereja memiliki kerendahan hati dalam mengupayakan hidup yang berkarya dan berbuah.
  • Melihat kesengsaraan dan penderitaan sesama sebagai bukti sikap berjaga-jaga sampai kedatangan-Nya; Masa-masa persiapan pemilihan legislatif, Presiden dan Wakil Presiden.
TATACARA IBADAH YANG DIUSULKAN:

MINGGU SENGSARA III

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: NNBT. No. 13  Ya Allah Bapa, Ya Yesus Tuhan

Ses Nas Pembimbing: KJ No. 277 Tuhanku Seg’ra ‘Kan Kembali Ke Dunia.

Pengakuan Dosa: NKB. No 10. Dari Kungkungan Malam Gelap

Pemberitaan Anugerah Allah: NaPer. No. 5 Yesus Hu Yang Ajaib

Ajakan untuk Mengikut Yesus Di Jalan Sengsara: DSL.No.184. Biar Berjagalah, Pendeklah Waktumu

Persembahan: NKB No. 199 Sudahkan Yang Terbaik Kuberikan.

Penutup: NKB No. 211  Pakailah Waktu Anug’rah Tuhanmu

ATRIBUT:
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengu-capan, salib dan mahkota duri.

Sumber : gmim.or.id