Renungan MTPJ 10-16 Mei 2020 Yunus 4 : 1-11 "Merpati Hilang Arah"

Mei 09, 2020
Sabtu, 09 Mei 2020

Niniwe adalah ibukota Asyur kuno. Kejayan ekonomi membuat pejabat dan masyarakatnya lupa diri. Fungsi kontrol pemerintahan terhadap nilai etika moral lumpuh. Kejahatan masyarakat dalam semua bentuknya terjadi di mana-mana. Ruang kerohanian tidak berguna sama sekali. Niniwe menjadi kota jorok, kotor, tidak beradab dan najis! Niniwe tidak hanya mengalami kerusakan etika, moral dan spiritual melainkan nilai-nilai kemanusiaan tercabut sampai ke akar-akarnya. Zaman disrupsi Niniwe!

Semua warga di Niniwe mengalami dua kali serangan wabah penyakit. Endemi virus telah membunuh banyak pejabat dan masyarakat toh mereka cuek, enggan berbenah. Mereka tidak peduli hidup tanpa etika dan menjadi manusia-manusia tunamoral. Undang-undang dan hukum serta wibawa spiritual kaum agamawan lumpuh tidak berdaya.

Spiritualitas Israel sadar akan panggilan misionernya. Meski bersitegang karena kondisi sentimen musuh sejarah dengan Asyur tetapi spirit rohani Israel harus tetap membawa misi damai menjadi prioritas. Kepentingan politik boleh beda tetapi kebutuhan akan nilai-nilai solidaritas kemanusiaan adalah panggilan harmoni kehidupan universal. Itulah misi inti masyarakat religius menciptakan kondisi damai sejahtera di planet ini. Yunus di utus.

Nabi Yunus dari kerajaan utara, orang Galilea namanya berarti ‘merpati’. Lambang Israel tradisional sebagai perdamaian sejati. Ia teguh pada doktrin dari mazab deutronomis, yang dalilnya adalah: ‘semua kebaikan diganjar berkat dan semua keburukan menerima laknat!’. Niniwe harus dieksekusi hancur lebur demi hukum dan keadilan Tuhan, tanpa kompromi.

Banyak doktrin agama yang menghasilkan pemimpin rohani terdidik berjiwa fanatik dan berprilaku ekstrim serta bertindak radikal atas nama Tuhan. Celakanya, Tuhan dipaksa mengikuti kemauannya atau paling tidak semua tindakan ekstrim ulama-ulama agama adalah sebagai legitimasi Tuhan. Sadisnya, mereka merasa kebal akan dosa! Karena itu, mereka merasa orang paling tau dan suci.

Dalil deutronomik yang dianut nabi ‘perut ikan’ ini mendesak Tuhan untuk segera menghukum lebih hebat dari kekuatan wabah endemik virus yaitu penghancuran kota dan segala isinya atas nama keadilan-Tuhan. Tindakan eksekusi itu bagi sang Nabi adalah sebagai peringatan pemurnian keadaban untuk segala bangsa. Kepentingan lain, popularitas Yunus sang Nabi, kekasih Allah dipuji dan dikenang.

Tuhan tidak bersepakat dengan semangat pembinasaan yang diharapkan nabi-Nya. Tuhan tidak mau utusan-Nya congkak rohani yang memperalat aksi rohani untuk kesenangan dan kemewahan hidup. Frustrasi lantaran merasa dipermainkan Tuhan nabi ini minta mati! Tiga kali ia menyerahkan dirinya untuk mati. Mati di laut, mati disengat terik matahari dan marah sampai mati. Merpati ini stres berat!

Tetapi bagi Tuhan, bukan kematian yang paling penting untuk menghindari masaalah. melainkan cara seseorang mengendalikan amarah. Amarah Yunus dilatari oleh permusuhan, dendam, kecewa, merasa dipermainkan status dan jabatannya serta hasrat yang tidak terpenuhi. Hal-hal inilah yang merusak struktur berpikir dan mengganggu ketentraman jiwa dan merusak semangat esensi agama. Kemarahan spiritual jauh lebih ekstrim dibanding kemarahan sosial. Marah penting tetapi amarah mesti dikendalikan.

Semua dalil deutronomik dimata Yunus runtuh berkeping, hukum keadilan Allah berpihak pada pertobatan cara hidup masyarakat yang “tidak tau membedakan tangan kanan dari tangan kiri” atau masyarakat yang kehilangan orientasi hidup yang normal dan wajar.

Tidak ada jalan untuk mereformasi kehidupan selain pertobatan. Pertobatan adalah semangat memurnikan hidup dari semua kerusakan ahlak, moral dan spiritual. Sangking pentingnya, Yunus dan Allah ‘bertengkar’ meluruskan konsep misi beragama yang dianut ‘banyak Yunus’ yang amat radikal itu.

Meluruskan doktrin perbedaan keyakinan terlalu sensitif dan mengundang pertengkaran sampai pada hal paling negatif, saling bunuh. Lebih gampang mengubah doktrin sosiopolitik ketimbang agama. Agama sering dimanfaatkan menjadi senjata paling efektif memuluskan semua kebulusan kepentingan pribadi atau kelompok.

Tuhan tidak menginginkan doktrin agama dimanfaatkan para alim-Nya melakukan tindakan kesewenang-wenangan apalagi menggelar pengadilan atas namaNya yang suci mengeksekusi secara tidak manusiawi sesamanya. Keadilan Tuhan berwajah pengampunan dan berdampak pembaharuan.
Hukum-Nya bukan hukuman melainkan kasih tak berbatas menerobos inti kemanusiaan, termasuk Yunus, nabi perut ikan, merpati stres kehilangan orientasi spiritual.

Penulis : Roy HL.Rompis
Kalasey Dua, 08 Mei 2020

Thanks for reading Renungan MTPJ 10-16 Mei 2020 Yunus 4 : 1-11 "Merpati Hilang Arah" | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show Comments
Hide Comments

0 comments on Renungan MTPJ 10-16 Mei 2020 Yunus 4 : 1-11 "Merpati Hilang Arah"

Posting Komentar

Syalom mari memberi komentar dengan sopan sesuai dengan tujuan web, Komentar mengandung nilai negatif kamis hapus.saudara juga bisa berbagi pengalaman Inspirasi atau materi Khotbah serta Renungan Firman Tuhan dll disini.Terima kasih sudah berkunjung