MTPJ Minggu Berjalan 19-25 Mei 2019 Efesus 2 : 11-22

Mei 18, 2019
Sabtu, 18 Mei 2019

TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah di Bumi Milik Tuhan”
TEMA MINGGUAN : “Gereja yang Membangun Bangsa”

BACAAN ALKITAB : Efesus 2:11-22

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Membangun bangsa adalah sebuah usaha partisipatif seseorang untuk melakukan sesuatu demi kemajuan bangsa dan tercapainya tujuan bersama sebagai contoh membangun bangsa Indonesia berarti melibatkan diri secara aktif dalam semua upaya untuk mencapai tujuan bersama yaitu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Di lingkungan gereja-gereja di Indonesia, kita mengenal apa yang disebut Partisipasi gereja dalam pembangunan. Hal ini harus dipahami sebagai aktivitas semua warga gereja untuk mengambil peran dalam setiap usaha pembangunan bangsa disegala bidang, baik politik, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan serta Hak Azasi Manusia, maupun mental spiritual (kerohanian).

Gereja berasal dari kata Yunani “ekklesia” dan dalam bahasa Portugis “igereja” yang berarti orang yang dipanggil keluar dari dalam gelap, masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib, (1 Petrus 2:9), atau “kuriake” artinya orang yang dipanggil dan dipilih menjadi kepunyaan Allah. Dengan demikian,

Gereja adalah persekutuan orang percaya kepada Yesus Kristus, yang bertugas menyatakan kehendak Allah. Gereja sebagai umat Allah sangat bertanggungjawab atas semua hal yang berlangsung dalam sebuah bangsa, artinya umat Allah bukan hanya melipat tangan ketika berdoa, tapi juga membuka tangan lalu bekerja melakukan sesuatu demi kemajuan bangsa, umat Allah bukan hanya tutup mata ketika berdoa, tapi juga membuka mata dan melihat semua yang harus dikerjakan untuk kemajuan bangsa.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kota Efesus terletak di bagian barat Asia Kecil yang pada Tahun 133 seb.M, menjadi ibu kota provinsi Asia depan dan menjadi salah satu pusat perdagangan, selain Antiokhia dan Alexandria. Kota ini sangat penting bagi Paulus dalam pekerjaan pemberitaan Injil, sebab di kota ini banyak yang menyembah kaisar sebagai dewa dan kepada dewi Artemis sebagai dewi kesuburan. 

Pengaruh ajaran hellenisme juga sangat mempe-ngaruhi kehidupan sosial masyarakat umum, dan untuk alasan inilah sehingga Paulus menulis surat kepada orang-orang (jemaat) di Efesus, yaitu untuk memberi penguatan iman dan meneguhkan ajaran yang terlahir dari berita Injil Yesus Kristus. Namun kini, kota ini sudah runtuh dan hanya tersisa puing-puingnya saja, yang sekarang ini masih terlihat di beberapa bagian kota di Turki.

Jemaat Efesus waktu Paulus menulis surat ini sedang mengalami ancaman perpecahan karena perbedaan tradisi antara orang Yahudi (kaum minoritas) yang mempertahankan tradisi taurat dan orang Yunani (kaum mayoritas) yang hidup dari tradisi hellenistik. 

Oleh sebab itu, secara umum surat ini ditulis dan disampaikan kepada jemaat di Efesus untuk menya-tukan kehidupan iman mereka dalam Yesus Kristus, seperti yang diungkapkannya: “satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (4:4-5).

Paulus ingin mengajak jemaat Efesus untuk secara bersama-sama memahami setiap prakarsa Roh Kudus dalam kehidupan berjemaat, yaitu perbedaan karunia yang ada dalam persekutuan jemaat tetapi mempunyai satu kesatuan dalam Yesus Kristus (4:11-16); dan pada bagian akhir surat ini Paulus memberi motivasi bagi jemaat untuk tetap kuat dalam iman dan memperlengkapi diri dengan senjata rohani untuk melawan kuasa iblis dan kuasa-kuasa kegelapan (6:10-17).

Perikop 2:11-22 ini berisi ajakan Paulus untuk merenung-kan tentang kehidupan jemaat Efesus waktu mereka, baik orang Yahudi maupun Yunani belum hidup dalam Kristus, dan sesudah mereka hidup dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Dalam hubungan dengan hal-hal itu, maka perikop ini diuraikan sebagai berikut:

Ayat 11-13 ini diawali dengan kata penghubung “karena itu”(bahasaYunani. Διὸ=dio), dan kata “ingatlah”(bahasa Yunani μνημονεύετε = mnēmoneuete atau μνημονεύ=mnēmoneu) yang menunjuk pada bentuk kata imperatif (perintah), disusul dengan kata “dahulu” (bahasa Yunani pote=pote), yang menunjukkan bahwa di satu pihak perikop ini masih merupakan bagian integral dari perikop 2:1-10; dan di pihak lain mengartikan bahwa kata-kata ini bukan hanya sekedar “mengenang kembali” kehidupan mereka yang dulu, tetapi betul-betul “mengingat kembali” keadaan ketika mereka masih hidup sebagai “orang-orang yang tidak bersunat” , 

dan ayat 12 menyatakan “without hope and without God in the world” (tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia), mengartikan bahwa keadaan ini diakibatkan karena mereka terpisah dari Kristus, mereka tidak termasuk kewargaan Israel, karena itu mereka tidak memiliki hak-hak atas janji keselamatan yang dikaruniakan Allah kepada bangsa Israel. Namun dalam Kristus Yesus, mereka disatukan dalam janji keselamatan oleh darah Yesus itu, mereka dahulu “jauh (makran =makran) kini telah “dekat” (egguj =engys).

Ayat 14-18 Yesus Kristus adalah damai sejahtera. Artinya, Yesus menjadi pendamai antara Allah dan manusia karena dosa, dan oleh Dia semua dipersatukan. Sebab bila dalam tradisi taurat orang Yahudi tidak dibolehkan hidup bersama dengan orang yang bukan Yahudi, namun dalam Kristus melalui pengorbanan-Nya semua pihak (Yahudi dan Yunani) dipersatukan, karena Dia telah merubuhkan tembok pemisah yaitu perseteruan, lalu semuanya dipersatukan di dalam diri-Nya sebagai manusia baru yang mengadakan damai sejahtera.

Oleh salib dan kematian-Nya, Yesus “membatalkan” hukum taurat dengan segala ketentuannya (upacara perilaku lahiriah). Maksud dari kata “membatalkan” bukan berarti menghapus atau meniadakan hukum taurat, tetapi meneguh-kannya supaya orang beriman akan semakin taat kepada Allah dan mengetahui betapa berdosanya manusia (Roma 3:20,31; Kolose 2:14). Di dalam dan oleh Kristus semua dipersekutukan dalam damai sejahtera dan memperoleh jalan masuk ke hadirat Allah, artinya dalam Kristus semua dipersekutukan dengan Allah Bapa.

Ayat 19-22 dalam bagian ini Paulus mengingatkan ulang dan memberikan tekanan yang sangat kuat tentang apa yang sudah diucapkan dalam ayat 11-13 bahwa diluar Kristus mereka tidak mendapatkan janji damai sejahtera, karena mereka adalah “orang asing” (xenoj =xenoi), namun dalam Kristus mereka (orang Yunani) memiliki hak dan kewargaan yang sama dengan orang Yahudi, menjadi “Keluarga Allah” (oikeioi tou qeou=oikeioi tou Theou), dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru, bahkan sekarang oleh Kristus semua sudah menjadi sewarga sebagai orang-orang kudus dan menjadi anggota keluarga Allah. 

Menjadi bangunan tempat kediaman Allah dalam Roh, artinya relasi kehidupan mereka yang dulu dibatasi oleh etnis (suku bangsa) dan tradisi, kini disatukan dalam damai sejahtera dalam Allah oleh Roh, bahkan persekutuan mereka menjadi tempat kediaman Allah atau bait Allah yang dibangun di dalam Roh.

Makna dan Implikasi Firman
Gereja sebagai persekutuan orang percaya terpanggil untuk menghadirkan damai sejahtera, bukan hanya di dalam tubuh gereja sendiri, tapi juga bagi dunia pada umumnya. Peran gereja di tengah-tengah bangsa harus memberi kontribusi dalam pembangunan disegala bidang kehidupan. Gereja harus menjadi pelopor meniadakan perbedaan.

Perbedaan bukanlah alasan untuk berseteru dengan pihak yang lain. Sebab Kristus telah meruntuhkan segala tembok pemisah yang membatasi orang-orang percaya untuk membangun kehidupan bersama. Gereja sebagai perse-kutuan orang percaya terpanggil untuk mempererat persatuan dalam semangat kebangkitan nasional, mem-bangun bangsa kearah kehidupan yang lebih baik. Sejak zaman Perjanjian Lama umat Allah berperan dalam membangun kehidupan spiritual dan politik (pemerintahan) seperti yang juga dilakukan oleh Nehemia ketika membangun tembok Yerusalem, sehingga umat tidak dicela oleh bangsa lain, bahkan aman dari serangan musuh-musuh mereka (Nehemia 2:17).

Keragaman dalam kesatuan merupakan anugerah Allah. Artinya kesatuan dalam Kristus tidak harus sama, baik suku bangsa, budaya maupun tradisi. Melalui karya selamat Yesus Kristus, orang percaya terpanggil untuk menghayati pengorbanan-Nya yang tidak hanya diuntukkan bagi orang Yahudi atau orang kristen tetapijuga untuk seluruh bangsa.

Menghayati dan mensyukuri anugerah Tuhan bagi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) di usia ke-69 tahun, GMIM sebagai anggotanya telah ikut serta mem-bangun bangsa Indonesia dalam semangat oikumenis yang menjadikan Kristus sebagai Kepala Gereja.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
  1. Bagaimana Paulus menjelaskan tentang Kristus sebagai pemersatu di dalam perbedaan, menurut Efesus 2:11-22 ?
  2. Jelaskanlah peran gereja menciptakan kesatuan dalam perbedaan sebagai anugerah Allah?
  3. Apa upaya gereja dalam menciptakan kesejahteraan dan menopang pembangunan bangsa ?
POKOK – POKOK DOA :
Peran gereja dalam membangun kesatuan bangsa Indonesia.
Usaha perdamaian antar sesama manusia.
Persekutuan gereja di seluruh dunia, khususnya di daerah yang mengalami konflik sosial.

NAS PEMBIMBING : 1 Tesalonika 5 : 11

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK III

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Nyanyian Masuk : NNBT No. 5. Sorak-Sorailah

Ses Nas Pembimbing: Baik Bangun dan Bersedia.

Ses Pengakuan Dosa: Miringkanlah

Ses Pemberitaan Anugerah Allah : NKB No. 73 Kasih Tuhanku Lembut

Ses Pembacaan Alkitab : KJ No. 50a Sabdamu Abadi

Persembahan: NKB.No. 111 Gereja Bagai Bahtera

Penutup “Alangkah Indah Hidup Rukun”.

ATRIBUT :

Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.

Sumber : www.gmim.or.id

Thanks for reading MTPJ Minggu Berjalan 19-25 Mei 2019 Efesus 2 : 11-22 | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show Comments
Hide Comments

0 comments on MTPJ Minggu Berjalan 19-25 Mei 2019 Efesus 2 : 11-22

Posting Komentar

Syalom mari memberi komentar dengan sopan sesuai dengan tujuan web, Komentar mengandung nilai negatif kamis hapus.saudara juga bisa berbagi pengalaman Inspirasi atau materi Khotbah serta Renungan Firman Tuhan dll disini.Terima kasih sudah berkunjung