MTPJ Minggu Berjalan 07 - 13 April 2019 Matius 27 : 11-26 Minggu Sengsara ke Lima

April 05, 2019
Jumat, 05 April 2019

TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah di Bumi Milik Tuhan””
TEMA MINGGUAN : “Menentukan yang Benar dari Kemurnian Hati”
 Bacaan Alkitab :  Matius 27:11-26

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kita mengetahui bahwa tugas panggilan gereja ialah bersekutu, bersaksi dan melayani. Namun seringkali kita sulit mewujudkan ketiga hal tersebut dalam tindakan hidup, padahal karya keselamatan yang telah Tuhan Allah berikan, melalui kelahiran, pelayanan, penderitaan dan kematian Tuhan Yesus harus dinyatakan dalam tindakan iman dari semua orang percaya yang hidup dan berkarya di bumi milik Tuhan ini, seperti menyatakan kebenaran di atas semua prinsip hidup
manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada berbagai masalah yang berhubungan dengan pelayanan dan panggilan gereja, yang masih “jauh dari kemurnian hati”, terutama dalam hal pengambilan keputusan, baik dalam keluarga, jemaat maupun dalam kehidupan masyarakat.

Memasuki masa tenang menjelang pemilihan calon anggota legislatif, calon Presiden dan calon Wakil Presiden tahun 2019 ini, kita perlu mempersiapkan diri, baik mental maupun kemurnian hati untuk menentukan kebenaran. Tindakan menentukan kebenaran bukan untuk membenarkan orang yang akan kita pilih, melainkan menyatakan kemurnian hati yang berawal dari doa kepada Tuhan untuk memilih seseorang tanpa menjelek-jelekkan orang lain.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan karya keselamatan Allah di bumi milik Tuhan melalui penghayatan kesengsaraan Yesus dan proses Pemilihan Umum, maka dipilihlah tema: “Menentukan yang Benar dari Kemurnian Hati”.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Matius sebagai kitab pertama dalam Perjanjian Baru (PB), mengangkat pesan penting dari Tuhan Yesus agar semua umat-Nya percaya kepada-Nya dan inilah yang mendapatkan penekanan khusus dalam Kitab Matius yaitu “Kebenaran”, “Kewajiban Agama” dan “Kehendak Allah”. Hal ini dinyatakan-Nya ketika Ia menjalani pembaptisan oleh Yohanes pembaptis (bnd. 3:15).

Secara khusus perikop Matius 27:11-26 yang menceritakan tentang proses pengadilan Yesus di hadapan Pilatus sebenarnya memberikan pesan yang sangat prinsip yaitu, jangan mengambil keputusan menurut kata orang tetapi harus berdasarkan kebenaran (ayat 19-26). Untuk itu maka perikop ini dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Ayat 11, Pertanyaan Pilatus ini adalah sebuah jebakan dan jawaban Yesus kepada Pilatus terkesan tidak begitu bermanfaat, sebab apapun jawabannya, itu akan tetap menjadi bahan ejekan bagi Yesus bahkan ancaman, karena waktu itu Israel sedang berada di bawah kekuasaan Romawi dan Kaisar adalah penguasa tunggal. Akan tetapi sesuatu yang luar biasa keluar dari mulut Yesus: “engkau sendiri mengatakannya” (bahasa Yunani Σὺλέγεις-sy legeis). Jawaban ini adalah cara/kebiasaan Yesus untuk meneguhkan apa yang diucapkan seseorang (band. 26:25, 64); seperti jawaban-Nya terhadap ucapan Pilatus sebagai pengakuan atas jati diri Yesus sebagai Raja.
  • Ayat 12-14, Tuduhan orang Yahudi ternyata “tidak ditanggapi” (οὐδὲνἀπεκρίνατο-ouden apekrinato) oleh Tuhan Yesus, sehingga menjadi sesuatu yang menakjubkan bagi Pilatus dan merupakan reaksi yang memberi sinyal kepada Pilatus untuk mengambil keputusan atas wewenang yang ia miliki.
  • Ayat 15-18, bagian ini nampak jelas bahwa Pilatus mulai mengalihkan perhatian pengadilan yang dipimpinnya pada aturan dan tradisi Yahudi, bahwa setiap menghadapi hari raya Paskah ada pembebasan seorang tahanan. Padahal pembe-basan seorang tahanan sebagai sebuah tradisi paskah Yahudi bukan sebuah barter (pertukaran), melainkan sebuah grasi/ amnesti (pengampunan) kaisar terhadap seorang hukuman, artinya, membebaskan tahanan pada hari Paskah adalah kewajiban penguasa, bukan kewajiban pimpinan agama Yahudi. Sebab bila Barabas harus dibebaskan karena tradisi Paskah Yahudi, maka hal itu memang harus dilakukan, dan bila Yesus harus dibebaskan karena tidak bersalah (ayat 23a, Lukas 23:4, 14), maka hal ini tidak dapat disangkutkan pada pembebasan Barabas.
  • Ayat 19, mimpi dari isteri Pilatus adalah sebuah pesan yang sebenarnya telah memberikan sinyal bahwa “Yesus adalah orang benar” (δικαίῳ – dikaiō–righteous [man]: pria yang saleh) dan Pilatus seharusnya dapat mengambil keputusan dengan kemurnian hatinya untuk sebuah kebenaran dan keadilan, bukan berdasarkan keinginan orang banyak.
  • Ayat 20-26 adalah gambaran tentang proses peradilan yang tawar menawar (transaksional) antara Pilatus, Imam-imam dan orang banyak yang pada akhirnya menyeret Pilatus pada kondisi yang takut terhadap desakan orang banyak. Pilatus tahu hal yang benar (ayat 23) tapi tidak dapat dinyatakan sebagai kebenaran, bahkan ia terjebak pada tindakan kemunafikan dan melarikan diri dari tanggungjawab jabatannya dengan mencuci tangan” (ἀπενίψατο τὰς χεῖρας – apenipsatotascheiras – he washed the hands). Ia menyerahkan Yesus untuk disalibkan dan membebaskan Barabas. Padahal ia tahu bahwa kebebasan Barabas adalah ancaman bagi pemerintahan Romawi, ia ditangkap karena suatu pemberontakan (Markus 15:7) dan dipenjarakan (Barabas diyakini merupakan seorang yang berasal dari sayap radikal golongan  Zelotyang tengah mengangkat senjata melawan pendudukan Romawi dan ia seorang pemimpin perjuangan pembebasan dari kekuasaan Romawi dengan cara-cara kekerasan).

Makna dan Implikasi Firman
Menentukan kebenaran dalam sebuah permasalahan adalah sangat mudah bagi mereka yang berani hidup jujur, bukan hanya kepada orang lain tapi juga pada diri sendiri, dan sebaliknya akan menjadi sangat sulit bagi mereka yang tidak berani hidup jujur, baik bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri.

Akan tetapi mudah atau sulit perlakuan seseorang untuk menyatakan hal itu, kebenaran selalu harus diaktakan dalam kehidupan setiap orang yang memiliki moralitas kehidupan yang baik; sebagaimana yang juga dinubuatkan oleh Nabi Amos dalam pasal 5:24 yang berkata “Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir”, apalagi bila kebenaran itu harus diaktakan dalam kehidupan sebagai orang beriman yang memiliki kemurnian hati atau hati nurani yang murni (1 Petrus 3:15-16).

Dalam kenyataannya, ada banyak orang yang berapi-api menanggapi sesuatu yang dilihatnya salah, tetapi kemudian menghindar dan lari dari kenyataan bila kepadanya akan diminta untuk menyatakan kebenaran.

Oleh karena itu, bagi kita sebagai orang percaya, menyatakan kebenaran dari kemurnian hati sebenarnya bukan hanya soal tanggungjawab iman, melainkan juga suatu panggilan untuk menyelamatkan banyak orang dari perlakuan yang tidak benar dan tidak adil. Sebab kenyataannya, ada banyak orang yang jatuh dalam kesengsaraan karena kita tidak berani untuk menyatakan kebenaran, seperti yang dilakukan oleh Pilatus terhadap Yesus.

Atau adakalanya kita hanya menjadi penonton dan berdiri pada posisi “rasa kasihan”, tapi tidak berani menampakkan nurani yang jujur untuk menentukan kebenaran yang sesungguhnya.
Untuk memasuki proses pemilihan umum, kita juga perlu untuk menampakkan sikap iman, dalam memilih yang benar dengan kemurnian hati dalam bentuk tanggungjawab warga gereja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai perwujudan arti dan makna kemurnian hati yang dilandasi oleh iman yang teguh.

 PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa bentuk penyimpangan hidup yang dilakukan Pilatus dan para Imam dalam perikop bacaan Alkitab kita ini?
  2. Apa tindakan kita bila melihat kebenaran dipermainkan oleh berbagai kepentingan manusiawi?
  3. Bagaimana sikap kita bila diminta untuk menentukan kebenaran dari kemurnian hati kita? Berikan contoh-contoh!

NAS PEMBIMBING: Amsal 21:2-3

POKOK-POKOK DOA:

  • Untuk setiap usaha, baik perorangan atau kelompok masyarakat yang memperjuangkan dan menegakkan keadilan dan kebenaran.
  • Untuk orang-orang yang menjadi korban ketidakadilan, baik dibidang ekonomi, politik dan sosial.
  • Untuk pemerintah agar supaya terus berupaya menghadirkan suasana hidup masyarakat yang berkeadilan.
  • Untuk persiapan dan proses Pemilihan Umum.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
MINGGU SENGSARA V

NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Persiapan: NNBT No. 32 Dunia S’makin Berkabut.
Ses.Nas Pembimbing: NNBT No. 24 Kuasa-Mu Tuhan Selalu Kurasakan.
Ses. Pengakuan Dosa: NNBT No.11 Ya Allahku, Kami Mengaku Dosa.
Ses. Pemberitaan Anugerah Allah: NNBT No.29 Apakah Yang T’lah Engkau Lakukan.
Ses. Ajakan Mengikuti Yesus di Jalan Sengsara: KJ No. 375. Saya Mau Ikut Yesus.
Ses Pembacaan Alkitab: NNBT No.12. Diamlah
Persembahan: DSL 3 Jawab Atas Panggilan Tuhan
Nyanyian Penutup: DSL 167 Tampil Menang

ATRIBUT:
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengu-capan, salib dan mahkota duri.

Sumber : gmim.or.id

Thanks for reading MTPJ Minggu Berjalan 07 - 13 April 2019 Matius 27 : 11-26 Minggu Sengsara ke Lima | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show Comments
Hide Comments

0 comments on MTPJ Minggu Berjalan 07 - 13 April 2019 Matius 27 : 11-26 Minggu Sengsara ke Lima

Posting Komentar

Syalom mari memberi komentar dengan sopan sesuai dengan tujuan web, Komentar mengandung nilai negatif kamis hapus.saudara juga bisa berbagi pengalaman Inspirasi atau materi Khotbah serta Renungan Firman Tuhan dll disini.Terima kasih sudah berkunjung