Ukuran dan Pandangan Manusia Terhadap Sesama

April 01, 2019
Senin, 01 April 2019

Memang sudah menjadi kecenderungan manusia untuk menilai orang pertama-tama dari apa yang bisa dilihat oleh mata. Tidak jarang, penilaian yang kita buat jauh berbeda dengan kenyataannya.

Dalam pergaulan, kerap kali kita melihat kenyataan yang jauh berbeda dengan apa yang kita harapkan dan nilai sebelumnya. Seorang teman yang kita anggap menyenangkan, setelah sekian waktu lamanya mengenalnya lebih jauh, ternyata mempunyai ‘karakter’ yang tidak menyenangkan, misalkan perkataannya tidak bisa dipegang, suka melebih-lebihkan sesuatu, atau suka berbohong.

Tidak cuma dalam pertemanan sebaya, kita juga kerap mendapati orang tua yang seharusnya memberi teladan menginginkan kita berteman dengan orang yang kriterianya sesuai aturan mereka. Misalkan saja, orang itu punya jabatan tertentu, kaya raya, latar pendidikannya oke, penampilannya keren, dan sebagainya.  Ribetnya lagi, kalau maunya orang tua ini juga berlaku buat calon menantunya.


Baca Juga : Hidupkah Kesaksian Saya


Kita semua pernah membuat penilaian yang salah tentang orang lain, terlalu cepat menilai orang lain, atau bahkan menghakimi mereka. Dua pelajaran berharga yang perlu kita ingat setiap kali ‘terpancing’ untuk langsung menilai orang tanpa mengenal dia lebih dahulu, yaitu ‘Apa yang kamu tabur, itu yang kamu tuai’ dan ‘Apa yang kamu inginkan orang lain perbuat untukmu, perbuatlah demikian untuk mereka’.  Contohnya simpel saja.

Coba perhatikan dalam kehidupan sehari-hari kita. Berapa banyak kebencian yang kita taburkan, berakhir dengan menuai kebencian. Berapa banyak kebohongan yang kita taburkan, berakhir dengan menuai kebohongan.

Berapa banyak penghakiman yang kita lontarkan berakhir dengan menuai penghakiman. Dari mana menuai itu akan datang, itu bisa mengambil banyak cerita. Bisa dari orang yang kita benci atau bohongi, bisa pula dari orang lain.

Menuainya pun bisa terjadi dalam waktu yang cepat, bisa pula terjadi bertahun-tahun kemudian.  Saat kita menyadari betapa sakitnya dibenci, dibohongi, dan sebagainya, kita mulai tersadar dan syukur-syukur belajar bahwa bisa jadi ‘sakit hati’ yang kita alami itu berasal dari ‘sakit hati’ yang kita taburkan. Jikalau kita dengan mudah menilai orang dan menjelek-jelekkannya, jangan heran bila suatu waktu, kita malah dinilai orang dan dijelek-jelekkan. Di sinilah kita mulai belajar untuk berhati-hati dalam menilai orang lain.

Dosa menghalangi kita untuk menilai orang lain dari kacamata kasih karunia Allah. Dosa menghalangi kita untuk menjadi saksi Kristus. Dosa menghalangi kita untuk dengan penuh keberanian menegur saudara-saudara kita yang berbuat salah. Bahkan dosa membuat kita menghakimi orang lain sebagai pelampiasan atas kegagalan yang kita hadapi sendiri.


Baca Juga : Warisan Terbaik Untuk Cinta Kasih


Seringkali, penilaian yang kita buat terhadap orang lain merupakan cermin bagaimana kita menilai diri sendiri. Hati-hati, frustasi pada diri sendiri bisa membuat kita jadi seorang munafik yang suka menghakimi orang lain.

Hari ini kita belajar beberapa hal yaitu jangan terlalu cepat menilai orang lain karena penampilan luarnya saja. Kalaupun kita menilai orang lain, kita harus senantiasa ingat dan bertanya pada diri sendiri, “Apakah aku sudah taat melakukan kebenaran?” Kalau jawabannya ‘ya’, berdoalah dengan sepenuh hati agar Tuhan membantu kita menilai (melihat) orang lain dari kacamata kasih karunia Allah. Kalau dia salah, kita menegurnya. Kalau dia benar, kita mendukungnya.

Kalau jawabannya ‘tidak’, bahkan sudah terbiasa ‘tidak’, ini waktunya untuk berubah. Karena orang yang paling malang di dunia ini, adalah orang yang tahu apa yang benar dan harus dikerjakan, tapi selalu kalah dengan melakukan apa yang salah.

Kalaupun kita sudah berusaha dan mendapati kita malah berbuat yang salah, ini suatu pertanda, kita harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia yang akan memampukan kita. Kekuatan kita sendiri tidak akan pernah bisa membuat kita berubah. Hanya Kristus melalui kasih dan setia-Nya yang akan memampukan kita. (unitedfool)

Thanks for reading Ukuran dan Pandangan Manusia Terhadap Sesama | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show Comments
Hide Comments

0 comments on Ukuran dan Pandangan Manusia Terhadap Sesama

Posting Komentar

Syalom mari memberi komentar dengan sopan sesuai dengan tujuan web, Komentar mengandung nilai negatif kamis hapus.saudara juga bisa berbagi pengalaman Inspirasi atau materi Khotbah serta Renungan Firman Tuhan dll disini.Terima kasih sudah berkunjung