Tampilkan postingan dengan label MTPJ. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MTPJ. Tampilkan semua postingan

Renungan MTPJ 10-16 Mei 2020 Yunus 4 : 1-11 "Merpati Hilang Arah"

Mei 09, 2020

Niniwe adalah ibukota Asyur kuno. Kejayan ekonomi membuat pejabat dan masyarakatnya lupa diri. Fungsi kontrol pemerintahan terhadap nilai etika moral lumpuh. Kejahatan masyarakat dalam semua bentuknya terjadi di mana-mana. Ruang kerohanian tidak berguna sama sekali. Niniwe menjadi kota jorok, kotor, tidak beradab dan najis! Niniwe tidak hanya mengalami kerusakan etika, moral dan spiritual melainkan nilai-nilai kemanusiaan tercabut sampai ke akar-akarnya. Zaman disrupsi Niniwe!

Semua warga di Niniwe mengalami dua kali serangan wabah penyakit. Endemi virus telah membunuh banyak pejabat dan masyarakat toh mereka cuek, enggan berbenah. Mereka tidak peduli hidup tanpa etika dan menjadi manusia-manusia tunamoral. Undang-undang dan hukum serta wibawa spiritual kaum agamawan lumpuh tidak berdaya.

Spiritualitas Israel sadar akan panggilan misionernya. Meski bersitegang karena kondisi sentimen musuh sejarah dengan Asyur tetapi spirit rohani Israel harus tetap membawa misi damai menjadi prioritas. Kepentingan politik boleh beda tetapi kebutuhan akan nilai-nilai solidaritas kemanusiaan adalah panggilan harmoni kehidupan universal. Itulah misi inti masyarakat religius menciptakan kondisi damai sejahtera di planet ini. Yunus di utus.

Nabi Yunus dari kerajaan utara, orang Galilea namanya berarti ‘merpati’. Lambang Israel tradisional sebagai perdamaian sejati. Ia teguh pada doktrin dari mazab deutronomis, yang dalilnya adalah: ‘semua kebaikan diganjar berkat dan semua keburukan menerima laknat!’. Niniwe harus dieksekusi hancur lebur demi hukum dan keadilan Tuhan, tanpa kompromi.

Banyak doktrin agama yang menghasilkan pemimpin rohani terdidik berjiwa fanatik dan berprilaku ekstrim serta bertindak radikal atas nama Tuhan. Celakanya, Tuhan dipaksa mengikuti kemauannya atau paling tidak semua tindakan ekstrim ulama-ulama agama adalah sebagai legitimasi Tuhan. Sadisnya, mereka merasa kebal akan dosa! Karena itu, mereka merasa orang paling tau dan suci.

Dalil deutronomik yang dianut nabi ‘perut ikan’ ini mendesak Tuhan untuk segera menghukum lebih hebat dari kekuatan wabah endemik virus yaitu penghancuran kota dan segala isinya atas nama keadilan-Tuhan. Tindakan eksekusi itu bagi sang Nabi adalah sebagai peringatan pemurnian keadaban untuk segala bangsa. Kepentingan lain, popularitas Yunus sang Nabi, kekasih Allah dipuji dan dikenang.

Tuhan tidak bersepakat dengan semangat pembinasaan yang diharapkan nabi-Nya. Tuhan tidak mau utusan-Nya congkak rohani yang memperalat aksi rohani untuk kesenangan dan kemewahan hidup. Frustrasi lantaran merasa dipermainkan Tuhan nabi ini minta mati! Tiga kali ia menyerahkan dirinya untuk mati. Mati di laut, mati disengat terik matahari dan marah sampai mati. Merpati ini stres berat!

Tetapi bagi Tuhan, bukan kematian yang paling penting untuk menghindari masaalah. melainkan cara seseorang mengendalikan amarah. Amarah Yunus dilatari oleh permusuhan, dendam, kecewa, merasa dipermainkan status dan jabatannya serta hasrat yang tidak terpenuhi. Hal-hal inilah yang merusak struktur berpikir dan mengganggu ketentraman jiwa dan merusak semangat esensi agama. Kemarahan spiritual jauh lebih ekstrim dibanding kemarahan sosial. Marah penting tetapi amarah mesti dikendalikan.

Semua dalil deutronomik dimata Yunus runtuh berkeping, hukum keadilan Allah berpihak pada pertobatan cara hidup masyarakat yang “tidak tau membedakan tangan kanan dari tangan kiri” atau masyarakat yang kehilangan orientasi hidup yang normal dan wajar.

Tidak ada jalan untuk mereformasi kehidupan selain pertobatan. Pertobatan adalah semangat memurnikan hidup dari semua kerusakan ahlak, moral dan spiritual. Sangking pentingnya, Yunus dan Allah ‘bertengkar’ meluruskan konsep misi beragama yang dianut ‘banyak Yunus’ yang amat radikal itu.

Meluruskan doktrin perbedaan keyakinan terlalu sensitif dan mengundang pertengkaran sampai pada hal paling negatif, saling bunuh. Lebih gampang mengubah doktrin sosiopolitik ketimbang agama. Agama sering dimanfaatkan menjadi senjata paling efektif memuluskan semua kebulusan kepentingan pribadi atau kelompok.

Tuhan tidak menginginkan doktrin agama dimanfaatkan para alim-Nya melakukan tindakan kesewenang-wenangan apalagi menggelar pengadilan atas namaNya yang suci mengeksekusi secara tidak manusiawi sesamanya. Keadilan Tuhan berwajah pengampunan dan berdampak pembaharuan.
Hukum-Nya bukan hukuman melainkan kasih tak berbatas menerobos inti kemanusiaan, termasuk Yunus, nabi perut ikan, merpati stres kehilangan orientasi spiritual.

Penulis : Roy HL.Rompis
Kalasey Dua, 08 Mei 2020

MTPJ Minggu Berjalan 2-8 Juni 2019 Mazmur 128 :1-6

Mei 31, 2019
TEMA BULANAN : “Keluarga Sebagai Pangkalan Misi”
TEMA MINGGUAN : “Keluarga yang Diberkati”

BACAAN ALKITAB: Mazmur 128:1-6

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kata keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga”: artinya “anggota”, “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan beberapa orang yang memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan, ikatan, kewajiban dan tanggungjawab diantara individu tersebut.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat, satu atap dan saling ketergantungan yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai sejahtera dan diberkati dalam suasana cinta kasih sayang diantara anggotanya. Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup individu yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta sebagai miniatur dari keluarga gereja.

Kemajuan dan kemunduran hidup berkeluarga sangat berpengaruh terhadap organisasi gereja dan negara. Bila keluarga dalam keadaan sehat dan baik akan menentukan suatu organisasi gereja, masyarakat dan bangsa; begitu pula sebaliknya jika keluarga rusak akan berdampak pada kerukunan dan kesatuan jemaat dan masyarakat. Karena itu tema minggu ini adalah Keluarga Yang Diberkati.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Mazmur (Ibr. tehillim: tahlil atau puji-pujian); Septuaginta (Yun. psalmoi: nyanyian yang diiringi alat musik gesek atau petik). Kitab Mazmur dipakai sebagai buku nyanyian dan doa dalam ibadat Yahudi, juga sebagai respons para imam dan umat-Nya terhadap karya penyelamatan dan penyataan Allah dalam sejarah. Khusus Mazmur 128, termasuk jenis nyanyian Ziarah artinya “nyanyian kenaikan”, nyanyian pendakian atau anak-anak tangga/tingkatan: dimana umat yang akan beribadat di Bait Suci Yerusalem dalam merayakan hari-hari raya, biasanya menyanyikan mazmur-mazmur ini di perjalanan atau dalam arak-arakan memasuki Rumah Allah. Kata Ziarah berarti merefleksikan kembali atau retreat.

Mazmur ini, dalam tradisi Yahudi digunakan sebagai doa keluarga ketika umat merayakan paskah dalam lingkungan keluarga (Keluaran 12) dan perjamuan keluarga yang dibuka dengan ucapan syukur. Dimana ibadah keluarga merupakan tulang punggung kehidupan keagamaan mereka. Bagi masyarakat Israel sesudah pembuangan, keluarga adalah fondasi atau dasar yang berfungsi sebagai pusat ekonomi, sosial dan pusat agama. Mazmur ini juga disebut mazmur kebijaksanaan yang melukiskan tentang keindahan hidup seorang suami (bapa) yang hidup menurut kehendak Tuhan, sehingga ia menerima berkat di dalam keluarganya.

Ayat 1, kata berbahagialah (Ibrani. ‘esher; Inggris. blessed: diberkati secara fisik maupun rohani. Takut (Ibrani. Yirah: hormat; kepatuhan/ketaatan pada Tuhan). Secara Alkitabiah, takut akan Tuhan berbicara tentang kekuatan, kebesaran (kemahakuasaan Tuhan), otoritas dan kekudusan. Takut akan Tuhan adalah wujud ketakutan yang sehat dan sadar yang dampaknya menjadikan lebih dekat dengan Tuhan. Dengan demikian ia akan menuruti jalan dan kehendak Tuhan. Jalan (Ibrani. derek: melekat pada Tuhan supaya bisa dituntun-Nya). Cara hidup yang berbahagia adalah orang yang menghormati Tuhan dan menaruh hidupnya di bawah pemerintahan-Nya untuk mengikuti jalan yang ditunjukkan-Nya.

Ayat 2, hasil jerih payah (Ibrani. ygiya: hasil usaha, pekerjaannya). Berbahagialah: menunjuk pada suatu yang berkecukupan, berbahagia bukan karena kemakmuran tetapi berkecukupan dan baik keadaannya yaitu (sehat jasmani/ rohani), dan sejahtera. Artinya apa yang dinikmati sesungguhnya adalah berkat sukacita dan ucapan syukur. Umat akan menjadi makmur dan berhasil dalam usaha dan pekerjaan. Hasil usaha dan berbahagialah sangat erat dengan ketaatan yang mendatangkan sejahtera.

Ayat 3, Isteri diibaratkan sebagai pohon anggur yang subur (pohon yang dipelihara dengan baik dan diberi pupuk), dimana perannya untuk menghadirkan sukacita dan kebahagiaan dalam keluarga. Isteri yang bijak mengelola berkat, mendidik dan mendoakan keluarga. Anak-anak seperti tunas pohon Zaitun, yang mudah berkembang dan memberikan minyak pada waktunya (bnd. Kejadian. 49:22), anak yang sehat dan bernilai. Zaitun melambangkan daya hidup yang berkelanjutan. Anggur dan minyak adalah dua lambang tentang berkat Allah yang tak terhalangi. (Bnd Ulangan 8:8). Menjadi seperti tunas pohon Zaitun yaitu anak yang berharga di mata Tuhan dan manusia ketika ia hidup takut akan Tuhan.

Ayat 4, diberkati (Ibrani. barak) bahwa laki-laki (suami) yang takut Tuhan akan menikmati berkat yaitu kebahagiaan karena imannya, kesetiaan dari isterinya dan ketaatan anaknya sebagai anugerah Tuhan. Ayat 2-4, menegaskan bahwa kebahagiaan keluarga teralami karena hidup takut Tuhan dengan menjalani kehendak-Nya, inilah yang dilukiskan sebagai berkat.

Ayat 5-6, menyatakan bahwa berkat akan teralami ketika umat datang beribadah di Sion (Rumah Tuhan) sebagai simbol dimana Tuhan hadir dalam persekutuan dengan umat. Berkat akan tercurah kepada semua orang, masing-masing “menurut jalan yang ditunjukkan-Nya” di dalam Taurat dan melalui firman dimana berkat kesejahteraan atau kebahagiaan Yerusalem akan dinikmati. Berkat Tuhan bukanlah milik pribadi yang hanya dinikmati sendiri, melainkan kebahagiaan yang berdampak ke dalam persekutuan baik di Yerusalem maupun sampai kepada anak cucu. Mereka akan hidup untuk melihat keluarga mereka bertumbuh dalam iman. Inilah “syalom” damai sejahtera atas seluruh umat sebagai bentuk doa.
Makna dan Implikasi Firman

Dasar utama menikmati kebahagiaan sebagai berkat adalah takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya serta melakukan Firman-Nya. Takut akan Tuhan adalah bentuk hormat dan penghargaan melalui ketaatan dengan melakukan kehendak-Nya.

Menikmati kebahagiaan sebagai berkat karena hidup takut akan Tuhan; harus melalui kerja keras dan akan menikmati hasil jerih payahnya; dibarengi dengan kecakapan melalui hikmat isteri mengelola berkat dan anak yang terdidik dalam ketaatan dan suami yang beriman dengan takut akan Tuhan.

Keluarga yang diberkati berarti menikmati kebahagiaan seumur hidup atau sepanjang masa, baik keadaannya (sejahtera), keturunannya diberkati dan damai sejahtera dinikmati oleh keluarga dan menjadi berkat bagi masyarakat. 

Berkat di sini dimengerti sebagai konsekwensi dari pilihan hidup atau pilihan iman, yakni takut akan Tuhan. Tujuan keluarga yang diberkati yakni: supaya hidup bahagia seumur hidup; keturunan diberkati dan kebahagiaan serta damai sejahtera teralami dalam keluarga yang berdampak pada jemaat dan masyarakat. 

Diberkati dan menikmati kebahagiaan bukan berarti tanpa ada pergumulan, justru hal tersebut merupakan persiapan untuk menikmati kebahagiaan sejati. Masalah sering mucul dalam keluarga terhadap gangguan dan persoalan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, antara lain: malas beribadah, hubungan suami isteri (Pria idaman lain dan Wanita idaman lain), soal ekonomi (kerja dan pengangguran), anak (pergaulan dan studi), KDRT dan perceraian yang justru menganggu rasa kebahagiaan.

Mengikuti kehendak Tuhan seperti kata Firman: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33). Inilah yang harus menjadi fokus utama dalam kehidupan spiritual dengan terus mencari Tuhan, menjaga iman dan menghasilkan buah, maka berkat kebahagiaan dan harmonisasi akan mengiringi perjalanan kehidupan keluarga.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa yang anda pahami tentang keluarga yang diberkati menurut Mazmur 128?
  2. Apa manfaatnya menjadi keluarga yang diberkati bagi Gereja dan Masyarakat?
  3. Jelaskan upaya-upaya Gereja dan Pemerintah dalam mengatasi persoalan-persoalan dalam keluarga?

NAS PEMBIMBING: Matius 6:33

POKOK-POKOK DOA:
Keluarga yang hidup dalam takut akan
Peran keluarga dalam Pendidikan Agama kristen.
Kemampuan menata dan mengolah b
Bahagia meliputi keluarga dan masyarakat

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK I

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Panggilan Beribadah: NNBT No. 6 Allah Bapa Yang Kumuliakan

Ses. Nas Pembimbing: KJ No. 318 Berbahagia Tiap Rumah Tangga

Ses. Pengakuan Dosa: NNBT No. 11 Ya Allahku, Kami Mengaku Dosa.

Ses. Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 73 Kasih Tuhanku Lembut!

Ses. Pengakuan Iman: KJ No. 224 Masyhurkan Rajamu

Ses Hukum Tuhan: NNBT No. 13 Ya Allah Bapa, Ya Yesus Tuhan

Persembahan: NNBT No. 15 Hai Seluruh Umat Tuhan

Penutup: KJ.No.451 Bila Yesus Berada di Tengah Keluarga

ATRIBUT

Warna Dasar Merah dengan simbol salib dan lidah api.

Sumber ; www.gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 19-25 Mei 2019 Efesus 2 : 11-22

Mei 18, 2019

TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah di Bumi Milik Tuhan”
TEMA MINGGUAN : “Gereja yang Membangun Bangsa”

BACAAN ALKITAB : Efesus 2:11-22

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Membangun bangsa adalah sebuah usaha partisipatif seseorang untuk melakukan sesuatu demi kemajuan bangsa dan tercapainya tujuan bersama sebagai contoh membangun bangsa Indonesia berarti melibatkan diri secara aktif dalam semua upaya untuk mencapai tujuan bersama yaitu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Di lingkungan gereja-gereja di Indonesia, kita mengenal apa yang disebut Partisipasi gereja dalam pembangunan. Hal ini harus dipahami sebagai aktivitas semua warga gereja untuk mengambil peran dalam setiap usaha pembangunan bangsa disegala bidang, baik politik, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan serta Hak Azasi Manusia, maupun mental spiritual (kerohanian).

Gereja berasal dari kata Yunani “ekklesia” dan dalam bahasa Portugis “igereja” yang berarti orang yang dipanggil keluar dari dalam gelap, masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib, (1 Petrus 2:9), atau “kuriake” artinya orang yang dipanggil dan dipilih menjadi kepunyaan Allah. Dengan demikian,

Gereja adalah persekutuan orang percaya kepada Yesus Kristus, yang bertugas menyatakan kehendak Allah. Gereja sebagai umat Allah sangat bertanggungjawab atas semua hal yang berlangsung dalam sebuah bangsa, artinya umat Allah bukan hanya melipat tangan ketika berdoa, tapi juga membuka tangan lalu bekerja melakukan sesuatu demi kemajuan bangsa, umat Allah bukan hanya tutup mata ketika berdoa, tapi juga membuka mata dan melihat semua yang harus dikerjakan untuk kemajuan bangsa.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kota Efesus terletak di bagian barat Asia Kecil yang pada Tahun 133 seb.M, menjadi ibu kota provinsi Asia depan dan menjadi salah satu pusat perdagangan, selain Antiokhia dan Alexandria. Kota ini sangat penting bagi Paulus dalam pekerjaan pemberitaan Injil, sebab di kota ini banyak yang menyembah kaisar sebagai dewa dan kepada dewi Artemis sebagai dewi kesuburan. 

Pengaruh ajaran hellenisme juga sangat mempe-ngaruhi kehidupan sosial masyarakat umum, dan untuk alasan inilah sehingga Paulus menulis surat kepada orang-orang (jemaat) di Efesus, yaitu untuk memberi penguatan iman dan meneguhkan ajaran yang terlahir dari berita Injil Yesus Kristus. Namun kini, kota ini sudah runtuh dan hanya tersisa puing-puingnya saja, yang sekarang ini masih terlihat di beberapa bagian kota di Turki.

Jemaat Efesus waktu Paulus menulis surat ini sedang mengalami ancaman perpecahan karena perbedaan tradisi antara orang Yahudi (kaum minoritas) yang mempertahankan tradisi taurat dan orang Yunani (kaum mayoritas) yang hidup dari tradisi hellenistik. 

Oleh sebab itu, secara umum surat ini ditulis dan disampaikan kepada jemaat di Efesus untuk menya-tukan kehidupan iman mereka dalam Yesus Kristus, seperti yang diungkapkannya: “satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (4:4-5).

Paulus ingin mengajak jemaat Efesus untuk secara bersama-sama memahami setiap prakarsa Roh Kudus dalam kehidupan berjemaat, yaitu perbedaan karunia yang ada dalam persekutuan jemaat tetapi mempunyai satu kesatuan dalam Yesus Kristus (4:11-16); dan pada bagian akhir surat ini Paulus memberi motivasi bagi jemaat untuk tetap kuat dalam iman dan memperlengkapi diri dengan senjata rohani untuk melawan kuasa iblis dan kuasa-kuasa kegelapan (6:10-17).

Perikop 2:11-22 ini berisi ajakan Paulus untuk merenung-kan tentang kehidupan jemaat Efesus waktu mereka, baik orang Yahudi maupun Yunani belum hidup dalam Kristus, dan sesudah mereka hidup dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Dalam hubungan dengan hal-hal itu, maka perikop ini diuraikan sebagai berikut:

Ayat 11-13 ini diawali dengan kata penghubung “karena itu”(bahasaYunani. Διὸ=dio), dan kata “ingatlah”(bahasa Yunani μνημονεύετε = mnēmoneuete atau μνημονεύ=mnēmoneu) yang menunjuk pada bentuk kata imperatif (perintah), disusul dengan kata “dahulu” (bahasa Yunani pote=pote), yang menunjukkan bahwa di satu pihak perikop ini masih merupakan bagian integral dari perikop 2:1-10; dan di pihak lain mengartikan bahwa kata-kata ini bukan hanya sekedar “mengenang kembali” kehidupan mereka yang dulu, tetapi betul-betul “mengingat kembali” keadaan ketika mereka masih hidup sebagai “orang-orang yang tidak bersunat” , 

dan ayat 12 menyatakan “without hope and without God in the world” (tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia), mengartikan bahwa keadaan ini diakibatkan karena mereka terpisah dari Kristus, mereka tidak termasuk kewargaan Israel, karena itu mereka tidak memiliki hak-hak atas janji keselamatan yang dikaruniakan Allah kepada bangsa Israel. Namun dalam Kristus Yesus, mereka disatukan dalam janji keselamatan oleh darah Yesus itu, mereka dahulu “jauh (makran =makran) kini telah “dekat” (egguj =engys).

Ayat 14-18 Yesus Kristus adalah damai sejahtera. Artinya, Yesus menjadi pendamai antara Allah dan manusia karena dosa, dan oleh Dia semua dipersatukan. Sebab bila dalam tradisi taurat orang Yahudi tidak dibolehkan hidup bersama dengan orang yang bukan Yahudi, namun dalam Kristus melalui pengorbanan-Nya semua pihak (Yahudi dan Yunani) dipersatukan, karena Dia telah merubuhkan tembok pemisah yaitu perseteruan, lalu semuanya dipersatukan di dalam diri-Nya sebagai manusia baru yang mengadakan damai sejahtera.

Oleh salib dan kematian-Nya, Yesus “membatalkan” hukum taurat dengan segala ketentuannya (upacara perilaku lahiriah). Maksud dari kata “membatalkan” bukan berarti menghapus atau meniadakan hukum taurat, tetapi meneguh-kannya supaya orang beriman akan semakin taat kepada Allah dan mengetahui betapa berdosanya manusia (Roma 3:20,31; Kolose 2:14). Di dalam dan oleh Kristus semua dipersekutukan dalam damai sejahtera dan memperoleh jalan masuk ke hadirat Allah, artinya dalam Kristus semua dipersekutukan dengan Allah Bapa.

Ayat 19-22 dalam bagian ini Paulus mengingatkan ulang dan memberikan tekanan yang sangat kuat tentang apa yang sudah diucapkan dalam ayat 11-13 bahwa diluar Kristus mereka tidak mendapatkan janji damai sejahtera, karena mereka adalah “orang asing” (xenoj =xenoi), namun dalam Kristus mereka (orang Yunani) memiliki hak dan kewargaan yang sama dengan orang Yahudi, menjadi “Keluarga Allah” (oikeioi tou qeou=oikeioi tou Theou), dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru, bahkan sekarang oleh Kristus semua sudah menjadi sewarga sebagai orang-orang kudus dan menjadi anggota keluarga Allah. 

Menjadi bangunan tempat kediaman Allah dalam Roh, artinya relasi kehidupan mereka yang dulu dibatasi oleh etnis (suku bangsa) dan tradisi, kini disatukan dalam damai sejahtera dalam Allah oleh Roh, bahkan persekutuan mereka menjadi tempat kediaman Allah atau bait Allah yang dibangun di dalam Roh.

Makna dan Implikasi Firman
Gereja sebagai persekutuan orang percaya terpanggil untuk menghadirkan damai sejahtera, bukan hanya di dalam tubuh gereja sendiri, tapi juga bagi dunia pada umumnya. Peran gereja di tengah-tengah bangsa harus memberi kontribusi dalam pembangunan disegala bidang kehidupan. Gereja harus menjadi pelopor meniadakan perbedaan.

Perbedaan bukanlah alasan untuk berseteru dengan pihak yang lain. Sebab Kristus telah meruntuhkan segala tembok pemisah yang membatasi orang-orang percaya untuk membangun kehidupan bersama. Gereja sebagai perse-kutuan orang percaya terpanggil untuk mempererat persatuan dalam semangat kebangkitan nasional, mem-bangun bangsa kearah kehidupan yang lebih baik. Sejak zaman Perjanjian Lama umat Allah berperan dalam membangun kehidupan spiritual dan politik (pemerintahan) seperti yang juga dilakukan oleh Nehemia ketika membangun tembok Yerusalem, sehingga umat tidak dicela oleh bangsa lain, bahkan aman dari serangan musuh-musuh mereka (Nehemia 2:17).

Keragaman dalam kesatuan merupakan anugerah Allah. Artinya kesatuan dalam Kristus tidak harus sama, baik suku bangsa, budaya maupun tradisi. Melalui karya selamat Yesus Kristus, orang percaya terpanggil untuk menghayati pengorbanan-Nya yang tidak hanya diuntukkan bagi orang Yahudi atau orang kristen tetapijuga untuk seluruh bangsa.

Menghayati dan mensyukuri anugerah Tuhan bagi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) di usia ke-69 tahun, GMIM sebagai anggotanya telah ikut serta mem-bangun bangsa Indonesia dalam semangat oikumenis yang menjadikan Kristus sebagai Kepala Gereja.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
  1. Bagaimana Paulus menjelaskan tentang Kristus sebagai pemersatu di dalam perbedaan, menurut Efesus 2:11-22 ?
  2. Jelaskanlah peran gereja menciptakan kesatuan dalam perbedaan sebagai anugerah Allah?
  3. Apa upaya gereja dalam menciptakan kesejahteraan dan menopang pembangunan bangsa ?
POKOK – POKOK DOA :
Peran gereja dalam membangun kesatuan bangsa Indonesia.
Usaha perdamaian antar sesama manusia.
Persekutuan gereja di seluruh dunia, khususnya di daerah yang mengalami konflik sosial.

NAS PEMBIMBING : 1 Tesalonika 5 : 11

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK III

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Nyanyian Masuk : NNBT No. 5. Sorak-Sorailah

Ses Nas Pembimbing: Baik Bangun dan Bersedia.

Ses Pengakuan Dosa: Miringkanlah

Ses Pemberitaan Anugerah Allah : NKB No. 73 Kasih Tuhanku Lembut

Ses Pembacaan Alkitab : KJ No. 50a Sabdamu Abadi

Persembahan: NKB.No. 111 Gereja Bagai Bahtera

Penutup “Alangkah Indah Hidup Rukun”.

ATRIBUT :

Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.

Sumber : www.gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 12 Mei - 18 Mei 2019

Mei 11, 2019
TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah Di Bumi Milik Tuhan”
TEMA MINGGUAN : “Berdoa untuk Keluarga”
BACAAN ALKITAB : 1 Tawarikh 17:16-27

Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat (MTPJ)

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Pada umumnya diketahui bahwa doa sebagai sarana komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Karena itu, bila kita melihat ada orang di sekitar kita yang tidak berdoa, baik waktu makan maupun melakukan sesuatu, maka kita akan menilai dia sebagai orang yang kurang percaya kepada Tuhan atau kurang memahami pentingnya doa.

Dalam kehidupan sebagai keluarga Kristen, doa seha-rusnya menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan setiap saat, baik untuk mengucap syukur, memohon dan menggumuli sesuatu masalah kepada Tuhan, maupun memohon tuntunan Tuhan dalam kerja dan pengabdian kita, sebab doa adalah jantung dan nafas hidup orang percaya.

Di masa kini ada orang yang kadangkala melupakan atau mengabaikan pentingnya doa, hanya karena mengejar karir dan jabatan demi kesejahteraan keluarga. Bahkan karir dan jabatan menjadi pemicu manusia untuk berlomba-lomba mendapatkan-nya bukan hanya demi keluarga tetapi juga demi gengsi dan harga diri, sehingga membuat orang lebih mengandalkan kemampuan dan keahliannya dalam menjalankan pekerjaannya. Tanpa disadari bahwa Tuhanlah yang memberikan talenta pada manusia untuk mengembangkan karir, jabatan dan pekerjaan-nya.

Karir, jabatan dan pekerjaan kita sebenarnya sangat terhubung dengan karya selamat Allah bagi dunia dimulai dari kehidupan keluarga. Keluarga yang diberkati dapat menjadikan lingkungan yang ada di sekitarnya juga diberkati. Dalam keprihatinan gereja tentang realitas kehidupan manusia yang mengejar karir dan jabatan di masa kini, maka tema “Berdoa untuk Keluarga” menjadi panggilan Iman setiap warga gereja.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kitab 1 Tawarikh menceritakan sejarah keselamatan umat Allah yang tidak hanya menaruh perhatian pada fakta-fakta sejarah Israel melainkan pada makna dari fakta-fakta tersebut.  Penulis kitab Tawarikh memilih peristiwa-peristiwa yang maknanya dianggap abadi, khususnya yang menyangkut lingkungan sendiri.

Ia begitu peka menjelaskan bagaimana masa lalu dapat menerangkan masa kini dan berusaha belajar bagi dirinya sendiri serta mengajarkan kepada umat di zamannya tentang anugerah dan hukuman Allah yang dahsyat dalam sejarah Israel. Umat telah merasakan akibat pembuangan dan tertekan dengan keadaan di tempat mereka yang baru. Juga hendak menceritakan sejarah sedemikian rupa sehingga umat dapat meyakini bahwa Allah tetap memerintah dan hendak menekankan pentingnya kesetiaan yang penuh kepada-Nya.

Dalam sudut pandang politik, kitab Tawarikh memberikan perhatian penuh pada Yehuda yang tetap hidup setelah masa pembuangan dan sedang melaksanakan pelayanan rohani dan etika yang dipercayakan Tuhan kepada umat Israel. Penulis mengagungkan Daud dan keturunannya karena bagi penulis keluarga Daud yang dipilih Allah itu telah mengatasi berbagai kesulitan. Secara teologis kitab Tawarikh memberikan sum-bangsih bagi pemulihan zaman keemasaan Raja Daud dan Salomo tetapi bukan dengan mendirikan kembali kerajaan melainkan dengan kembali kepada ibadah yang benar dan kesetiaan kepada Allah.

Kitab 1 Tawarikh 17:16-27 merupakan respons iman Raja Daud ketika mendengar firman yang disampaikan Tuhan melalui nabi Natan terhadap kerinduannya membangun Bait Allah yang ditolak (lihat 1 Tawarikh 17:4). Namun Tuhan menjanjikan bahwa Ia akan membangkitkan keturunan dan mengokohkan kerajaannya. Lalu raja Daud merespon dengan berdoa syukur atas pemilihan Tuhan terhadap keluarga dan keturunannya untuk menjadi raja atas Israel dan dalam membangun Bait Allah.

Dalam ayat 16 “Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah dan siapakah keluargaku sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?” Menjelaskan tentang sejarah kehidupan Daud yang disampaikan Tuhan melalui nabi Natan, yaitu pertama bahwa Anugerah Tuhan bagi Daud tidak membuatnya menjadi sombong. Ia tidak mengangap bahwa ia layak menerima janji Tuhan tersebut.  Kedua, Tuhanlah yang mengangkat Daud menjadi raja atas umat Israel. Tuhan berfirman: “Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel.” (17:7).

Ayat 17-19, Raja Daud mengucap syukur atas jaminan keberlangsungan keturunannya. Ia menyadari bahwa datangnya hal-hal baik baginya dan keluarganya, sekarang dan yang akan datang, itu bukan karena keistimewaan dirinya melainkan karena pemilihan menurut kehendak Allah yang mengenal dia dan keluarganya.

Itulah anugerah Tuhan dalam persekutuan hidup keluarganya. Jaminan keselamatan dan keberlangsungan tahta kerajaan Israel bagi keluarganya pasti akan terwujud. Karena itu Daud berdoa dengan penuh syukur dan sukacita dan bertanya apakah lagi yang akan ia lakukan sebagai respons imannya, sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan

Ayat 20-22, Daud mengagungkan Tuhan Allah Israel, bahwa tidak ada Allah lain seperti Engkau yang kami sembah. Hal ini berarti ia betul-betul membandingkan allah bangsa-bangsa lain dengan Allah yang ia sembah dan yang telah menuntun membebaskan umat-Nya.

Daud mau menekankan bahwa yang berbeda dalam hal ini adalah suasana “kekeluargaan” yang ada dalam kehidupan religius bangsa Israel, yang dinampakkan pada ungkapan: “Engkau telah membuat umat-Mu Israel menjadi umat-Mu untuk selama-lamanya dan Engkau, ya Tuhan, menjadi Allah mereka”. Arti hubungan yang inti antara Allah sebagai Bapa dan Israel sebagai anak-Nya.

Ayat 23-27, di tengah-tengah kesibukan tugas sebagai  raja,  Daud juga menjalankan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga. Dia memberikan waktu khusus untuk keluarga, ter-utama berdoa untuk keluarganya.

Walaupun Tuhan telah berjanji kepada Daud tentang keberlangsungan hidup keluarganya yang diberkati tetapi ia tetap memohon dalam doanya agar janji Tuhan berlaku dalam diri dan keluarganya, yaitu janji berkat seperti yang diungkapakan dalam ayat 27 “Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati, ya Tuhan, diberkati untuk selama-lamanya”.

Hal ini bukan berarti bahwa Daud meragukan akan janji Tuhan itu, tetapi ia menyadari bahwa sebagai seorang hamba, ia meminta kepada Tuhan atas dasar kasih setia Bapa kepada anak-anak-Nya. Bagi Daud pemberian Tuhan justru menggambarkan kebesaran pemberi janji, bukan penerimanya, maka anugerah Tuhan yang luar biasa membuat dia semakin memuliakan Allah.

Makna dan Implikasi Firman
  • Allah Israel adalah Allah Mahabesar dan tidak ada allah lain seperti Allah Israel yang hadir dalam keluarga Daud dan di tengah persekutuan umat-Nya. Hal ini memberikan teladan kepada kita dan keluarga untuk membangun relasi yang baik dan benar dengan Allah, seperti yang dilakukan oleh Daud, terutama dalam bentuk doa yang akrab dengan Allah.
  • Allah adalah Bapa bagi Israel dan Israel adalah anak-anak-Nya. Hubungan ini adalah bentuk komunikasi spiritual antara Daud dan Tuhan Allah. Karena itu bagi kita, Allah harus betul-betul diberi tempat dalam kehidupan keluarga, sehingga jaminan keberlangsungan hidup keluarga kita selalu bertumpu pada kuasa dan kehendak Allah. Seperti Daud, kita juga patut bersyukur atas relasi spiritual yang diperkenankan Tuhan atas kehidupan kita dan keluarga (Mazmur 103:13).
  • Memelihara kesetiaan kepada Tuhan sangat penting bagi persekutuan umat. Kesetiaan itu harus dibuktikan dalam bentuk ibadah yang benar termasuk di dalamnya berdoa untuk keluarga memohon berkat, penyertaan serta perlin-dungan dari Tuhan. Kesetiaan kepada Tuhan adalah kunci kemenangan umat Israel.Doa adalah sarana komunikasi antara umat dan Tuhan. 
  • Doa merupakan penghubung antara manusia dengan Allah. Apapun yang telah dijanjikan Tuhan dapat kita miliki, tetapi kita harus tetap meminta dalam   Dengan berdoa umat dapat menyatakan syukur dan menyampaikan permohonan kepada Tuhan untuk kerja selamat  bagi keluarga dan umat.
  • Doa Daud sebagai bentuk perhatian pada keluarga yang di dalamnya terjalin kasih dan kesetiaan kepada Tuhan. Sesibuk apapun, kita harus menyediakan waktu bagi keluarga untuk berdoa bersama, sehingga terjalin relasi yang harmonis antar sesama keluarga dan Tuhan. Tuhan Allah memakai setiap keluarga menjadi alat damai sejahtera untuk mewujudkan karya selamat-Nya di bumi milik Tuhan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
  1. Apa pentingnya berdoa untuk keluarga menurut perikop 1 Tawarikh 17:16-27?
  2. Bagaimana membangun relasi yang harmonis dalam kehidupan keluarga?
POKOK-POKOK DOA
Setiap warga gereja agar hidup dalam ketaatan kepada Tuhan
Keluarga menjadi alat Tuhan dalam karya keselamatan Allah
Membangun relasi yang harmonis dalam keluarga untuk mewujudkan kehidupan berdoa bersama dalam

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN
HARI MINGGU BENTUK II.

NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Kemuliaan Bagi Allah : DSL  47 Doa dan Keluh

Sesudah Doa Penyembahan : NNBT No. 4 Naikkan Doa Pada Allah

Ses Pengakuan Dosa : Oh Tuhan Yang Mahakuasa

Ses Janji Anugerah Allah : DSL 136 Jam Sembahyang

Ses Puji-Pujian : NKB No. 143 Janji Yang Manis

Ses Pengakuan Iman: KJ No. 280 Aku Percaya

Ses Pembacaan Alkitab: KJ No. 49 Firman Allah Jayalah

Persembahan KJ No. 367 Pada-Mu Tuhan Dan Allahku.

Nyanyian Penutup KJ No. 318 Berbahagia Tiap Rumah Tangga.

ATRIBUT
Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.

Sumber : www.gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan 05 - 11 Mei 2019 Yehezkiel 47 :1-12

Mei 04, 2019

TEMA BULANAN : “Karya Keselamatan Allah Di Bumi Milik Tuhan”
TEMA MINGGUAN : “Pemulihan yang Holistik”
BACAAN ALKITAB : Yehezkiel 47:1-12

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Pemulihan yang holistik (menyeluruh dan utuh) merupakan suatu harapan dari orang percaya yang hidup dialam ciptaan Tuhan ini. Dimana-mana telah terjadi berbagai kerusakan alam akibat keserakahan manusia; alam yang tadinya indah kini menjadi rusak, gersang dan menakutkan.

Kehidupan yang damai di alam ciptaan ini menjadi impian setiap insan yang kini berubah menjadi kehancuran karena ulah manusia yang menebang pohon tanpa memperhatikan kelestariannya, meng-geruk alam untuk mendapatkan hasil tambang: emas, perak, tembaga yang mengiurkan, maka bencana alam pun terjadi dimana-mana, tanah longsor, banjir, kebakaran lahan, serta kekeringan, bahkan yang lebih besar lagi ialah terjadinya global warming yang berakibat pada kerusakan lapisan ozon.

Manusia bukan hanya merusak alam tapi lebih dari itu merusak dirinya sendiri dengan melakukan hal-hal yang jahat. Sikap saling menjatuhkan antar manusia membuat dunia ini tidak aman dan damai lagi. Manusia sebagai mahkluk ciptaan Allah yang termulia yang dipercayakan untuk menjaga dan memelihara bumi ini tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Bumi telah rusak, hubungan persaudaraan antar manusia hancur, sungguh manusia telah kehilangan kemuliaannya, maka kita butuh peran Allah untuk memulihkan kembali semua ciptaan-Nya menjadi sempurna. Pemulihan yang Holistik adalah jawaban untuk segala pergumulan itu.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Yehezkiel artinya Allah menguatkan. Yehezkiel adalah putera dari imam Busy (Yehezkiel 1:3) dan ia sendiri juga adalah seorang imam. Pada tahun 597 SM (2 Raja-raja 24:14-17) ia dibuang bersama-sama dengan Yoyakhin ke Babel. Tema-tema yang ada pada kitab Yehezkiel selalu mengangkat soal kesucian, keagungan Tuhan dan pertobatan umat Israel.

Kitab Yehezkiel 47:1-12 termasuk salah satu pasal yang isinya bersifat eskatologis yang banyak menggunakan bahasa-bahasa simbol yang isi cerita dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu:

Ayat 1-5, berisi penglihatan air yang keluar dari bait Allah yang terus mengalir dan akhirnya menjadi sungai yang dalam. Pada bagian ini kita dapati ada 4 hal yang penting: 

Pertama; Seorang yang kelihatan seperti tembaga yang memegang tali lenan di tangannya dan tongkat. Penjelasan tentang siapa orang ini kurang begitu jelas hanya saja orang ini adalah sebagai utusan Tuhan, karena pertemuan orang ini dengan Yehezkiel terjadi karena Allah yang mempertemukan mereka (bnd.Yehezkiel 40:3.). Peran orang ini sangat penting karena dialah yang menuntun Yehezkiel dalam penglihatannya.

Dia juga yang memperlihatkan kepada Yehezkiel tentang adanya air di bawah Bait Allah, serta ke mana perginya air itu. Dia juga yang menyuruh Yehezkiel untuk mengikuti aliran air itu, serta mengukur kedalaman air itu. Jadi jelaslah bahwa orang ini di utus Allah khusus mengukur air itu.

Kedua; Yehezkiel adalah orang yang mendapat penglihatan dari Allah tentang berbagai peristiwa kehidupan umat Israel di Babel.Ia juga adalah pribadi yang taat dan setia melakukan perintah Allah, karena itu apa yang diperintahkan oleh utusan Tuhan itu, bahkan apa yang dinyatakan dalam setiap penglihatan dapat dipahami dan dilakukan oleh Yehezkiel.

Ketiga; Air yang keluar dari Bait Allah telah dilihat sebagai bentuk pertolongan Allah yang mengubah kehidupan umat Israel.

Debet air yang bertambah dari kecil hingga menjadi aliran sungai yang besar, lebih dilihat sebagai kekuatan kuasa Allah yang akan terjadi di tengah bangsa Israel, bahkan air ini dilihat sebagai simbol kehidupan baru yang mendatangkan sejahtera bagi umat Israel, memberi kesuburan yang ditandai dengan bertumbuhnya pohon-pohon baru, serta adanya ikan-kan di sungai, berubahnya air laut yang asin menjadi tawar dan semuanya menjadi gambaran pertolongan Tuhan yang akan mengubah kehidupan bangsa Israel yang menderita di pembuangan menjadi bangsa yang diselamatkan dan akan hidup sejahtera dan bahagia.

Keempat; Bait Allah adalah sumber “Air Kehidupan” bagi umat Tuhan, sebab Bait Allah selalu manjadi tanda kehadiran Allah yang memberi kehidupan bagi umat Tuhan. Bait Allah juga menjadi sentral persekutuan umat Tuhan, karena dari Bait Allah selalu diyakini mengalir kehidupan yang mensejahterakan.

Ayat 6-12, berisi cerita perjalanan pulang Yehezkiel bersama utusan Tuhan, sambil melihat perubahan yang terjadi akibat mengalirnya air dari Bait Allah. Ternyata air yang mengalir dari Bait Allah benar-benar telah mengubah lingkungan dan alam sekitarnya.


Baca Juga : Renungan Harian Keluarga Bulan Mei 2019


Air dari Bait Allah mampu mengubah air laut yang asin menjadi tawar serta pinggiran-pinggiran sungai yang tadinya rusak dan gersang berubah menjadi hijau karena bertumbuhnya pohon-pohon baru. Air dari Bait Allah yang menjadi sungai telah menjadi tempat berkeliapan mahkluk-mahkluk air dan ber-kembang-biaknya berbagai jenis ikan.

Jadi air dari Bait Allah telah mensejahterakan semua orang yang hidup di pingiran sungai, terlihat dengan banyaknya penangkap ikan atau pemukat, tepian sungai kini menjadi ramai bahkan sampai di rawa-rawapun berubah menjadi sumber rejeki bagi semua orang.

Adanya perubahan seperti air asin menjadi tawar, ikan-ikan yang banyak, pohon-pohon yang bertumbuh, rawa-rawa menjadi tempat mengambil garam, serta penangkap ikan yang  banyak di tepi sungai, menggambarkan betapa air dari Bait Allah benar-benar mampu memulihkan alam ciptaan Tuhan.

Kehadiran air dari bait Allah mengubah segala sesuatu yang rusak menjadi baik yang pada akhirnya, air telah menjadi simbol kehadiran Allah serta kunci satu-satunya yang dapat mensejahterakan dan menyelamatkan bangsa Israel.

Makna dan Implikasi Firman
Allah selalu mengasihi umat-Nya, walaupun umat-Nya sering tidak melakukan kehendak-N Allah selalu memberi kesempatan bagi umat yang berbuat dosa untuk bertobat. Kehidupan yang bertobat akan membuat umat mengalami kasih dan selamat dari Allah.

Dunia ini rusak oleh perbuatan manusia, tapi kita harus percaya Allah sanggup mengubah dunia yang rusak ini menjadi dunia yang sempurna. Kekuasaan Allah melebihi kekuasaan manusia, tidak ada di kolong langit ini yang dapat menghalangi apalagi menandingi kekuasaan Allah. Allah dapat mengubah tanah yang kering menjadi tanah yang subur, air yang asin menjadi air yang tawar.

Kuasa Allah yang mengalir dalam firman-Nya mampu memulihkan keadaan apapun yang dihadapi dan dialami oleh orang percaya, bahkan menyembuhkan yang sakit dan memulihkan kehidupan mengalami pergumulan dan tekanan.

Umat manusia harus selalu ingat bahwa Tuhanlah yang menentukan segala sesuatu di dunia ini termasuk masa depan kita, keselamatan kita, kebahagiaan kita Tuhanlah yang mengatur semuanya termasuk berkat, keberuntungan dan rejeki kita. Artinya Tuhan mampu memulihkan semua hal secara holistik.


PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa yang kamu pahami tentang pemulihan menurut Yehezkiel 47:112?
  2. Bagaimana ciri-ciri orang percaya yang sudah mengalami pemulihan dari Allah?
  3. Menurut saudara perlukah gereja mendapat pemulihan dari Allah?

NAS PEMBIMBING: Wahyu 21:5

POKOK – POKOK  DOA :
Pemulihan akan dunia yang rusak oleh ulah manusia .
Pemulihan bagi dunia yang penuh dengan peperangan supaya didatangkan perdamaian.
Berdoa bagi daerah-daerah yang dilanda bencana alam, kelaparan, serta kekeringan.
Berdoa bagi gereja-gereja Tuhan agar menjadi gereja yang terus dibaharui.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK I 

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Panggilan beribadah: NNBT No.2. Dunia Tercipta Oleh Kar’na Tuhan-Mu

Ses.Nas Pembimbing: KJ No. 64 Bila Kulihat Bintang Gemerlapan.

Ses.Pengakuan Dosa : KJ No. 29 Di Muka Tuhan Yesus.

Ses.Pemberitaan Anugerah Allah: KJ No. 40 Ajaib Benar Anugerah.

Ses,Hukum Tuhan: NNBT No.19 Allah Besar Agung Nama-Nya

Persembahan : KJ No. 289  Tuhan Pencipta semesta

Nyanyian Penutup: NKB No. 197 Besarlah Untungku

ATRIBUT :

Warna dasar putih dengan lambang bunga bakung dan salib berwarna kuning.

Sumber : www.gmim.or.id