Bersama Yesus Wabah Apapun Itu Pasti di Kalahkan

April 13, 2020
Senin, 13 April 2020
Bersama-sama menghadapi Covid-19 ikuti prosedur kebijakan Pemerintah

Gmimbetel Ketika Social distancing diterapkan dan orang merasa dikurung dalam masa yang tidak menentu, aduuhhh sampai kapan kang? Banyak yang mulai panik dan ketakutan. Kami minta mujizat-Mu Tuhan…Tuhan…Tuhan????. Dalam sejarah orang percaya ternyata ada saat dimana Tuhan sengaja melakukan “Social Distancing” (jaga jarak) dengan umat-Nya.

Bahkan dalam jangka waktu yang sangat lama sekali, beratus ratus tahun, ketika Dia “membiarkan” orang Israel diperbudak di Mesir. Tuhan juga mengijinkan bangsa Babilonia, menindas dan "mengurung” Israel selama 70 tahun sebagai budak di Babel. Tuhan pernah tidak lagi berbicara kepada umatnya, melalui nabi, sesudah Maleakhi. Baru 400 tahun kemudian Dia tampil melalui Yohanes menyerukan pertobatan karena kedatangan Mesias Sang Juruselamat, Yesus Kristus.

Baca Juga : Kisah Hidup Dari Kepahitan Menjadi Pengampunan

Ada satu catatan menarik, ketika Israel dihancurkan Babel pada tahun tahun 586 SM, berbagai bangsa silih berganti menjajah mereka. Seperti bangsa: Babilonia, Persia Media, Yunani, Seleukus dan Ptolemius. Kemudian Bangsa Romawi, Bizantium, Persia, bangsa Arab, Kekaisaran Ottoman. Sesudah itu 400 tahun Ottoman dikalahkan Inggris. Akhirnya, kemudian Inggris mengijinkan Israel mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948. Tahukah anda perlu waktu Israel dipulihkan Tuhan? Butuh masa 2.534 tahun.

Sebelum lebih jauh, saya ajak kita melihat konteks kita sekarang….

Seorang pakar Science politik Amerika yang bernama Samuel P Huntington pernah “menubuatkan” sebuah kondisi dunia yang dia gambarkan sebagai “Clash of Civilization” (Benturan Peradaban). Di dunia kita dalam skala yang berbeda, akan terjadi pertarungan besar. Kondisi ini bisa saja menjadi pemicu terjadinya keruntuhan peradaban manusia. Menurut Huntington, pemicunya adalah agama dan kebudayaan.Termasuk di dalamnya isu HAM, Demokrasi dan Lingkungan hidup.

Sebagai contoh, terjadinya benturan-benturan kecil dalam peradaban moderan dengan liberalismenya mengakibatkan lunturnya kultur masyarakat timur. Saat ini kita saksikan sebuah fakta yang nyata. Kebiasaan-kebiasaan kita di kampung, mulai terkikis habis. Budaya menghargai orang tua, menghormati para pemimpin masyarakat seperti Hukum Tua apalagi Camat dan Kepala Daerah mulai berubah. Dulu orang malu kalau harus dipanggil dan diurus di balai desa atau rumah Kuntua. Suatu aib yang bahkan bisa mempermalukan famili dan anak cucu.

Waktu itu biasa di tanah Minahasa, ibu-ibu masih baku minta rica deng tomat, bahkan ada yang minta api pa birman sambil bawa gonofu di tampurung. Masa dimana orang-orang masih baku tulung ba pacol akang tu kobong, angka rumah rame-rame (mapalus), upahnya? cukup sadia kopi dan kukis panada dan tentunya sahabat setia pinaraci (for beking hangat suasana dan dan kalau ada sadiki RW for tola-tola asal jang talebe).

Di sekolah para dosen dan guru dipanggil tuang guru dan mneer. Sangat dihormati. Biarpun ada guru/dosen killer (panjaha). Murid malu dan lari kalau ketemu mereka di jalan. Kalu bapontar sampai larut malam kong dapa lapor pa mner, kong dapa onderzoek di sekolah abis itu mo dapa straf.

Orang yang lahir di era tahun 50an sd 80an rindu dengan nostalgia indahnya masa di kampung dahulu. Era bermain ramai ramai di kuala (sungai), mandi pancuran, maen permainan kampung sperti kokotrek, sleepduur, maen kanikir, main goro, lompat tali, cenge dan masih banyak lagi. Pulang sekolah anak-anak disuruh menyusul orang tua ke kebun makang di kobong. Ada yang dapa suruh jaga ade-ade yang lebeh kacil karena mama dan papa ada mento’ (tinggal) di kobong karena mo ba kopra atau beking captikus, for bayar anak pe SPP.

Dulu, kalau ada orang meninggal, untuk menghormati semua bunyi-bunyian seperti Tape Cassete yang sementara putar lagu Dian Pisesha atau Panbers, apa lagi lagu disko Boney M, dapa suruh kase mati capat.

Indahnya…sebenarnya, masa itu belum terlalu lama. Baru sekitar 30 atau 40 tahun lalu. Rasanya masgul mengingat kenangan itu. Sepertinya, orang sekarang tidak lagi mempedulikan hal-hal seperti itu. Karena sekarang semua dikejar untuk mancari deng sibuk deng banyak urusan. So nyanda baku pasiar, so nyanda baku undang. Mengenang masa itu, sungguh sebuah memori yang manis dan rindu ingin kembali. Ahhh, mungkin saya terlalu cengeng dan sensii.

Kalau diceritakan kepada anak cucu kita (generasi milenial), mereka akan mentertawakan kita, yang mereka sebut generasi kolonial, kuno kata mereka. Ahhh jaman telah berubah.

Sekarang, semua telah menjadi modern dan canggih. Aktifitas apapun ada aplikasi yang siap melayani, seperti Go Pay dan OVO dan lainya. Sekarang era dimana ABG nongkrong di kafe, minum juice sambil numpang Wifi. Sekarang masanya teknologi AI (artificial Intelegence/kecerdasan buatan). Era robot dan drone.

Ada prototipe robot seperti manusia. Boleh berinteraksi seperti orang betulan. Boleh bakutulung. Ada yang boleh jadi teman bicara, curhat. Jenis tertentu dapat merespon dengan simpatik dan siap mendengarkan apapun keluh kesah kita. Bahkan ssst ada jenis yang bisa jadi teman tidur.

Di lain pihak tekhnologi kedokteran; boleh operasi pakai sinar laser. Tekhnologi transplantasi organ tubuh. Jantung buatan, mata bionic dan lain-lain. Bahkan rekayasa genetic sudah sampai pada kemungkinan “menciptakan” manusia tanpa proses biologis. Canggih!

Kembali ke konteks kita,

Di era serba liberal ini, semua yang dari barat dianggap hebat dan diadopsi. Termasuk kebebasan berbicara kebablasan. Semua itu mendapat tempat yang sangat empuk karena internet merambah seluruh bagian kehidupan masyarakat moderen. Dan lebih dahsyat lagi ketika munculah era medsos. Tempat orang berekspresi bebaaaassss sekali. Saking bebas orang boleh bicara apa saja dan komen apa saja.

Kita masih ingat tentang kisah Ahok. Begitu luar biasa bergulir dan mengguncang dunia perpolitikan Indonesia. Seperti ramalan Huntington, isu agama (SARA) begitu kental, jadi pemantik yang mendorong jutaan orang di Indonesia terlibat aktif dalam kisruh tersebut. Ahok bahkan mampu menarik perhatian orang di berbagai penjuru dunia.

Benturan luar biasa terjadi dan dimainkan dengan penuh emosional. Fenomena Ahok berdampak luas sampai kepada isu intoleransi, dan juga tuntutan khilafah di digaungkan oleh kelompok tertentu. Benturan demi benturan dan puncaknya pada pemilu di tahun2019. Betul-betul membuat Indonesia bergoncang dengan keras. Medsos mendominasi berbagai dinamika yang terjadi. Medsos terbukti sangat jitu dan strategis menggulirkan isu untuk menarik simpati atau antipati. Dahsyatnya publik opini.

Salah satu keunikan di dunia maya tidak ada batasan dan protokoler serta pengamanan pengawal pribadi. Dengan menjadi folower anda bisa jadi temannya presiden Jokowi. Boleh canda-candaan dan nyundul minta sepeda, sapa tahu dikasih. Anda juga bisa saling ngetweet dengan Donald Trump presiden Amerika. Medsos memungkinkan kamu bisa saling sapa hai-hai dengan Boy Band terkenal Korean-POP BTS, atau Taylor Swift. Wow amazing sesuatu yang dulunya mana adaa…

Tapi miris ketika anda tidak suka dengan orang lain. Maka anda bisa ngomong seenaknya dan maki-maki. Sekarang bukan hal yang aneh kalau ada tokoh politik bahkan pemimpin umat juga dibuly. Anda bisa mengata-ngatai seseorang dengan sedemikian sadisnya dan menghakimi mereka. Ketika ibunda Jolowi meninggal dunia, mirisnya di medsos beredar berbagai macam hinaan. Ada yang menyoraki, dengan up-up & like. Padahal sudah ada UU ITE. Sungguh mencengangkan bangsa kita, malu sama negara-negara lain.

Berkaitan dengan penanganan Corona :

Sekalipun anda bukan siapa-siapa bukan pakar kesehatan bukan dokter, lewat medsos anda boleh menolak semua langkah pemerintah. Sepertinya sah-sah saja boleh tidak setuju bahkan menjudge seenaknya sambil bilang bego, dungu dan lain-lain kepada pemimpin pemimpin lembaga negara. Cuitan anda dapat saja bergema dimana-mana bahkan sampai seluruh dunia dan dapat menjadi trending topik kalau disukai banyak orang. Waduhhh

Sekedar catatan: anda bahkan tiba-tiba saja dapat menjadi artis dadakan karena bertingkah konyol dan lucu sambil nyanyi lagunya Sahrukh Khan. Atau ada anak kecil tiba-tiba terkenal karena naik tiang bendera. Anda bisa diundang wawancara dan kalau mujur boleh ketemu menteri dan jadi bintang iklan.

Dampak Medsos. menurut statistik di seluruh dunia, pengguna medsos ada 3,5 milyar orang. Di Indonesia sendiri ada 150 juta orang pengguna aktif berbagai platform.
Sebagai pembanding, anda bisa bayangkan ada di satu stadion berisikan 40.000 berbicara dan bersorak bersama sama ketika goal terjadi….betapa gemuruhnya stadion tersebut.

Tapi di medsos beratus kali dan beribu kali lebih banyak lagi orang yang terlibat. Ketika serempak mereka berguman berbicara dan berteriak bersama-sama, jiklau ditransfer dalam bentuk bunyi suara, maka gemanya menjadi seperti sebuah goncangan yang dahsyat. Ibarat mampu membuat bumi ini bergetar. Suatu resonansi getaran yang mengakibatkan gema yang hebat dalam berbagai bidang kehidupan umat manusia.

Bayangkan gelombang elektromagnetik yang tidak kelihatan dan bergerak di dalam sunyi. Tetapi ketika muncul dalam bentuk suara dan gambar/video, maka terjadilah berbagai-bagai kegemparan di mana-mana. Sebuah benturan luar biasa! Dapat meluluh lantakkan apa saja. Dampaknya bisa memporak porandakan apapun yang ada di depannya. Menjadi seperti sebuah tsunami besar. Seluruh dunia dilibas dengan terjangan yang langsung bisa menghancurkan. Di lain pihak masyarakat kita sudah berubah dan mulai tidak percaya system yang mapan.

Corona virus telah menghebohkan dunia sedemikian rupa. Padahal, Menurut statistik setiap hari terdapat 160.000 (seratus enampuluh ribu) orang yang meninggal di seluruh dunia. Di seluruh dunia setiap tahun 58 juta orang meninggal. Menurut UNICEF setiap hari ada 15.000 anak meninggal. Angka-angka ini sangat fantastis tapi kalah heboh dengan orang yang mati karena Corona. Semenjak peristiwa kematian pertama di Hubey Tiongkok pada bulan Desember 2019, jumlah korban yang meninggal sampai hari ini “baru” 55.188 ribu orang dari 1.040.656 orang yang terpapar.

Sebenarnya menurut para ahli, Corona bukanlah sesuatu yang terlalu mengerikan. Memang penyebarannya yang begitu cepat dan maaif. Setiap hari puluhan ribu orang terjangkit.
Akan tetapi ternyata, kita sendiri yang ciptakan kehebohan ini.

Beragam cara ditempuh pemerintah untuk mengatasi kondisi ini. Bingung mana yang mau diterapkan Lockdown atau Penutupan Terbatas, Karantina total, atau apalah. Para pakar dan tekhnokrat jadi sperti orang bodoh karena langkah yang disiapkan, masih dalam bentuk konsep/kajian, sudah dibanting sedemikian rupa oleh orang lewat media (sosial).

Dihimbau untuk Social Distancing, jangan mudik demi kebaikan sendiri atau keluarga, ehhh orang tidak peduli. Puluhan triliun dana dikucurkan pemerintah lewat jaring pengaman sosial. Tapi opini negatif membuat orang tidak percaya. Kasihan Jokowi, kasihan para pemimpin. Mereka bekerja siang malam dan stress memikirkan langkah terbaik. Sementara itu sebagian politisi mengail di air keruh bahkan ada yang meminta pergantian pemimpin negara.

Padahal untuk membasmi Corona masyarakat disuruh diam saja di rumah, jaga jarak dan selalu cuci tangan. Sesederhana dan sesimpel itu untuk menyetop transmisi virus ini. Cuma itu langkah paling efektif. China telah buktikan. Tapi tau sendiri kan bagaimana di lapangan faktanya...

Ironis lagi, ketika ada orang mati karena corona jenasahnya dirampas keluarga (Kendari-Sulawesi tenggara). Ada pasien yang melarikan diri tidak mau di rawat. Ada yang Cuma minta discan cek suhu tubuh sampai ngamuk-ngamuk. Dilarang keluar kota, tapi memaksakan diri untuk pulang kampung padahal pemerintah sudah menjamin semuanya. Tapi siapa yang dapat membendung aktifitas juta warga yang tidak peduli resiko.

Sebagai orang Kristen kita telah melihat berbagai benturan telah terjadi mulai dari peristiwa penciptaan manusia. Ketika manusia melawan Tuhan dan jatuh dalam dosa, mereka dikutuk. Homo homini lupus, Kain membunuh Habel. Salah satu kutukan "alam" menjadi musuh manusia.

Masa-masa kesukaran kita hari ini juga sudah banyak dinubuatkan antara lain dalam Lukas 24 tentang nbuatan akhir jaman. Artinya sebagai peringatan supaya orang percaya tidak takut meskipun masa itu tiba.Karena Tuhan tetap mengendalikan semuanya.

Fakta, dari semua kekacauan yang terjadi di dunia ini, Tuhan tetap tampil dan ambil alih tepat pada waktu yang Dia tentukan (Khairos).

Berkaitan dengan Corona dan dampak yang ditimbulkannya, seorang rekan pelsus yang juga adalah seorang dosen mengatakan secara ilmiah kondisi dunia seperti fenomena yg ada sekarang belum pernah diteliti. Belum ada teori belum pernah diukur. Jadi belum tahu apa yang akan terjadi dengan kekeristenan, sesudah masa ini berlalu. Apakah orang semakin percaya kepada Tuhan atau terjadi kemerosotan rohani yang lebih memprihatinkan? Who knows…

Mungkin Corona ini mengingatkan satu kondisi yang berubah dari kemanusiaan kita. Kehidupan sosial yang normal. Kehidupan yang rukun dan damai. Baku baku, baku-baku sayang. Bahwa anda tidak dapat hidup sendiri dan mementingkan kemauan sendiri. Lihat akibat corona negara yang sehebat dan sebesar Amerika saja hancur ekonominya. Dan harus ditolong oleh China dan Rusia, ironis bukan?

Tapi jangan biarkan roh ketakutan menguasai kita. Rasul Paulus katakan dalam Filipi 4:4 “bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan”

Padahal kalau mau kita bisa membuat membuat yang namanya PEMBALIKKAN
Kita ubah kondisi, opini yang berkembang. Kita ganti dengan optimisme dan keyakinan penuh. Dukungan bagi pemberantasan Virus Corona. Media sosial kita pakai sebagai sarana kampanye yang efektif. Quote, firman, foto , video yang yang menggambarkan bahwa kita dapat mengalahkan corona.

Ayo untuk minggu minggu kita semua bersatu lawan dan gaungkan di mana mana terutama Medsos. Kita ciptakan gelombang dan getaran penuh keyakinan, kita semua pasti bisa!!!. Kita percaya kepada pemerintah support para tenaga medis, Polisi tentara dan semua Gugus Tugas dan relawan para frontliner yang bekerja siang malam dengan resiko yang nyata, terpapar virus jahat ini.

Baca Juga : Menguak Rahasia Paskah Dalam Simbol Telur dan Kelinci

Kita percaya dan Serahkan semua kepada ahlinya. Sisanya kita yang lakukan dengan taat.
Saat ini saat yang genting, bersatulah! Stop posting berita deng samua tu nyanda-nyanda!!!

Saya percaya dalam nama Tuhan Yesus Virus ini pasti dapat dikalahkan! Seperti lagu lirik lagu Bob Marley “Don’t Worry about a thing, cause every little thing is gonna be alright” Terjemahan bebasnya: jang tako biasa-biasa jo kwa karena samua akan beres. Alias so pernah ley kwa.

Ketika Petrus ketakutan dan hampir tenggelamketika ia ingin ikut berjalan sama seperti Yesus Tuhan Yesus mengulurkan tangannya dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Matius 14:22-36.

Baca Roma 8:38-39 kita adalah pemenang. Penyakit dan maut tidak akan memisahkan kita dari Kasih Kristus. Mari torang tetap berdoa dan bergumul di minggu-minggu sengsara ini. Tuhan tetap ada bersama kita. Amin.

Penulis: Pendeta Franky Kalalo

Thanks for reading Bersama Yesus Wabah Apapun Itu Pasti di Kalahkan | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show Comments
Hide Comments

0 comments on Bersama Yesus Wabah Apapun Itu Pasti di Kalahkan

Posting Komentar

Syalom mari memberi komentar dengan sopan sesuai dengan tujuan web, Komentar mengandung nilai negatif kamis hapus.saudara juga bisa berbagi pengalaman Inspirasi atau materi Khotbah serta Renungan Firman Tuhan dll disini.Terima kasih sudah berkunjung