Tampilkan postingan dengan label MTPJ. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MTPJ. Tampilkan semua postingan

MTPJ Minggu Berjalan 17-23 Maret 2019 Kejadian 22 : 1-19 Minggu Sengsara Kedua

Maret 17, 2019
TEMA BULANAN : “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir”
TEMA MINGGUAN : “Ketaatan Paripurna”
 BACAAN ALKITAB : Kejadian 22:1-19

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Taat menurut kamus umum Bahasa Indonesia “Patuh” artinya menjalankan apa yang diperintahkan dan saleh beribadah kepada Tuhan. Paripurna artinya lengkap. Jadi ketaatan paripurna artinya ketaatan yang lengkap.

Di era modern ini gereja diperhadapkan dengan gaya hidup orang percaya yang lebih takut kepada manusia daripada Tuhan. Masalah ketidaktaatan sering dijumpai dalam hal memberi persem-bahan yang tidak tulus, kurang menjaga kesetiaan dalam hidup berkeluarga dan tidak tahan dalam pencobaan serta  ketidaktaatan dalam kerja.

Gereja menunjuk pada orang percaya kepada Yesus Kristus untuk memiliki ketaatan paripurna, melakukan firman Tuhan dengan setia, supaya ketika menghadapi kesulitan, tekanan dan beban hidup, tidak kehilangan pijakan sehingga terseret di bawah arus keinginan dunia. Firman Tuhan menjadi dasar kehidupan orang percaya supaya tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran yang menyesatkan. Oleh karena itu tema minggu ini ialah: ”Ketaatan Paripurna”.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kisah ketaatan Abraham mempersembahkan anaknya Ishak sebenarnya hendak mendobrak kebiasaan masa itu yang memberi persembahan anak kepada Dewa Molok. Di tanah Kanaan kebiasaan Orang-orang kafir (Bangsa Fenisia, bangsa Amon) sekarang Lebanon, Syria dan Israel mempersembahkan anak-anak kepada Molok (dewa).

Firman Tuhan kepada Musa: Orang Israel maupun orang asing yang menyerahkan anak-anaknya dipersembahkan kepada Molok pasti dihukum mati dilontari dengan batu. Karena ini merupakan kekejian bagi Tuhan, (Imamat 20:1-3). Tetapi bagian ini juga hendak menjelaskan iman Abraham yang lebih memilih taat penuh pada perintah Allah untuk mempersembahkan anaknya sebagai persembahan korban bakaran (ay. 2)

Dalam Kejadian 22:1-19 menceritakan bagaimana Allah menguji iman Abraham dengan mempersembahkan anaknya Ishak. Allah mencoba Abraham (mencoba Ibrani “Naw-Saw“ mencoba bukan untuk menjatuhkan melainkan ujian untuk menghasilkan ketekunan (bnd  Yakobus 1:3).

Jadi pada dasarnya tidak kontras antara Kejadian 22:1 dan Yakobus 1:13. Tanah Moria tempat yang tinggi di Yerusalem dimana Raja Salomo membangun Bait Allah (2 Taw 3:11) pada tahun 691 M tempat ini sekarang  didirikan yang disebut  “Kuba Batu”yang oleh ahli perjanjian lama menyatakan di tempat inilah Abraham mempersembahkan Ishak anaknya. “Ketika pada hari ke tiga” menjelaskan bahwa Tuhan ijinkan melalui perjalanan panjang dan melelahkan diusia lanjut, untuk diberi kesempatan supaya menentukan apakah masih mau meneruskan atau membatalkan.

Semangat Abraham justru makin kokoh. Tentu Abraham berpikir sekalipun Ishak dikorbankan. Allah akan membangkitkannya dari kematian (bnd Ibr 11:19) hal itu nyata dari ungkapan Abraham. Kami akan sembayang sesudah itu kami akan kembali kepadamu (ayat 5).

Menurut kisah turun temurun orang Yahudi yang dicatat oleh seorang ahli perjanjian lama bernama Yosefus, Ishak berusia antara 25-33 tahun saat hendak di korbankan. Jadi bisa saja ia melawan ayahnya yang sudah usia lanjut saat akan diikat. Malahan sebaliknya Ishak membiarkan dirinya diikat untuk disembelih dan mau dikorbankan selaras yang dimintakan oleh Allah.

Tentu peristiwa ini menjadi nubuat dimana Yesus di usia 33 tahun menyerahkan nyawa-Nya untuk disalibkan. Abraham meng-ulurkan tangannya, mengambil pisau untuk menyembelih. Saat yang sangat kritis untuk bisa merubah keputusan tidak melakukan. Namun ketaatan paripurna yang tidak pernah ragu akan janji Tuhan maka Abraham ikhlas untuk lakukan perintah Tuhan.

Tuhan Allah melalui perantaraan Malaikat tentu mengawasi pergerakan Abraham dalam ujian Iman dan datang tepat waktu untuk menolong sekaligus memberi pengakuan bahwa “Engkau takut akan Tuhan“. Seekor domba jantan untuk korban bakaran pengganti Ishak, Allah telah sediakan. Karena itu Abraham menamai tempat ini “Tuhan menyediakan”, bahasa Ibrani “Yehova Yi-reh”.“Aku bersumpah demi diriku sendiri“.

Penulis mempertegas bahwa Tuhan taat dan setia pada janji-Nya yaitu akan memberkati berlimpah keturunan seperti bintang di langit dan akan menduduki kota-kota musuh. Oleh keturunannya semua bangsa di bumi mendapat berkat. Janji ini menjawab janji Tuhan sebelumnya di Kejadian 12:1-2 dan mengulanginya lagi di pasal 26:4 ; 28:14 dan pasal 32:12.

Ketaatan paripurna Abraham dalam perikop ini didapati berkaitan tiga ujian berat yaitu: Pertama, Abraham pergi meninggalkan negeri yang aman dan tentram. Berani meninggalkan sanak saudara, bapa pergi ke negeri yang belum dikenal keadaannya (band Kej 12:1). Kedua, menunggu dengan sabar janji keturunan selama kurang lebih 30 tahun baru kemudian Ishak lahir.

Secara logika Sarah sudah lanjut usia mustahil dapat melahirkan Ishak (Ishak Ibrani Yitshaq artinya orang tertawa). Ketiga, mempersembahkan Ishak anak perjanjian. Abraham menghadapi peperangan rohani. Mengapa Tuhan meminta Ishak padahal hanya milik satu-satunya untuk meneruskan keturunan sesuai janji Tuhan. Walaupun Abraham diperhadapkan pada pilihan yang sulit namun karena ketaatan dan kesetiaannya maka ia melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya.

Makna dan Implikasi Firman
Menghadapi berbagai tekanan, godaan dan ancaman, maka ketaatan Abraham dan ketulusan Ishak menjadi motivasi yang kuat bagi kita agar tidak mundur dan tetap setia kepada Tuhan. Sekalipun harus mengorbankan yang paling berharga tapi karena percaya, Allah mengendalikan semua yang tetap setia dalam ketaatan. Karena itu pesan Firman bagi kita yakni:

Ujian iman dari Tuhan adalah untuk melatih dan menguatkan. Ketaatan serta kesetiaan melakukan perintah Tuhan karena kita meyakini bahwa Tuhan tidak pernah salah dalam melaksanakan janji-Nya.
Cerita Abraham dan Ishak adalah gambaran tentang kesetiaan Tuhan yang menyerahkan anak-Nya Yesus Kristus untuk dikorbankan demi keselamatan manusia dan dunia. Marilah kita mencontohi iman Abraham dan Ishak. Bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan kita Yesus Kristus bahwa kita “berhutang nyawa” karena telah mengganti nyawa kita dengan nyawa-Nya.

Sesuai Tahun Gereja kita telah memasuki minggu sengsara Kristus, yang menggambarkan “Ketaatan Paripurna” Yesus kepada Bapa yang telah mengutus-Nya ke dunia. Memberi motivasi bagi kita agar apapun tekanan dan ujian iman yang dihadapi, kita tetap taat melakukan perintah-perintah Tuhan sesuai Firman-Nya.

Pada tanggal 20 Maret 2019 sebagai hari kebahagiaan Internasional dan hari air sedunia. Kebahagiaan bukan diukur dari materi, harta kedudukan dan kekuasaan tetapi ketika melakukan firman itulah ukuran kebenaran. Firman Tuhan ibarat air yang mengalir dan tak pernah kering akan terus memberi kesejukan di tengah kegersangan hidup. Karena itu rawatlah juga lingkungan agar ketersediaan air tetap ada.

Masa kampanye untuk pemilihan umum DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota, DPD, Presiden dan wakil Presiden sedang berlangsung. Ini merupakan agenda nasional yang harus dilak-sanakan dengan tulus, tidak terkotak-kotak, saling menghargai pilihan politik masing-masing, tidak melakukan kampanye hitam, politik uang, tidak golongan putih (golput).

Ikut mendoakan warga GMIM yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif dan DPD. Bertanggungjawab untuk mensukseskan terpilihnya calon-calon pemimpin yang takut Tuhan dan mau memberi diri untuk menjadi pelayan masyarakat sebagai bentuk persembahan yang hidup.

 PERTANYAAN DISKUSI:

  1. Apa maksud Tuhan mencoba iman Abraham menurut naskah Kejadian 22:1-19?Mengapa Abraham rela mempersembahkan Ishak padahal hanya dia satu-satunya yang dapat meneruskan keturunan?
  2. Bagaimana Gereja mempersiapkan warganya untuk menjadi “Abraham” masa kini yang memiliki iman yang paripurna (utuh) dan kualitas sumberdaya yang handal?
NAS PEMBIMBING: Yakobus  1:3-4

POKOK-POKOK DOA:
Menghadapi masalah politik, ekonomi, sosial, budaya dan kerusakan lingkungan hidup.
Pengaruh-pengaruh negatif terhadap penggunaan media sosial.
Hari Kebahagiaan Internasional tanggal 20-3-2019 dan hari air sedunia.
Masa kampanye pemilihan anggota DPRD, DPR RI, DPD dan Presiden/Wakil Presiden berlangsung aman dan damai.

 TATA CARA IBADAH YANG DIUSULKAN:
TATA IBADAH MINGGU SENGSARA II

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan : KJ. No. 144b  Suara Yesus Kudengar
Ses Nas Pembimbing: NKB  No. 34  Setiamu Tuhanku Tiada Bertara
Pengakuan Dosa:“Bukan Dengan Barang Fana”
Pemberitaan Anugerah Allah: NNBT No. 9 Ku Akan Selalu Bersyukur
Ajakan Untuk Mengikut Yesus di Jalan Sengsara: KJ. No.167  Yesus Tuhanku Apakah Dosa-Mu
Persembahan: KJ. No. 441 Ku Ingin Menyerahkan
Penutup: “Tabah Dan Setiawan”

 ATRIBUT:
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengu-capan, salib dan mahkota duri.

Sumber : web-gmim.or.id

MTPJ Minggu Berjalan Matius 16:21-28

Maret 13, 2019

TEMA BULANAN : “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir”
TEMA MINGGUAN : “Mengikut Yesus dengan Menyangkal Diri”
BACAAN ALKITAB: Matius 16:21-28

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Orang Kristen terpanggil untuk menjadi murid yang sejati dalam ketaatan mengikut Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang adalah Alfa (Awal) dan Omega (Akhir). Namun dalam realitas sekarang ini kekristenan terkadang hanya menjadi sebuah status yang menunjukkan identitas orang percaya.

Padahal kekristenan men-cakup seluruh eksistensi hidup orang yang mengikut Kristus. Kekristenan adalah jatidiri orang yang percaya kepada Kristus dengan memprioritaskan pemberlakuan ajaran-ajaran-Nya yang sejati  dengan penyerahan diri kita  seutuhnya kepada  Tuhan Yesus.

Kemajuan diberbagai bidang kehidupan saat ini telah memberi kemudahan untuk memperoleh sesuatu dengan praktis, instan dan cepat (transportasi, informasi, komunikasi, media sosial dan sebagainya). Pola hidup seperti itu adalah gambaran kehidupan yang menghindari proses yang panjang, sukar dan “ribet”.

Bahkan banyak orang telah membiasakan gaya hidup seperti ini dalam kekristenan yang menghasilkan iman “praktis” dan “instan”. Menjalani hidup dengan segala kemudahan dan tanpa perjuangan termasuk dalam mempertahankan keyakinan, kebenaran dan kekudusan  mengaki-batkan lunturnya kesetiaan kepada Tuhan dan tak sanggup menang-kal godaan dunia.

Penyangkalan diri yang hendak dilakukan oleh orang percaya adalah dengan sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus dan menjauhi perbuatan dosa. Untuk itulah tema minggu ini ialah “Mengikut Yesus dengan Menyangkal Diri”.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Penulis Injil Matius memberitakan dan membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. Injil ini menguraikan silsilah Yesus  Kristus untuk menunjukkan keabsahan-Nya sebagai penggenapan janji Allah yang dinantikan oleh orang Yahudi. Karena itu mereka tak perlu menantikan Mesias lain yang akan melepaskan dari kesesakan, sebab Mesias telah hadir dalam diri Yesus Kristus.

Situasi sekitar tahun  80-90 M, dimana komunitas Kristen dihambat dan dianiaya yang dapat dimengerti bahwa ini merupakan penguatan bagi orang percaya mula-mula pada masa itu. Dengan demikian Matius meyakinkan setiap orang bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinantikan dan Kerajaan Allah dinyatakan kepada semua orang.

Kehadiran Yesus  di dunia adalah bagian dari rencana Agung Allah untuk menyelamatkan semua ciptaan. Karya penyelamatan  melalui  Yesus tidaklah mudah, Ia harus melewati jalan sengsara, menderita dan mati untuk memberikan kehidupan dan kemenangan bagi yang percaya kepada-Nya.

Dalam Matius 16:21-23 Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya tentang penderitaan yang akan Ia alami sebagai Mesias. Suatu babak baru dalam pekerjaan-Nya yaitu memberitahu-kan secara gamblang kepada murid-murid-Nya tentang penderitaan yang akan dilalui di Yerusalem. Sesudah Petrus mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup (16:16) maka Yesus mem-perjelas maksud kedatangan-Nya sebagai Mesias yang harus men-derita, mati dibunuh tapi bangkit pada hari ketiga. Yesus menyatakan bahwa Ia akan melewati jalan salib.

Ternyata konsep Mesias yang sengsara, menderita, mati dan bangkit tidak sejalan dengan konsep para murid termasuk Petrus. Karena itu secara spontan Petrus bereaksi dengan menarik Yesus ke samping dan menegor, katanya: ”Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”(16:22). Pengakuan Petrus sebelumnya yang menyatakan Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup hanya dipahami dari segi kemuliaan dan kemenangan.

Hubungan antara salib dan karya Mesias adalah suatu hal  yang tak  terpikirkan oleh Petrus dan murid lainnya. Pemikiran Petrus adalah pemikiran manusia yang sarat dengan kepentingan untuk menghambat rencana penyelamatan Allah,

karena itu dengan tegas Yesus berkata, ”Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku (ayat 23). Usaha menggagalkan rencana Allah untuk penyelamatan adalah manifestasi kuasa Iblis karena itu Yesus mengusir iblis yang merasuki pikiran Petrus  dan para murid.

Ayat 24-25 berisi syarat utama yang harus dilakukan oleh orang-orang yang mau mengikut Yesus yakni menyangkal diri dan memikul salib. Menyangkal diri berarti bukan mementingkan kesenangan manusia tapi mementingkan kehendak Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Tuhan, menolak semua keinginan manusiawi dan menerima semua kehendak Tuhan.

Dengan demi-kian menyangkal diri adalah sebuah sikap yang diwujudkan dalam sebuah tekad, keinginan, komitmen, keberanian dan integritas. Memikul salib berarti menempuh jalan yang berat dan penuh penghinaan. Menurut peraturan Romawi  bahwa seorang yang hendak disalibkan dipaksa memikul salib di tengah para penonton menuju tempat penghukuman.

Ayat 26-28, Yesus mengajarkan bahwa kalaupun kehilangan nyawa, hanya semata-mata karena mengikut Yesus akan tetapi jika seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya yaitu menunjuk pada kehilangan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. Tetapi kehilangan nyawa karena Tuhan Yesus itu berarti kita memperoleh hidup yang kekal atau keselamatan.

Setiap yang mem-pertarukan nyawa sekalipun mati “martir” maka kepadanya diberi-kan keselamatan yang dianugerahkan Tuhan Allah dalam Yesus Kristus. Nyawa Yesus menjadi tebusan bagi banyak orang. Yesus menggunakan pandangan ini bahwa memang Yesus disalibkan sebagai  Anak Manusia yang  akan datang dengan kemuliaan Bapa-Nya.

Makna dan Implikasi Firman
Salib melambangkan beban berat yang harus dipikul oleh pengikut Yesus. Pengikut Yesus yang memikul salib berarti siap menerima kenyataan hidup yang menderita, dihina, ditolak bahkan dibunuh karena taat kepada Yesus Kristus. Dengan mengikut Yesus berarti mempersembahkan ketaatan sempurna kepada Yesus Kristus, tidak sebatas identitas Kristen tapi mampu menunjukkan integritas yang berkarakter kristiani yaitu kuat iman, setia melayani, hidup dalam kasih dan rela berkorban.

Gereja tidak sekedar hadir di dunia tapi menjalani kehidupan yang berbuah bagi Tuhan. Menjadi pengikut Kristus berarti harus meninggalkan kenikmatan dunia, memelihara konsistensi iman yang benar, pengakuan dan kelakuan, berserah penuh kepada Tuhan agar tidak diperdaya oleh iblis dan menjadi batu san-dungan dalam pelayanan.

Hendaknya dosa jangan menguasai kita, sehingga dosa dapat saja dipakai oleh Iblis untuk mem-pengaruhi orang lain dan tidak percaya akan janji sebagaimana Petrus menarik dan menegor Yesus yang tidak pantas diperton-tonkannya. Beri ruang kepada Roh Kudus supaya kita tidak jatuh ke dalam pencobaan.

Di era yang menawarkan berbagai kemudahan, warga gereja harus tetap kokoh dan teguh untuk  mengakui Yesus yang  adalah Mesias sepanjang hidup meski banyak penderitaan, hinaan dan aniaya.

Hidup tidak hanya mementingkan dan kesenangan sendiri tetapi kita tetap  memelihara iman yang berbuah dengan rajin mengikuti persekutuan yang beribadah. Memang kita tidak lagi secara langsung memikul salib terbuat dari palang kayu, tetapi beban yang kita miliki adalah rasa tanggungjawab untuk menyangkal diri dengan menjauhkan dari  perbuatan dosa yang bertentangan dengan kehendak Allah.

Penghayatan minggu-minggu sengsara hendaknya mempersiap-kan diri menanti kedatangan-Nya kembali dengan setia mengikuti-Nya. Kita terpanggil untuk tidak menyangkal Dia, tetapi sesungguhnya harus menyangkal diri sebagaimana Abraham yang rela meletakkan harapannya kepada Tuhan. Abraham sampai usia lanjut (99 tahun) belum mempunyai anak tetapi dia tetap setia dan taat berpegang pada janji-janji Tuhan (Kejadian 17:1-8,15,16). Harapan kita kepada Tuhan Yesus yang adalah Awal  dan Akhir  telah membuka jalan untuk orang percaya yang telah menerima  keselamatan dari Tuhan Yesus yang menderita sengsara.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

Mengapa Yesus memberitahukan tentang penderitaan-Nya kepada para murid?
Apa syarat mengikut Yesus?
Bagaimana menjadi pengikut Yesus yang setia?
NAS PEMBIMBING:  2 Timotius 2 : 11- 13.

POKOK DOA:

Agar warga gereja sungguh-sungguh menghayati sengsara Yesus.
Warga gereja menjadi pengikut Yesus yang setia, mampu menyangkal diri dan memikul salib.
Masa kampanye Pemilihan Legislatif dan Presiden supaya berlangsung kondusif, aman dan damai.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

MINGGU SENGSARA I.

 NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Persiapan:KJ. No 175  Penebusku  Disalib.

Ses. Nas Pembimbing: KJ  No.372 Inginkah Kau Ikut Tuhan.

Pengakuan Dosa:KJ No. 34 Di Salib Yesus  Di Kalvari .

Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 17 Agunglah Kasih Allahku

Ajakan Untuk Mengikut Yesus di Jalan Sengsara:  KSK No 110 Siapa Yang Setia

Persembahan: NKB   No. 125   Kudengar Panggilan Tuhan.

Penutup:KJ No 370  Kumau Berjalan Dengan Juruselamatku.

ATRIBUT:

Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengu-capan, salib dan mahkota duri.